Seorang psikolog forensik bernama Dr. Aditya menerima pesan misterius dari seseorang yang mengaku sebagai pembunuh berantai. Pelaku ini menyebut dirinya "The Observer" dan mengajak Aditya bermain dalam permainan psikologis yang berbahaya. Jika Aditya tidak bisa menebak identitasnya dalam tujuh hari, korban berikutnya akan mati.
Tapi semakin dalam Aditya menyelidiki, semakin ia menyadari bahwa pelaku tahu terlalu banyak tentang dirinya—mungkin lebih dari yang seharusnya.
---
Judul: The Observer
(Sebuah Cerpen Chat Thriller)
---
[01:15 AM]
Unknown: Halo, Dr. Aditya.
Kau tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu dengan sangat baik.
[01:16 AM]
Dr. Aditya: Siapa ini?
[01:17 AM]
Unknown: Aku adalah seseorang yang memperhatikan. Yang mengamati. Yang memilih.
Dan aku ingin bermain game denganmu.
[01:19 AM]
Dr. Aditya: Ini pasti lelucon buruk. Jika kau tidak menyebutkan namamu, aku akan melaporkan ini ke polisi.
[01:20 AM]
Unknown: Polisi? Haha.
Kau pikir polisi bisa membantumu? Tidak ada yang bisa.
Sama seperti mereka tidak bisa membantu Reza Malik.
[01:21 AM]
Dr. Aditya: …Siapa kau?
[01:22 AM]
Unknown: Aku adalah The Observer.
Aku membunuh Reza Malik. Dan aku akan membunuh lagi.
Tapi aku memberimu kesempatan, Dr. Aditya. Kau suka tantangan, bukan?
[01:24 AM]
Dr. Aditya: Jika benar kau membunuh Reza Malik, aku ingin bukti.
[01:25 AM]
The Observer: Bukti? Hm… Kau memang skeptis, seperti yang kuduga.
Baiklah. Lihat lampiran yang kukirim ini.
(1 file gambar diterima)
[01:26 AM]
Dr. Aditya: …Astaga.
[01:27 AM]
The Observer: Luka-luka itu akurat dengan yang ada di berita, kan?
Tapi yang tidak kau tahu… ada satu detail yang belum pernah dipublikasikan.
Lihat tangan kanannya. Ada sesuatu yang terukir di kulitnya.
[01:29 AM]
Dr. Aditya: Huruf ‘A’. Apa artinya?
[01:30 AM]
The Observer: Itu adalah petunjuk pertamamu.
Kau punya 7 hari untuk menemukan siapa aku.
Jika gagal, akan ada korban berikutnya.
[01:31 AM]
Dr. Aditya: Kenapa aku?
[01:32 AM]
The Observer: Karena kau spesial, Dokter.
Aku sudah lama mengamatimu.
Dan aku ingin tahu…
Bisakah kau menebak siapa aku sebelum waktumu habis?
---
[08:05 AM]
(Grup Chat: Tim Investigasi)
Detektif Sari: Dok, kami baru dapat laporan otopsi lengkap Reza Malik.
Anda harus datang ke TKP kedua. Ini lebih buruk dari yang kita kira.
Dr. Aditya: TKP kedua? Maksudnya ada korban lain?!
Detektif Sari: Ya.
Dan yang lebih buruk, ada sesuatu yang tertinggal untukmu.
Dr. Aditya: Apa?
Detektif Sari: Sepucuk surat.
Ditulis dengan darah korban.
Dr. Aditya: …Apa isinya?
Detektif Sari: “Hari pertama berlalu, Dokter. Kita semakin dekat. Aku menunggumu.”
---
Waktu semakin menipis. Dr. Aditya harus berpacu dengan waktu sebelum pembunuhan berikutnya terjadi.
---
[09:12 AM]
(Obrolan Pribadi: Dr. Aditya & Detektif Sari)
Dr. Aditya: Aku sedang dalam perjalanan ke TKP. Beri aku sedikit gambaran. Seberapa buruk?
Detektif Sari: Sangat buruk, Dok.
Lebih sadis dari kasus pertama.
Dr. Aditya: Detailnya?
Detektif Sari: Korban ditemukan di kamar apartemennya. Luka tikaman di dada, tapi bukan itu yang paling mengerikan.
Pelaku memotong lidahnya… dan menjejalkannya ke dalam genggaman tangan korban sendiri.
Dr. Aditya: …Astaga.
Detektif Sari: Dan di dinding kamar…
Dia menuliskan sesuatu dengan darah korban.
Dr. Aditya: Apa?
Detektif Sari: “Hari kedua dimulai. Apakah kau sudah menemukan jawabannya?”
[09:20 AM]
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Selamat pagi, Dokter.
Apa menurutmu dia menjerit sebelum aku mengiris lidahnya?
Dr. Aditya: Kau psikopat.
The Observer: Oh, jangan menghakimi.
Kau seorang psikolog, tugasmu adalah memahami… bukan menilai.
Dr. Aditya: Apa maumu?
The Observer: Aku ingin tahu seberapa cepat kau bisa mencocokkan potongan-potongan teka-teki ini.
