[☡17+]
Menjadi murid baru di sekolah elit adalah hal yang mudah Itsumi raih. Terlahir di keluarga kaya raya membuatnya hidup tanpa kekurangan apapun, semua hal dapat dia raih dengan kekuasaan dan uang. Namun, ada satu hal yang tak pernah dia dapatkan, yang ternyata hanyalah sebuah hal sepele...
Cinta.
Tidak ada yang benar-benar tulus padanya. Semua orang mencintainya hanya karena harta yang dia miliki. Semua yang mendekatinya hanya berharap akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka bermuka dua. Ayah dan Ibunya juga selalu sibuk bekerja.
"Jangan kira karena aku selalu tampak polos kalian menganggapku mudah dimanfaatkan!"
Kini Itsumii pindah ke sekolah ini untuk menghindari orang-orang yang menginginkan sedikit harta keluarganya. Tapi tentu saja tidak mudah. Baru memasuki gerbang sekolah Itsumi sudah disambut sorakkan kekaguman dari mereka yang mengenalnya. Yah, Itsumi cukup terkenal.
Ayahnya pemilik perusahaan besar dan Ibunya seorang aktor papan atas. Itsumi juga mengikuti jejak ibunya sejak kecil, menjadi aktor karena bakat menurun dari ibunya, lagipula menjadi pusat perhatian juga tidak buruk bagi Itsumi yang merupakan seseorang yang kekurangan cinta sepertiku.
"Lihat itu Itsumi Sachiko!!"
"Wah~ dia benar-benar cantik, lebih cantik dari fotonya!"
"Seorang secantik dewi bersekolah disini? Seharusnya ini pantas disebut keajaiban dunia!"
'Haha.. omong kosong.'
Setelah menemui kepala sekolah, kepala sekolah menyerahkannya kepada wali kelas. Wali kelas mengajak Itsumi ke kelas untuk diperkenalkan.
"Salam kenal~ namaku Sachiko Itsumi, mohon bantuannya~"
"Senyumnya manis sekali."
"Benar, lebih manis dari pacarku."
Bisikan-bisikan terdengar semakin riuh sebelum ditenangkan oleh wali kelas.
'Hanya senyum biasa namun dianggap manis oleh mereka. Apa mereka makan senyuman? Bagaimana caranya? Kenapa mereka tau rasanya manis?' Pikir Itsumi.
Wali kelas mempersilahkannya duduk di bangku paling belakang, dekat seorang laki-laki berkacamata yang sepertinya pintar (?). 'Wajahnya tampak murung dan polos. Jika diperhatikan lagi dia seperti karakter "pria kutu buku" didrama-drama yang pernah aku tonton," pikir Itsumi.
"Halo~ aku Sachiko Itsumi, siapa namamu?" Itsumi pikir, dia harus ramah untuk membangun citra disini. Meski dia memang sudah memiliki citra baik dari awal, namun dia ingin memperkuatnya lagi.
"Sachiko-san, sebaiknya jangan berteman dengannya. Nanti kamu tertular 'penyakit'nya, hahaha!!!"
"Hahaha!!"
'Penyakit'? Dia tampak sehat, apa benar dia penyakitan? Oh! Dia melirik. Matanya tampak penuh dendam dan kemarahan yang terpendam, indah sekali... senyum palsunya begitu indah, seperti karakter dalam manga yang aku baca.
Bocah ini menarik sekali...
'Baiklah! Sudah kuputuskan! KAMU MILIKKU!!' Ucap Itsumi dalam hati.
"Nona, seperti yang mereka katakan, sebaiknya kamu menjauhiku atau kamu akan dibenci juga oleh mereka."
"Itsuki!! Kamu mulai berani ya?!"
"Ha! Jangan berpikir ada Sachiko disini kamu bisa berbuat seenaknya!"
"Kamu tetaplah sampah!"
