Part 1
Siang itu Rivan mengendarai motornya dengan sedikit terburu-buru ada paket yang harus segera dia antar karena sudah ditunggu oleh si pemesan, panas yang terik ditambah perut yang lapar karena tengah berpuasa Rivan sempat kehilangan konsentrasi hingga sebuah tabrakan tidak bisa dia elak kan.
BBBRRRUUUAAKKKK !!!
Suara benturan keras dibelakang mobilnya Arum yang sedang berkendara sendirian terkejut lalu segera melipir dan perlahan berhenti untuk mencari tau apa yang terjadi, dia keluar dari mobil seorang pria terlihat berusaha mengangkat sepeda motornya yang terbaring ditengah jalan, Arum lalu melihat bagian belakang mobilnya yang sudah penyok dan kemudian terlintas difikirannya pasti pria itu yang menabraknya.
“Mas Gak apa-apa ?” tanya Arum seraya menghampirinya
“Gak apa-apa mbak !” jawabnya namun raut wajahnya meringis menahan sakit
Rivan perlahan mendorong sepeda motornya mendekati mobil Arum
“maaf mbak, saya tadi gak sengaja. Soalnya saya sedang buru-buru” ucap Rivan jantungnya dua kali berdetak lebih cepat dari biasanya
Dia panik melihat mobil itu rusak parah dibagian belakangnya sampai Rivan lupa dengan kakinya yang terluka tadi
“Saya benar-benar minta maaf “ ucapnya lagi dengan tulus
Rivan merogoh saku celana lalu mengambil dompetnya saat dibuka hanya ada beberapa lembar uang pecahan sepuluh dan dua puluh ribu yang sudah lusuh disana
“Ini tolong pegang KTP saya dulu sama no ponsel saya, soalnya paket ini sudah ditunggu. Saya harus buru-buru mengantarnya” ucap Rivan berharap Arum dan bisa membiarkannya pergi dulu menyelesaikan tugasnya
Arum serba salah dia tidak ada niat untuk menyulitkan pria itu tapi jalanan yang sangat ramai membuatnya memilih untuk mengikuti kata-kata pria itu
“Iya, nanti akan saya hubungi” ucap Arum
Tanpa fikir panjang Rivan segera pergi lagi dan Arum memperhatikannya yang berjalan pincang
“Pasti kakinya terluka “ gumam Arum
Tapi dia tidak bisa menghentikan Rivan yang sudah pergi menjauh, saat kembali kedalam mobil Arum melihat KTP dan secarik kertas yang pria itu berikan tadi.
“Semoga lukanya tidak parah “ ucap Arum sebelum akhirnya dia pun melanjutkan perjalanannya kembali.
**
Dua minggu berlalu Arum benar-benar lupa dengan kecelakaan yang menimpanya hari itu dan juga KTP pria itu pun masih ada didalam tasnya
“Mobil kamu kenapa ?” tanya Ayah tirinya
Hubungan mereka tidak baik andai bukan karena ibunya Arum pasti sudah pergi dari rumah itu tapi apalah daya, ibunya tengah sakit keras dan jika dia pergi Arum tidak yakin ayah tirinya itu mau mengurus ibunya.
“Gak apa-apa, Cuma kesenggol pohon” jawabnya ketus
Bukannya percaya begitu saja ayah tirinya itu sengaja menyampaikan hal itu pada istrinya
“Oh,,,” dia pun pergi menuju kamar istrinya
Usia pria itu tidak jauh dari Arum namun demi bisa hidup enak dia bersedia menikah dengan ibunya Arum yang lebih cocok dia panggil mama dari pada sayang.
Sejak awal pernikahan mereka tidak mendapat restu dari arum yang merupakan anak tirinya tapi pria bernama Dodi itu tidak ambil pusing akan hal itu,
“Sayang !” ucapnya saat masuk kekamar istrinya
Wanita itu terbaring lemah diatas kasur karena menderita penyakit stroke, semua aktifitasnya di lakukan diatas kasur dan hidupnya sepenuhnya dilayani oleh Arum bukan suaminya, pria itu hanya datang saat butuh uang saja setelah itu dia akan pergi entah kemana.
Tapi ibunya tidak mau mendengarkan Arum yang meminta mereka untuk bercerai dari pada Dodi terus menjadi beban dihidup mereka.
