Di sebuah kota kecil, hiduplah Reza dan Alya, sepasang kekasih yang telah bersama selama lima tahun.
"Aku ingin kita punya rumah kecil di tepi danau," kata Alya sambil menggenggam tangan Reza.
"Iya, dengan halaman penuh bunga yang kamu suka," balas Reza tersenyum.
Mereka adalah pasangan yang saling melengkapi. Reza yang pendiam dan Alya yang ceria selalu membawa warna dalam hubungan mereka.
Suatu hari, Alya mulai sering kelelahan. Wajahnya pucat, tubuhnya melemah.
"Alya, kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu sering kelihatan lelah," tanya Reza khawatir.
Alya tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, cuma kurang tidur."
Namun, kenyataan berkata lain. Suatu pagi, Alya tiba-tiba pingsan. Reza panik dan segera membawanya ke rumah sakit. Setelah pemeriksaan, dokter memberikan kabar yang mengejutkan.
"Alya mengidap penyakit langka. Kami akan berusaha, tapi peluang sembuhnya sangat kecil," kata dokter dengan suara berat.
Reza terdiam, tangan mengepal. Ia menatap Alya yang tertidur lemah di ranjang rumah sakit.
"Kenapa harus Alya, Tuhan?" batinnya.
Alya menjalani pengobatan, dan Reza setia menemani.
Di suatu sore, mereka duduk di taman rumah sakit. Reza memandang wajah Alya yang semakin pucat.
"Reza, kamu takut kehilangan aku?" tanya Alya tiba-tiba.
Reza menggenggam tangan Alya erat. "Aku nggak mau kehilangan kamu."
Alya tersenyum lembut. "Kalau aku pergi nanti, jangan sedih terlalu lama ya?"
Reza menggeleng keras. "Jangan ngomong gitu, Alya. Kamu pasti sembuh."
Alya menatap langit. "Aku ingin percaya itu, tapi kalau pun aku harus pergi, aku ingin kamu tetap bahagia."
Reza terdiam. Hatinya hancur, tapi ia tidak ingin menunjukkan air matanya.
Malam itu, hujan turun dengan deras. Reza berada di samping Alya yang semakin lemah.
"Reza..." suara Alya lemah.
"Aku di sini, sayang. Aku nggak akan kemana-mana," kata Reza, menggenggam tangan Alya yang dingin.
Alya tersenyum samar. "Aku capek... tapi aku bahagia karena ada kamu di sisiku."
Air mata jatuh di pipi Reza. "Jangan pergi, Alya... tolong..."
Alya menatap Reza dengan mata yang mulai kehilangan cahaya.
"Aku mencintaimu, Reza... selalu..."
Nafasnya melemah. Dan di detik berikutnya, tangan Alya terlepas dari genggaman Reza.
"Alya…?"
Tidak ada jawaban. Hanya suara hujan yang menemani tangisan Reza.
Hari-hari berlalu. Rumah yang dulu dipenuhi suara tawa Alya kini terasa sunyi.
Suatu hari, Reza menemukan surat yang ditinggalkan Alya.
"Jangan menangis terlalu lama, Reza. Aku selalu ada bersamamu. Aku ingin kamu tetap tersenyum, seperti dulu saat pertama kita bertemu. Cintaku akan selalu bersamamu, meski tak lagi dalam bentuk yang sama."
Reza menatap langit, membiarkan angin malam menyentuh wajahnya.
"Aku janji, Alya. Aku akan terus hidup, dengan kenangan kita di hatiku."
Dan untuk pertama kalinya sejak kepergian Alya, Reza tersenyum.
-tamat-