Di sebuah desa kecil, ada legenda lama yang menggetarkan hati penduduknya.
Cerita tentang "Kereta Hantu" yang muncul setiap malam Jumat, kereta ini konon akan melewati jalur rel tua yang sudah tidak terpakai selama puluhan tahun, tidak ada yang tahu dari mana asalnya atau ke mana tujuannya.
Yang pasti, mereka yang melihatnya tidak akan pernah sama lagi.
Malam itu, Farel, seorang pemuda pemberani yang tidak percaya pada takhayul, memutuskan untuk menyelidiki cerita tersebut.
Bersama dengan temannya, Wina, mereka pergi ke rel tua yang dikelilingi oleh hutan lebat, mereka membawa senter dan kamera untuk merekam bukti keberadaan kereta tersebut.
"Hanya cerita untuk menakut-nakuti anak anak,"
kata Farel, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Namun, udara malam terasa dingin, lebih dingin dari biasanya, seolah-olah ada sesuatu yang tidak terlihat mengintai.
Pukul tengah malam, saat semuanya hening, terdengar suara samar samar seperti bunyi peluit kereta.
Farel dan Wina saling berpandangan, ragu untuk percaya, suara itu semakin mendekat, diikuti oleh suara gemuruh roda besi yang menghantam rel.
Dari kegelapan, cahaya redup muncul di kejauhan, kereta itu tampak tua, dengan gerbong kayu yang terkelupas dan jendela yang pecah.
Namun, yang paling mengerikan adalah penumpangnya, sosok sosok tanpa wajah duduk diam, kepala mereka menoleh perlahan ke arah Farel dan Wina.
"Farel, kita harus pergi sekarang!"
Wina berbisik panik, tapi kakinya terasa membeku di tempat, kereta itu berhenti tepat di depan mereka, pintunya terbuka dengan derit yang memekakkan telinga.
Dari dalam kereta, seorang kondektur muncul, wajahnya pucat, matanya kosong, namun senyumnya menyeringai lebar.
"Tiket, tolong,"
katanya dengan suara serak, Farel dan Wina hanya berdiri terpaku, tidak mampu berkata apa apa.
Tiba tiba, tangan-tangan gelap mencuat dari dalam kereta, menarik mereka ke dalam.
Dunia di sekitar mereka berubah, tidak ada lagi hutan, tidak ada lagi malam, hanya kegelapan pekat dan suara jeritan dari berbagai arah.
"Ini... tidak mungkin,"
gumam Farel, terengah engah, Wina menggenggam tangannya erat, air mata mengalir di wajahnya.
Mereka menyadari bahwa mereka bukan lagi di dunia manusia, kereta itu membawa mereka ke dimensi lain, tempat jiwa jiwa yang tersesat berkumpul.
Mereka berusaha melawan, berteriak, tapi tidak ada yang mendengar, penumpang tanpa wajah mulai bergerak mendekati mereka, tangan mereka menggapai dengan gerakan lambat namun pasti.
Wina berdoa dalam hati, berharap ada keajaiban yang menyelamatkan mereka.
Saat harapan hampir hilang, Farel melihat cahaya kecil di kejauhan, dengan segala keberanian, ia menarik Wina dan berlari menuju cahaya itu, melewati gerbong gerbong yang semakin gelap dan mencekam.
Sosok-sosok di dalam kereta mencoba menghalangi, tapi entah bagaimana mereka berhasil keluar.
Mereka terbangun di rel tua, napas terengah engah, kereta itu telah menghilang, meninggalkan keheningan yang menakutkan.
Tidak ada yang tahu bagaimana mereka bisa selamat, namun sejak malam itu, Farel dan Wina tidak pernah lagi meremehkan cerita rakyat.
Mereka tahu bahwa beberapa legenda lebih baik dibiarkan menjadi misteri.
*
***
*****