“sayangku udah cantik aja, mau kemana ?” istrinya tersenyum mendengar pujian yang keluar dari mulut Dodi padahal dia tau itu hanyalah ucapan buaya
“Bagi uang dong ! Aku mau kebali sama teman-teman ku, uangku yang kemaren udah habis” ucapnya tanpa malu
“Kok,,,udah, haaabis ?” Penyakit itu bukan hanya menghambatnya dalam berkatifitas namun juga mengganggu kemampuan bicaranya
“Aduh sayangku ! Kamu kayak gak tau aja, aku kan juga punya kebutuhan” jawabnya ketus
Dodi teringat akan mobil Arum tadi
“Sama aja kayak anak kamu itu, tuh ! Mobilnya rusak lagi sepertinya dia habis kecelakaan” Ibu terkejut mendengarnya
“DODI !” Arum tiba-tiba datang dan mendengar pembicaraan mereka
“KAMU YA ! AKU INI AYAH MU, JANGAN LANCANG KAMU !” tegasnya
Arum melihat kearah ibunya yang terlihat sangat syok
“Lo butuh uang berapa sih ? Bilang aja, tapi jangan ganggu ibu ku” Hidup mereka sangatlah nyaman dan berkecukupan meski tidak ada pria itu dirumah mereka tapi kenapa ibunya masih mau mempertahankan pria tidak berguna itu
“Lima puluh juta, aku mau kebali ! liburan !” jawabnya
Arum segera mentaransfer uang itu agar Dodi segera pergi dari sana
“Nih !” ucapnya ketus seraya memperlihatkan bukti transfer dilayar ponselnya
Dodi lalu mencek ponselnya juga
“Nah gitu dong, kenapa gak dari tadi sih !” keluhnya
“Ya udah sayang, aku pergi dulu ya !” ucapnya lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari istrinya
Arum sangat kesal namum karena ada ibunya dia terpaksa menahannya, terlahir dari keluarga yang berkecukupan ternyata tidak membuat Arum merasa selalu bahagia, hidupnya berubah setelah Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi dia sebenarnya tidak betah ada dirumah ini lama-lama namun karena setahun terakhir ibunya sakit Arum pun terpaksa untuk tinggal disana demi menjaga ibu dan harta peninggalan ayahnya.
"Be,,,nar ka,,mu habis kece,,lakaan ?" Arum malas membahas hal itu
"Gak ! dia bohong " jawabnya ketus
“Itulah, Ibu gak mau menceraikan dia. Coba aja ibu ceraikan saja manusia s*alan itu. Setidaknya beban hidup kita berkurang” keluh Arum
Uang segitu sebenarnya bukan masalah besar untuknya hanya saja tingkah pria bernama Dodi itu selalu saja membuat ibunya kesulitan,
“Di,,a kan, ayah ka,,mu. Jangan bica,,ra begitu” Arum jenuh mendengarnya
“Ayah apanya, dia itu lebih cocok jadi suami Arum dari pada jadi suami Ibu !” jawabnya ketus
“ Kalau aja Ibu mau dengarkan Arum dulu jangan menikahi orang itu, pasti ibu masih sehat sekarang” ibunya terdiam memang benar apa yang Arum katakan jadi dia tidak berani mendebat putrinya itu lagi
“Ka,,lau. Kamu ma,,u ibu ce,,rai. Kamu ha,,,rus meni,,kah dulu. Setelah itu ba,,ru ibu a,,kan mence,,rai kan Dodi” mendengar itu Arum merasakan angin segar dihidupnya setelah sekian lama tapi sayang saat ini dia tidak sedang menjalin hubungan dengan seseorang bagaimana caranya agar bisa memenuhi syarat dari ibunya
“Ibu gak bohong kan ? Ibu janji ya ! Kalau Arum menikah kalian akan cerai “ ibunya mengangguk setuju
“JANJI YA Bu !” Arum sangat bahagia mendengarnya sampai lupa kalau dia sebenarnya belum punya calon
Setelah hari yang bahagia itu Arum pun lebih bersemangat menjalani hari-harinya tidak seperti biasanya yang selalu penuh dengan rasa ingin pergi dari rumah.
Beberapa hari kemudian arum pun memutuskan untuk mencuci mobilnya setelah sekian lama, dia ingin sekali mengunjungi makam ayahnya untuk menyampaikan kabar gembira itu.