Lidah itu bukan sekadar keisengan. Itu petunjuk, Dokter.
Seperti tanda ‘A’ di kasus pertama.
Dr. Aditya: Petunjuk apa?
The Observer: Kau cerdas. Aku yakin kau bisa menemukannya.
Tapi ingat… jika kau gagal, seseorang akan kehilangan lebih dari sekadar lidahnya.
[09:25 AM]
(Grup Chat: Tim Investigasi)
Dr. Aditya: Ada pola di sini. Kasus pertama, huruf ‘A’ di tangan korban.
Kasus kedua, lidah korban dipotong.
Kita harus berpikir… apa hubungan antara dua elemen ini?
Detektif Sari: Mungkin inisial? ‘A’ bisa merujuk pada sesuatu.
Dan lidah… bisa jadi berarti ‘bisu’ atau ‘diam’.
Dr. Aditya: Atau… seseorang yang pernah ‘berbicara terlalu banyak’.
Detektif Sari: Saksi? Informan?
Dr. Aditya: Bisa jadi.
Aku ingin daftar semua orang yang pernah memberikan keterangan dalam kasus Reza Malik.
Termasuk orang-orang yang punya hubungan dengan korban kedua.
Detektif Sari: Akan segera kukirimkan. Tapi bersiaplah, Dok.
Aku merasa ini baru permulaan.
---
[11:45 AM]
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Kau mulai memahami, ya? Bagus.
Tapi aku ingin meningkatkan permainan kita.
Dr. Aditya: Apa maksudmu?
The Observer: Aku akan memberimu kesempatan untuk menyelamatkan korban berikutnya.
Jika kau bisa menebak siapa targetku selanjutnya…
Mungkin aku akan mengampuninya.
Dr. Aditya: Kau ingin aku bermain menebak-nebak nyawa manusia?
The Observer: Tepat sekali.
Kau punya waktu sampai tengah malam.
[10:45 PM]
(Obrolan Pribadi: Dr. Aditya & Detektif Sari)
Dr. Aditya: Aku punya nama.
Detektif Sari: Siapa?
Dr. Aditya: Adrian Baskoro. Dia mantan rekan bisnis Reza Malik. Beberapa bulan lalu, mereka berselisih karena dugaan penggelapan dana.
Reza melaporkannya, tapi kasusnya menghilang begitu saja.
Detektif Sari: Itu masuk akal. Tapi apa hubungannya dengan korban kedua?
Dr. Aditya: Korban kedua, seorang jurnalis investigasi, sedang menggarap kasus yang sama. Dia mungkin menemukan sesuatu tentang Adrian.
Detektif Sari: Sial. Jika tebakanmu benar, dia target berikutnya.
Dr. Aditya: Kita harus menjemputnya sekarang.
---
[11:30 PM]
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Aku kagum, Dokter.
Kau cepat… tapi tidak cukup cepat.
Dr. Aditya: Maksudmu apa?!
The Observer: Aku bilang kau harus menebak targetnya.
Dan kau memilih Adrian Baskoro.
(Foto terkirim)
Dr. Aditya: …Tidak.
(Foto menunjukkan Adrian Baskoro sedang tidur di ranjangnya, sehat dan tidak tersentuh.)
The Observer: Aku tidak pernah bilang kau benar.
Tebakanmu hampir tepat… tapi hanya hampir.
(Pesan Masuk: Detektif Sari)
Detektif Sari: ADITYA! KITA SALAH!
BARU DAPAT LAPORAN—KORBAN BARU DITEMUKAN!
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Hari ketiga telah dimulai, Dokter.
Dan darah baru telah mengalir.
Waktu hampir habis. Siapa yang telah menjadi korban kali ini?
[12:20 AM]
(Obrolan Pribadi: Dr. Aditya & Detektif Sari)
Dr. Aditya: Aku dalam perjalanan ke rumah Berlian.
Detektif Sari: Aku sudah mengirim tim. Tapi… aku punya firasat buruk.
Dr. Aditya: Aku juga. The Observer selalu selangkah di depan kita.
Detektif Sari: Kita harus menemukan pola lengkapnya sebelum dia membunuh lagi.
Dr. Aditya: A, B, C… Jika ini alfabet, berarti huruf berikutnya adalah D.
Detektif Sari: Atau ini bisa jadi nama. ‘A’, ‘B’, ‘C’…
Dr. Aditya: Tunggu… bagaimana jika ini bukan sekadar huruf acak? Bagaimana jika ini nama seseorang?
Detektif Sari: Maksudmu?
Dr. Aditya: Kita berpikir terlalu rumit. Bagaimana kalau huruf-huruf ini adalah bagian dari satu nama?
Detektif Sari: Nama seseorang?
Dr. Aditya: Aku akan coba mencocokkan huruf ini dengan daftar nama yang terkait dengan Reza Malik.
---
[12:30 AM]
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Aku kagum dengan usaha kalian.
Tapi sayangnya… Berlian sudah tidak bisa menunggu lebih lama.
