🍒 Happy Reading 🍒
1
Zhivanna Adisya tak pernah menyangka hidupnya akan berakhir sehina ini.
Sejak kecil—atau sejak Mama kandungnya menilnggal dunia, dan 2 tahun setelahnya, Ayahnya menikah lagi. Dan sejak itu kehidupan nya seakan jungkir balik, yang tadinya dia disayangi oleh Ayahnya... sekarang tidak lagi.
Ibu tirinya menghasut Ayahnya untuk selalu kerja karena kalau tidak ada uang—gimana bisa menafkahi anakmu dan aku. Seperti itulah hasutan maut ibu tirinya. ia diperlakukan seperti pembantu oleh ibu tirinya
. Semua pekerjaan rumah ia tangani, semua kesalahan ditimpakan kepadanya. Ayahnya? Gak usah ditanya lagi, tentu saja Ayahnya sibuk bekerja, menutup mata, menganggap semuanya baik-baik saja.
Zhivanna tak pernah melawan, tak pernah membalas, hanya menerima segala siksaan dengan harapan bahwa Allah itu ada tidak akan membiarkannya selamanya menderita.
Namun, malam itu… ia tak sanggup lagi.
Ia diseret keluar rumah oleh ibu tirinya dengan kasar dalam kondisi lemas, tubuh penuh luka lebam, bajunya sobek karena ditarik paksa. Hujan deras mengguyur kota, menambah dingin yang menggigit dan menusuk kulit.
"Kau bukan anakku. Aku muak melihatmu. Pergi dan jangan kembali!"
Zhivanna tersungkur di trotoar yang basah. Napasnya tersengal, tubuhnya bergetar. Pandangannya mengabur, dunia di sekitarnya berputar. Dalam kegelapan yang perlahan menyelimuti kesadarannya, ia hanya sempat berbisik dalam hati:
"Ya Allah, kalau Engkau tidak menyelamatkanku, aku akan benar-benar hancur…"
Lalu, semuanya gelap.
Namun, yang terjadi setelah itu jauh lebih mengejutkan.
---
2
Zhivanna terbangun dengan perasaan aneh.
Tubuhnya terasa lebih besar, lebih kuat. Tangannya kasar, suaranya berat. Ada sesuatu yang salah. Ia melangkah terhuyung ke cermin di kamar yang asing. Saat matanya bertemu dengan refleksi di sana, napasnya tercekat dengan jantung yang berdegup kencang—bukan jatuh cinta, tapi-- kaget plus heran.
Itu… bukan dirinya.
Wajah tajam dengan sorot mata penuh kesombongan menatapnya balik.
Zhivanna bukan lagi dirinya sendiri.
Ia kini berada di tubuh Nazhif Faizan.
---
3
Hari pertama sebagai Nazhif terasa seperti mimpi buruk.
Pemuda ini bukanlah sosok yang baik. Ia durhaka pada ibunya, membentak tanpa alasan, menghamburkan uang tanpa pikir panjang. Ia sering melempar barang hanya karena permintaannya tidak dipenuhi. Bahkan, ayahnya yang sakit-sakitan pun sering ia abaikan, seolah keberadaannya tak ada arti dimatanya.
Zhivanna merasa dadanya bergetar nyeri saat menyadari bagaimana pemuda ini memperlakukan keluarganya. Ia sendiri tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu tiri, tetapi kini harus menjalani hidup sebagai seseorang yang dengan sengaja menyia-nyiakan kasih sayang tulus dari ibunya.
Hari pertama, Zhivanna hanya diam. Ia memperhatikan segalanya.
Lalu, saat ibu Nazhif datang membawa teh hangat ke kamar, Zhivanna tanpa sadar berkata, “Terima kasih.”
Wanita itu terdiam, matanya membelalak tak percaya.
"Nazhif... kau tidak marah hari ini?"
Zhivanna tersentak. Ia sadar, di dunia ini, Nazhif tidak pernah mengucapkan terima kasih.
Saat itu juga, ia memutuskan sesuatu.
"Jika Allah memberiku kesempatan untuk hidup dalam tubuh ini, maka aku harus melakukan sesuatu."
---
4
Hari-hari berlalu, dan perubahan Nazhif mulai terlihat.
Ia tak lagi membentak ibunya. Ia mulai memperhatikan ayahnya yang sakit. Ia bahkan membantu berjualan di warung kecil mereka—sesuatu yang dulu dianggapnya rendah dan memalukan.
Awalnya, semua orang terkejut plus heran. Teman-teman buruknya menertawakan perubahan ini, tetapi Zhivanna tak peduli.
Yang lebih mengejutkan, ibunya mulai menangis setiap malam.
Zhivanna sering mendengar wanita itu berdoa, “Ya Allah, jika ini benar-benar anakku, ampuni dia… Jika bukan, maka lindungilah ruh yang ada dalam tubuhnya ini…”
Zhivanna menggigit bibirnya setiap kali mendengar doa itu.
Ia tahu… waktunya terbatas.
Lalu, suatu hari, ia melihat seseorang yang membuatnya membeku.
Tubuh lamanya.
---
5
Di seberang jalan, seorang gadis berjalan dengan lemah, penuh luka, wajahnya pucat.
Zhivanna terbelalak. Itu tubuhnya!
Ia buru-buru mendekati gadis itu. Namun, sebelum sempat berkata sesuatu, gadis itu menoleh dan menatapnya langsung.
Senyum tipis terbentuk di bibirnya.
"Aku sudah tahu… ini bukan aku lagi."
Zhivanna terkejut.
Lalu, seketika dunia terasa berputar.
---
6
Zhivanna terbangun di rumah sakit.
Ia kembali.
Tubuhnya sendiri terasa begitu lemah, tetapi ia masih hidup. Pandangannya mengarah ke pintu, tempat ibu tirinya berdiri dengan wajah pucat dan ketakutan.
Zhivanna mengerjap. Kenapa wanita itu tampak begitu berbeda?
"Aku… aku…" suara ibu tirinya bergetar, seolah tak percaya bahwa Zhivanna masih hidup.
Zhivanna tiba-tiba teringat sesuatu.
Selama ia berada di tubuh Nazhif, tubuhnya sendiri tidak kosong.
Nazhif yang ada di tubuhnya telah bertindak.
Bukan dengan balas dendam atau kekerasan, tetapi cukup untuk membuat ibu tiri itu takut.
Mungkin Nazhif menatapnya dengan cara yang berbeda. Cara yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya—ketundukan.
Zhivanna menarik napas pelan dengan berat. Ia tak tahu apa yang Nazhif lakukan, tetapi satu hal pasti… ibu tirinya kini tidak lagi mendominasi.
Sementara itu, di sisi lain kota…
Seorang pemuda bernama Nazhif Faizan terbangun dari koma.
Ia melihat ke arah ibunya yang tertidur di sampingnya, dan entah mengapa, hatinya terasa begitu sakit.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar sendirian.
Matanya panas, ada sesuatu yang mendesak di dadanya meronta untuk keluar. Perlahan, dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan ibunya.
Dan berbisik,
"Maafkan aku… Ibu."
🍒✨💐TAMAT💐✨🍒