“Maaf Bu, itu mobilnya yang rusak tidak sekalian diberbaiki ? Disini bisa lho bu memeperbaikinya” seoarang pegawai tempat cuci mobil itu menawarkan jasa mereka
“Rusak ! yang mana ya ?” Arum benar benar sudah lupa
Pria itu mengajak Arum mennghampiri mobilnya yang sedang dicuci dan Arum pun baru mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu dan dia tambah terkejut lagi saat sadar jika KTP si penabraknya itu masih ada ditasnya
“ASTAGA !!!” dia buru-buru kembali kemeja tempat duduknya tadi dan membuka tasnya
“Kok bisa aku sampai lupa !” keluhnya
Arum buru-buru menghubungi pria itu tapi tidak ada yang mengangkat lalu dia mengirim pesat teks
“Selamat siang, ini saya yang mobilnya mas tabrak waktu itu” lama Arum menunggu namun tidak ada jawaban
Dia pun akhirnya membiarkan pesan itu mungkin saja pria itu masih sibuk.
DIsebuah rumah sakit Rivan nampak gelisah, dia tidak berhenti mondar mandir dengan masih memakai baju kerja dia berada didepan ruang IGD
Kaka perempuannya yang menemani Rivan disana juga nampak sangat khawatir
“Kenapa sih kalian gak mikir dulu sebelum memutuskan punya anak ? Kondisi ekonomi kalian kan masih belum stabil, harusnya kalian tunda saja dulu” ucapnya menasehati Rivan
“Kalau sudah begini kan siapa yang direpotkan, kami juga kan sebagai saudara kamu. Keluarga istrimu mana mau membantu” keluhnya
Rivan tidak berani menjawab dia hanya diam mendengarkan omelan kakanya
“Ini lagi, kok bisa sih istrimu sampai punya penyakit darah tinggi. Apa selama ini kalian gak periksa kedokter ?” Ternyata diamnya Rivan tidak membuatnya lepas dari amarah kaka perempuannya
“Periksa Kak, Cuma saya gak tau kalau akan sebahaya ini” jelas Rivan
“ Itulah kamu, b*doh ! Bisa-bisanya berfikir begitu. Terus soal asuransi, udah dibikin ?” mereka terdiam tidak saling bicara lagi dan Kakanya pun langsung paham adikknya itu pasti tidak menjalankan perintahnya waktu itu
Lama menunggu tapi sayang mereka harus mendapat kabar buruk, istri Rivan harus dioperasi saat itu juga dan mereka diminta untuk mengurus pembayarannya lebih dulu.
Rivan bingung harus bagaimana dia tidak punya uang sebanyak itu, lalu dia membuka ponselnya ada sebuah pesan dari nomer baru
“siapa ini ?” batin Rivan
Tangannya bergetar saat tau siapa yang menghubunginya
“Astaga ! Bagaimana ini ?” Rivan khawatir dengan keadaan istrinya namun dia juga tidak punya uang yang diminta
“untuk rumah sakit saja uangku tidak cukup, apalagi harus membayar ganti rugi “ keluhnya
Tapi Rivan tidak ingin berlarut-larut dia segera mengambil semua tabungan yang dia miliki lalu kembali kerumah sakit
“Saya bayar segini dulu, tolong operasi istri saya secepatnya. Saya akan cari tambahannya segera” ucap Rivan seraya menyerahkan uang satu juta yang dia punya
“Saya akan terima uang ini tapi tolong bapak harus secepatnya membayar kekurangannya ya ?” Rivan merasa sedikit lega
“Iya mbak, saya janji ! Sore ini akan saya bawa uangnya “ jawab Rivan dengan yakin
“Kak , tolong jaga Cyntia. Saya mau keluar dulu” kaka perempuannya bingung kenapa Rivan memilih pergi dari pada menunggu istri melahirkan
“Kamu mau kemana ? Anakmu sebentar lagi lahir, kok kamu mau pergi ?” Rivan tidak bisa menjelalskan
“Sebentar aja Kak! Saya mau jual motor dan hape dulu” ucapnya
Rivan segera pergi namun dia ternyata tidak langsung pergi menjual motor dan hape nya tapi dia ingin bertemu dengan Arum dulu
“Maaf mbak, saya tadi sedang sibuk. Kalau boleh tau berapa ya biaya perbaikannya ? Dan kemana saya mengantarkan uangnya ?” Pesan itu terkirim
Lalu Rivan membuka dompetnya yang hanya tersisa dua ratus lima puluh ribu, dalam hatinya dia berharap uang ini cukup
“Bisa tolong ambil kerumah saya aja ? Biayanya habis lima ratus ribu” tangan Rivan gemetar ternyata uang yang dia punya kurang
Tapi karena niat untuk bertanggung jawab Rivan pun tetap berangkat menuju rumah pemilik mobil yang dia tabrak dulu, fikirannya sudah tidak karuan antara sedih tidak bisa menemani istrinya dan juga bingung kemana dia harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
Setibanya dialamat yang wanita itu kirim Revan sangat terkejut ternyata wanita sederhana yang dia temui waktu itu adalah anak orang kaya, bukan hanya rumah yang besar tapi halaman dan pagarnya juga tidak kalah besar.