(Foto terkirim: Berlian Putri, terikat di kursi dengan mulut dijahit seperti Diana. Di dadanya terukir huruf 'D'.)
The Observer: Sekarang, coba lagi, Dokter.
Siapa yang berikutnya?
---
[12:40 AM]
(Obrolan Pribadi: Dr. Aditya & Detektif Sari)
Dr. Aditya: Aku menemukannya. Abcad Malik.
Detektif Sari: Siapa itu?
Dr. Aditya: Saudara kembar Reza Malik.
Detektif Sari: Kembar? Tidak ada yang menyebutkan dia punya saudara.
Dr. Aditya: Karena dia meninggal saat masih bayi… setidaknya, itulah yang dicatat dalam dokumen keluarga.
Detektif Sari: Jadi kau pikir The Observer ini…?
Dr. Aditya: Dia bukan membunuh berdasarkan inisial. Dia mengukir nama Abcad.
Detektif Sari: Tapi kenapa?
Dr. Aditya: Jika Abcad benar-benar meninggal saat bayi, maka mungkin seseorang memakai identitasnya sebagai bentuk balas dendam.
Detektif Sari: Kita harus menemukan orang yang menggunakan nama ini.
---
[1:00 AM]
(Pesan Masuk: The Observer)
The Observer: Aku ingin tahu…
Bagaimana rasanya saat kau akhirnya sadar?
(Lampiran: Akta Kelahiran – Nama: Abcad Malik)
Dr. Aditya: Aku tahu siapa kau.
The Observer: Aku tahu kau tahu.
Tapi pertanyaannya… bisakah kau menghentikanku?
(Pesan Masuk: Detektif Sari)
Detektif Sari: ADITYA! ADA IDENTITAS PALSU!
Seseorang menggunakan nama Abcad Malik untuk menghilang selama bertahun-tahun!
Dr. Aditya: Siapa orangnya?!
Detektif Sari: Arman Malik. Sepupu Reza Malik. Dia tidak pernah meninggal. Dia menghilang.
Dr. Aditya: Sial! Dimana dia sekarang?!
Detektif Sari: Lokasinya terdeteksi di gedung kosong dekat rumah sakit tempat kau bekerja.
Dr. Aditya: Aku akan ke sana.
---
[1:30 AM]
(Lokasi: Gedung Kosong)
(Dr. Aditya masuk dengan hati-hati, senter di tangan. Suasana mencekam, bayangan bergerak di dinding.)
The Observer (Arman Malik): Kau akhirnya datang, Dokter.
Dr. Aditya: Permainanmu sudah selesai, Arman.
The Observer (Arman Malik): Selesai? Tidak, Dokter. Aku baru memulai.
Dr. Aditya: Kau membunuh mereka untuk apa? Balas dendam?
The Observer (Arman Malik): Kau tahu bagaimana rasanya dihapus dari sejarah keluargamu sendiri? Mereka menganggapku mati, tapi aku tidak mati. Aku ada di sana, melihat semuanya.
Dr. Aditya: Jadi ini tentang keluargamu?
The Observer (Arman Malik): Ini tentang keadilan. Mereka semua tahu rahasia itu, tapi mereka membiarkannya. Sekarang, aku memastikan nama Abcad Malik tetap hidup.
(Langkah kaki terdengar. Detektif Sari dan tim kepolisian tiba.)
Detektif Sari: Arman Malik, kau sudah dikepung!
The Observer (Arman Malik): Hahaha… mereka selalu berpikir bisa menghentikanku.
(Arman menarik pisau, mengarahkannya ke lehernya sendiri.)
Dr. Aditya: Jangan lakukan itu!
The Observer (Arman Malik): Aku lebih memilih mati sebagai legenda daripada hidup sebagai hantu tak dikenal.
(Dalam sekejap, dia menusukkan pisau ke dadanya sendiri, jatuh ke lantai dengan senyum dingin.)
Dr. Aditya: Sial! Panggil ambulans!
Detektif Sari: Dia masih hidup, tapi tidak akan lama.
(Dalam napas terakhirnya, Arman berbisik.)
The Observer (Arman Malik): Aku menang…
---
[2:00 AM]
(Obrolan Pribadi: Dr. Aditya & Detektif Sari)
Dr. Aditya: Dia sudah mati?
Detektif Sari: Ya. Tidak ada lagi The Observer.
Dr. Aditya: Tapi pertanyaannya… apakah benar dia sendirian?
Detektif Sari: Maksudmu?
Dr. Aditya: Dia berkata “Aku menang”… seolah ini bukan hanya tentang dirinya.
(Keheningan.)
Detektif Sari: Jangan bilang ada orang lain yang terlibat.
(Pesan Masuk: Nomor Tak Dikenal)
???:
Selamat, Dokter. Kau menang kali ini.
Tapi permainan ini belum selesai.
(Layar HP menampilkan satu kata terakhir.)
“E”
(Permainan belum berakhir.)
Tamat… untuk saat ini.
[Cᴀʟʟ ᴍᴇ Wᴀʀᷡʀͩᴇͥɴͭ||23:52/30-Maret-2024]