Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan lebat, ada sebuah rumah tua yang dikenal sebagai "Rumah Tabir."
Rumah itu sudah lama ditinggalkan, namun penduduk desa percaya bahwa rumah tersebut adalah pintu masuk ke dunia ghaib.
Tidak ada yang berani mendekatinya, kecuali seorang pemuda bernama Arman.
Arman adalah seorang peneliti yang tertarik dengan hal-hal gaib, dia mendengar cerita tentang Rumah Tabir dari penduduk desa dan memutuskan untuk menyelidikinya.
Dengan membawa kamera, buku catatan, dan keberanian yang besar, dia memasuki rumah itu pada malam hari.
Saat melangkah masuk, udara di dalam rumah terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi.
Dindingnya penuh dengan retakan, dan lantainya berderit setiap kali Arman melangkah, di tengah ruangan, dia menemukan sebuah cermin besar yang tampak tidak biasa.
Cermin itu memantulkan bayangan yang berbeda dari kenyataan bayangan yang bergerak sendiri.
Arman mendekati cermin itu dengan perlahan, tiba tiba, bayangan di dalam cermin berubah menjadi sosok tinggi dengan mata merah menyala.
Sosok itu tersenyum menyeramkan dan berkata,
"Kau telah memasuki wilayah kami. Tidak ada jalan keluar."
Seketika, ruangan itu berubah, Arman merasa seperti ditarik ke dimensi lain, dia kini berada di sebuah tempat yang gelap dan penuh dengan suara bisikan.
Di sekelilingnya, sosok-sosok jin dengan berbagai bentuk muncul, mengelilinginya, ada yang menyerupai manusia, ada yang berbentuk binatang, dan ada yang tidak bisa dijelaskan dengan kata kata.
Arman mencoba berbicara, tetapi suaranya tidak keluar, salah satu penghuni tempat tersebut mendekatinya dan berkata,
"Kau telah melanggar batas, dunia kami bukan untuk manusia."
Arman merasa tubuhnya semakin berat, seolah olah dia sedang ditarik ke dalam kegelapan.
Namun, di tengah ketakutannya, ia teringat sebuah doa yang diajarkan oleh neneknya, dengan sisa keberanian yang ada, ia mulai melafalkan doa itu dalam hati.
Perlahan, cahaya kecil muncul di sekelilingnya, mendorong sosok sosok jin menjauh.
Bisikan-bisikan itu mulai mereda, dan Arman merasa dirinya kembali ke dunia nyata.
Ketika ia membuka matanya, dia sudah berada di luar rumah, tergeletak di tanah.
Rumah Tabir tampak seperti biasa, namun Arman tahu bahwa dia telah melihat sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia lupakan, dia meninggalkan desa itu dengan perasaan campur aduk antara takut dan kagum.
Sejak malam itu, Arman tidak pernah lagi mencoba datang ketempat tersebut, dia menyadari bahwa ada batas yang tidak boleh dilanggar, dan bahwa dunia gaib adalah misteri yang lebih baik dibiarkan tetap tersembunyi.
*
***
*****