Dahulu di sebuah kota alexandria hidup seorang perempuan yang bernama Sofia logosina. Dia adalah seorang pengembara mencari apa arti nya hidup.
Suatu hari dia berjalan di sebuah kota kecil di pinggiran negara Mesir. Dia mencari tempat untuk beristirahat dari lelahnya perjalanan. Sofia berhenti di sebuah cafe bertingkat di kota kecil ini. Dia duduk di salah satu kursi sambil menunggu pelayan datang untuk mencatat pesanannya.
"Permisi saya ingin memesan sesuatu." Ujar nya sopan sambil mengangkat tangan kanannya. Pelayan itu mendekati meja sofia dan dia berkata "selamat datang di cafe logos, apakah anda ingin memesan sesuatu?" Pelayan itu sudah menyiapkan pena beserta buku nya untuk menulis pesanan para pelanggan. "Saya ingin memesan luminari latte, dan satu roti beserta madu di atasnya." Ujar Sofia.
"Baiklah satu luminari latte beserta roti dengan madu di atas nya akan segera datang, apakah anda ingin memesan yang lain?" Tanya pelayan. "Cukuplah dengan itu." Ujar Sofia sambil menampakkan senyumnya.
Sofia menikmati pemandangan dari atas cafe tersebut, dia melihat kota dengan kondisi yang ramai dan beberapa gedung yang bertingkat. Namun, ketenangan itu tidak berselang lama. Seseorang datang dengan angkuhnya sambil memukul meja. "Di mana pelayan, kenapa sangat lambat, kalian tahu aku ini siapa? Aku adalah orang yang terkaya dan memiliki kedudukan tinggi di kota ini."
Semua pandangan tertuju pada orang itu, dia memarahi pelayan dan membentaknya, pelayan tersebut cuma bisa menunduk kepala dan meminta maaf. Sofia muak dengan jenis manusia seperti ini, dia berdiri menghampiri perempuan tersebut dan menahan tangan nya yang hendak menampar wajah si pelayan, dia membalasnya dengan mendorong perempuan tersebut hingga terjatuh. Semua orang kaget karena keberanian yang di timbulkan oleh Sofia.
"Kau ini siapa? Berani sekali kamu mendorong ku, apakah kau tidak tahu dengan ku?" Ujar perempuan tersebut geram. "Ya, aku tidak mengetahui siapa dirimu, yang ku tahu kau hanyalah seseorang yang mengemis kepada orang lain." Ujar Sofia dengan tatapan tajam nya. "Apakah kau tinggal di banguan itu?" Tunjuk Sofia kepada salah satu gedung tertinggi di kota tersebut. Perempuan tersebut hanya menganggu dan menampakan wajah sombong nya. "Begitu lah manusia, dia tidak mengetahui bahwa langit itu berlapis." Ujar Sofia sambil meninggalkan cafe tersebut. Sekarang dia sudah tidak nafsu makan, karena ketenangan dalam dirinya sudah sirna.
Sofia melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya dengan beberapa bekal yang sudah di beli nya di toko roti. Dia berhenti di pinggir jalan yang lumayan ramai. Sampai dia melihat seorang nenek sedang berjalan membawa belanjaannya, Sofia menghampiri nenek tersebut "Nenek tinggal dimana? Biar saya yang membawakan belanjaan nya." Nenek memandangi wajah Sofia dengan senyum di sertai keriput di wajah nya. "Baiklah anak muda jika kau ingin membantuku, ikut lah dengan ku."
Sofia mengikuti nenek tersebut hingga tibalah dia di sebuah toko buku yang sangat kuno menurut nya. "Selamat datang di toko ku, aku sudah lama berdiam di sini." Nenek tersebut mengambil satu buku dan dia memberikannya kepada Sofia "ini adalah bayaran karena telah membantu ku tadi, terima kasih banyak anak muda." Ujar nenek tadi. Sofia keluar dari toko antik tersebut sambil memegang buku pemberian nenek tadi. "Hidup sama dengan hukum rimba." Ujar nenek tersebut lalu ia kembali masuk ke toko nya.
Sofia bingung dengan pernyataan tersebut. Lalu dia kembali mencari apa itu kehidupan. Cahaya gelap sudah menyelimuti kota aura dingin disertai air menambah sepi kota tersebut, Sofia berjalan dengan payung nya di pinggir jalan kota tersebut. Kini tiba lah dia di salah satu rumah teh, dia memesan teh ginger. Dia menikmati suasana kedai tepi jalan tersebut. Kini ada seorang kakek tua menghampiri nya, "teh adalah simbol kedamaian dengan alam." Sofia membalikkan tubuh nya dan dia tidak mendapati sesuatu apa pun, Kakek tua yang ia lihat tadi juga menghilang.
Keesokan harinya dia melanjutkan perjalanan menuju ke kampung halamannya.
Di perjalanan dia banyak sekali melihat kejadian yang tak terduga seperti maling, perkelahian, perdebatan, dan lain lain. Dia masih belum mengerti apa itu konsep kehidupan, dia berjalan melewati hutan dengan keadaan pagi itu hujan lebat. Kali ini dia berteduh di bangunan tua yang dulunya itu adalah tempat ibadah subuah agama. Ternyata dia tidak sendiri banyak orang yang juga ikut berteduh di kuil tersebut, dia merenung melihat keluar kuil. Sampai ada seorang perempuan yang seumuran dengan nya menghampirinya "Jika ada air hujan di lubang tanah ini, maka lubang tanah ini akan hidup, tetapi jika air hujan sudah mengering, maka lubang tanah ini akan mati. Dahulu saat masih ada patung dewa di sini maka tempat ini hidup, saat patung dewa tidak ada maka tempat ini mati. Itu lah kehidupan manusia, di himpit oleh dua kejadian yaitu kejadian hidup dan kejadian mati." Ujar perempuan tersebut sambil berjalan keluar menggunakan payung nya.
Sofia masih mencerna perkataan perempuan tersebut sampai dia paham.
"Pada akhir kehidupan adalah proses yang harus di lewati, masalah baik dan buruk nya itu adalah ujian ketika menjalani nya. Sama halnya dengan air hujan, terlahir dari awan lalu proses turun nya adalah kehidupan di terpa angin atau badai berakhir di tanah." END