Itsumi sudah tidak bisa menahan kesabarannya lagi. Mereka menindas orangnya maka harus mendapatkan hukuman! Namun, beberapa diantara mereka adalah anak pejabat, bos perusahaan dan aktris. Haha! Itsumi tidak peduli. Kuasa keluarganya lebih tinggi dari mereka.
Asalkan memberi segenggam emas, mereka akan melakukan apapun. Bahkan jika dia mematahkan kaki anak mereka, merobek mukanya, mutilasi tubuhnya, membunuhnya dengan sadis, mereka akan menyalahkan balik anak-anak mereka itu atau bahkan malah menyanjungku.
Dari keluarganya, Itsumi belajar bahwa, "Uang lebih berharga daripada anak."
Mereka mengabaikannya seolah dia bukan tanggung jawab mereka. Meski kebutuhan selalu mereka penuhi, namun mereka tidak pernah memberi kasih sayang layaknya orang tua pada anaknya. Itsumi merasa iri pada orang biasa seperti Itsuki. Dia sangat hebat dan keren dimata Itsumi. Dia bisa membuat orang membencinya tanpa bertindak apa-apa.
Sebaliknya, entah kerusuhan sebesar apa yang Itsumi perbuat, mereka tidak ada yang membencinya. Mungkin sebenarnya benci, namun mereka menutupinya agar tidak menyinggung keluarganya. "Itsuki, jika aku bersamamu, apa aku juga akan dibenci? Tak apa bila tidak mendapatkan cinta, asalkan bisa dibenci itu artinya aku adalah orang normal juga."
Mungkin pemikiran seperti ini terdengar aneh. Didunia ini tidak ada yang berharap akan dibenci oleh orang sekelilingnya. Namun, menurut Itsumi dibenci oleh orang lain itu pertanda bahwa dia adalah orang yang normal. Selama dia hidup, ia hanya melihat tatapan kagum, tatapan segan, tatapan para penjilat yang mencoba meraih keuntungan darinya.
'Itsuki, kamu berbeda.'
'Entah karena kamu tidak mengenalku atau ada maksud lain, namun tatapan itu seperti kebencian yang murni. Aku suka...'
"Kalian, jangan bully dia. Dia teman sekelas kita juga kan?"
Teman-teman dikelas sangat membenci Itsuki. Bahkan saat istirahat dia selalu sendirian. 'Aku akan menemaninya!'
Dia sangat dingin pada Itsumi. Dia mengabaikannya, hanya menganggapnya seperti angin lalu. Berhari-hari dia terus mendekati Itsuki, memberinya perhatian hingga membuat satu sekolah heboh dan berpura-pura baik pada Itsuki. Sudah satu bulan dia seperti ini, namun Itsuki tidak mempedulikannya. Dan sepertinya hari ini Itsuki sudah muak.
"Berhenti mengikutiku terus!!"
'Bahkan bentakannya terdengar merdu,' pikir Itsumi
"Aku tidak akan berhenti, Itsuki-chan~"
Itsumi meraih dagunya dan tersenyum manis. Dia tidak berniat melepaskan Itsuki dari genggamannya. Itsuki tampak tidak nyaman, apalagi saat Itsumi melepaskan kacamatanya.
"Kau lebih tampan tanpa kacamata."
"Kembalikan!"
"Lihatlah sekelilingmu... darling... tatapan kagum tertuju padamu..."
Itsumi mengusap lembut pipinya dan memperlihatkan wajah Itsuki pada orang-orang disekeliling mereka. Tatapan terkejut penuh kekaguman tampak jelas diwajah mereka. Mereka tidak menyangka orang yang selama ini mereka bully ternyata setampan ini.
Itsumi berbisik ditelinga Itsuki, "mereka mengagumi ketampananmu, mengapa tidak menyingkirkan penghalang ini?"
"Aku... tidak terbiasa..."
"Bersamaku... kau akan terbiasa."
.
.
.
~🔪~
.
.
.
Itsuki kini menerima Itsumi sebagai pacarnya, walaupun dalam hati dia terpaksa. Itsumi selalu melekat padanya dan melakukan apapun demi Itsuki. Perlahan rasa nyaman mulai berkembang hingga menjadi rasa suka dalam hati Itsuki yang keras. Dia mulai menunjukannya akhir-akhir ini.