“Permisi !” ucap Rivan
Seoarang penjaga rumah itu sigap menghampirinya
“Nganter paket ya mas ?” tanyanya
“Bukan pak ! Saya mau ketemu orang “ jawab Rivan
“Siapa ?” Rivan bingung karena dia tidak tau siapa nama wanita itu
“Dia tamu saya pak !” suara dari depan pintu mengalihkan perhatian mereka berdua
Rivan melihat wanita itu dan jantungnya mulai berdetak lebih kencang, bukan jatuh cinta tapi dia takut akan kah wanita itu mau menerima alasannya.
“Oh iya, non !” pintu pagar itu segera dibuka dan Rivan dipersilahkan masuk
Dia berjalan menuju rumah besar itu matanya tidak berhenti menatap kagum pada setiap sudut hunian itu.
“Silahkan masuk mas !” pinta Arum tapi Rivan menolaknya
“Eeh maaf mbak ! Apa boleh diluar sini aja ?” mencoba bernegosiasi
“ Oh oke, gak masalah. Silahkan duduk “ ucapnya
Mereka duduk dikursi kayu tidak tau terbuat dari kayu apa yang jelas kursi ini terlihat mahal untuk sekelas kursi yang ada diteras, lalu Rivan segera membuka dompetnya dan Arum pun meletakkan KTP dan secarik kertas yang Rivan berikan wantu itu,
“Ini,,,” Rivan menyerahkan uang dua ratus lima puluh ribu yang dia punya dengan ragu
“Maaf sebelumnya, uang itu kurang. Saya janji akan segera membayar sisanya” Arum tidak memperhatikan perkataan Rivan tapi dia justru memperhatikan raut wajah pria itu yang terlihat sedang bingung
“Kenapa bisa kurang ?” tanya Arum ingin mengorek informasi lebih banyak lagi
“Eemmm, istri saya ada dirumah sakit sedang operasi. Uangnya saya bayarkan untuk biaya operasi dan itu adalah uang terakhir yang saya punya” jelas Rivan
“Rencananya saya mau jual motor dan Hape ini untuk tambahan biaya rumah sakit, kalau ada sisanya baru saya bayarkan utang sama mbak “ sambung Rivan
Arum menatap wajah pria tampan namun tidak terawat itu dan dia sangat ingin membantunya tapi bagaimana ?
“Tapi bagaimana kalau hasil penjualan motor dan handphone itu tidak cukup untuk biaya rumah sakit ?” tanya Arum
Rivan nampak bingung harus menjawab apa
“Apa yang akan kamu lakukan ?” sambungnya
Lama Rivan memikirkan apa lagi barang berharga yang dia punya dirumah tapi sepertinya tidak ada
“ Saya tidak tau ?” ucap Rivan
“ Saya boleh tanya sesuatu ?” Arum sepertinya punya ide
“iya silahkan “ jawab Rivan
“Kamu mau kalau saya yang membayarkan biaya rumah sakit istrimu ?” pertanyaan itu membawa sedikit angin segar untuk Rivan
“Maksudnya ?” Rivan belum mengerti
“Saya akan membayar semua biaya rumah sakit istri kamu tapi dengan satu syarat “ Kata-kata syarat itu membuat solusi menjadi masalah baru
“Apa syaratnya ?” Rivan tidak menduga dengan syarat yang diajukkan oleh Arum
“Manikahlah dengan saya !” Rivan tidak pernah membayangkan akan menikah lagi untuk yang kedua kalinya apa lagi dengan wanita yang namanya saja dia tidak tau.