"Kemana Itsuki-ku?"
'Aku tidak melihatnya sejak pagi. Tidak mungkin dia membolos kan?' Pikir Itsumi.
Hampir setiap ruangan disekolah ini Itsumi kunjungi hanya untuk menemukan sang pujaan hati. Ketika dia memasuki gudang, tampak Itsuki yang tak sadarkan diri terikat dikursi dengan mulut yang ditutup dengan kain. Seperti tersengat listrik, hatinya berdenyut nyeri. Dia merasa sangat khawatir, apalagi saat melihat darah dipakaiannya, Itsuki terluka!
"Itsuki... darling, siapa yang menyakitimu? Beritahu aku! Aku akan membalasnya seribu kali lipat untukmu..."
Dia mengusap dan menepuk lembut pipi Itsuki, berharap akan menyadarkannya. Akan tetapi, usahanya sia-sia, Itsuki tidak juga bangun dari pingsannya. Setelah melepas ikatan pada tubuh Itsuki, pintu gudang terbuka, menampakan dua pelaku yang melukai Itsuki.
"Kalian yang melakukan ini?" Tanya Itsumi dengan senyum khasnya.
Dua orang itu awalnya tampak terkejut melihat kekasih Itsuki disana. Namun mendengar kalimat berikutnya dari Itsumi membuat mereka merasa begitu bangga.
"Hebat sekali! Kalian menyiksanya tanpa ketahuan, kalian sangat hebat!"
"Sachiko, tidak... Itsumi... apa selama ini kau hanya mempermainkan si bodoh itu?" Tanya Keitaro yang berusaha menebak-nebak situasi.
"Itsumi-chan, kami lebih baik dari orang bodoh itu, kami bisa... memuaskanmu..." ucap Suzuki yang mencoba menggoda.
"Tutup pintunya dan kemarilah~"
Mata mereka berdua berbinar ketika membayangkan adegan yang akan mereka lakukan bersama Itsumi. Setelah menutup pintu dan menguncinya, mereka mendekat. Suzuki tampak tidak sabaran, dia langsung meraih pinggang Itsumi dan menariknya dalam pelukan.
Itsumi mengusap lembut rahangnya lalu turun ke leher. Suzuki tersenyum puas, dia pikir dia adalah tipe Itsumi dan dia tidak menyangka Itsumi suka 'bermain' dibalik kepopulerannya. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Keitaro juga mendekat.
"AAAKHH!!"
"Suzuki!!"
Dengan gerakan cepat, Itsumi mencekik kuat leher Suzuki. Senyumnya tak pudar namun semakin lebar dan manis. Dia berkata pada Keitaro tanpa menoleh, "jika berusaha kabur, aku akan membantai keluargamu. Duduk diam dan saksikan pertunjukan dengan tenang. Anggap saja sedang menonton film."
Nada bicaranya seperti gadis lembut yang manis, namun siapapun yang mendengarnya akan merinding. Tanpa sadar Keitaro terduduk diam seperti ucapannya. Hanya satu kata yang dapat Keitaro ungkapkan untuk menggambarkan Itsumi kali ini, "menakutkan".
Ia tak menyangka, sosok lembut, baik hati dan manis yang selama ini dia lihat hanyalah topeng belaka. Inilah wajah aslinya, wanita yang kejam!! Dalam hati dia menyesali telah melukai Itsuki hanya karena cintanya pada Itsumi.
"Katakan, bagaimana kalian berniat menyiksa Itsuki-ku?"
"M-membunuhnya! Kami berdua mencintaimu! Itsuki bodoh itu tidak pantas mendapatkanmu!! Dia hanyalah sepotong sampah dan kamu adalah berlian langka! Dia tidak pantas untukmu!"
"Suzuki..."
Itsumi tampak terharu selama beberapa saat membuat Suzuki yang melihatnya semakin melebih-lebihkan. Itsumi tertawa keras dan membanting tubuh Suzuki. Tongkat baseball rusak yang ada di dekatnya segera ia ambil. Pukulan pertama membuat Suzuki berteriak kencang.
"Diam."
Itsumi menyeret Keitaro dan mematahkan tangannya dengan tongkat baseball. Tangan yang patah itu Itsumi sumpalkan ke dalam mulut Suzuki. Dia berkata, "gigit saja jika kau merasa sakit."
Pukulan kedua kembali Itsumi hantamkan. Suzuki merasa sangat kesakitan, dia tidak bisa berteriak dan refleks menggigit tangan Keitaro. Itsumi kembali tersenyum. Itu terlihat menarik. Suzuki yang disiksa namun Keitaro yang berteriak.
Tongkat baseball yang memang sudah lama kini telah bengkok setelah beberapa kali memukuli mereka berdua, Itsuki membuangnya. Dia mencari peralatan bekas dari klub sains, dia yakin ada benda berguna disini, misalnya pecahan kaca yang tajam.
"Itsumi... wanita gila... kamu... kamu jangan mendekat!"
"Kamu berisik. Apa suaramu belum habis setelah berteriak beberapa kali? Baiklah! Aku akan memotong lidahmu!~"
Dengan menggunakan pecahan kaca, Itsumi memotong lidah Keitaro. Dia juga menancapkannya di leher Suzuki hingga mati. Selanjutnya dia menendang 'bagian bawah' Keitaro. Jeritan sakit tak dapat ia tahan. Itsumi mempermainkannya hingga Keitaro benar-benar tak bertenaga. Setelah puas menyiksa, dia membunuhnya.
"Itsumi..."
Suara lirih orang terkasihnya membuat Itsumi menoleh. Dia yang kini berlumur darah tersenyum pada Itsuki yang sudah sadar. Dia menyeret dua tubuh tak bernyawa itu ke hadapan Itsuki.
"Darling... mereka yang menyiksamu sudah mati... aku membalaskan dendammu, kamu tidak perlu mengotori tanganmu untuk sampah seperti mereka berdua."
Itsuki syok. Dia bangkit dan mundur beberapa langkah. Dia tak menyangka telah mencintai orang yang salah. Itsumi, dia perempuan gila!
"Sayang, jangan menjauh dariku...." Itsumi melepaskan kedua tubuh tak bernyawa itu dan mendekat ke Itsuki. "Nee... kau membenciku? Kau takut padaku? Jangan takut, sayang... kau milikku, aku tidak akan menyakitimu... kemarilah..."
Itsuki semakin panik, dia mundur lebih jauh dan melempar beberapa barang yang didekatnya untuk menghalau Itsumi. "Menjauh!"
Kecewa, Itsumi merasa sangat kecewa. Susah payah dia menghabiskan tenaga untuk membunuh dua bajingan, yang ia dapat hanyalah penolakkan? Dia tertawa pelan lalu berlari mendekat ke Itsuki yang terpojok di dinding.
"Aku sangat mencintaimu... tapi kamu menyakitiku dengan sikapmu..." Suaranya lembut ketika berucap seolah dia adalah korban. "Apa kau hanya memanfaatkanku, sayang?"
Itsumi mencekiknya. "Aku bekerja keras untukmu... melindungimu... beginikah caramu membalas? Aku kecewa padamu... Akan tetapi... karena aku mencintaimu... aku akan..." Itsumi mengangkat pecahan kaca yang ia sembunyikan dan dengan cepat memutus nadi leher Itsuki. "Aku akan memberimu kematian yang cepat... selamat tinggal, orang yang aku cintai...."
BRAKK!!!
Pintu gudang didobrak dari luar. Kebisingan yang terjadi sebelumnya menarik perhatian orang-orang. Itsumi menoleh dan tersenyum. Dia berkata, "kalian terlambat. Pertunjukan bagusnya sudah berakhir."
"ITSUMI!! DASAR GILA!! WANITA IBLIS!!"