Dafa, seorang pemuda berusia 27 tahun, adalah ilmuwan jenius di bidang fisika kuantum. Sejak kecil, ia terobsesi dengan konsep perjalanan waktu. Baginya, waktu bukanlah garis lurus, melainkan lingkaran yang penuh misteri. Obsesi ini berawal dari rasa kehilangan yang mendalam—ia tak pernah mengenal ayahnya. Ibunya, Laila, membesarkannya seorang diri tanpa pernah menceritakan siapa ayah kandungnya.
Dafa tumbuh menjadi pribadi yang pendiam dan selalu ingin mencari jawaban. Selama bertahun-tahun, ia bekerja di bawah bimbingan Profesor Malik, seorang ilmuwan eksentrik yang telah mendedikasikan hidupnya untuk meneliti kemungkinan perjalanan waktu. Bersama timnya, mereka menciptakan sebuah mesin waktu eksperimental bernama Chronos.
Suatu malam, setelah bertahun-tahun gagal, eksperimen mereka akhirnya membuahkan hasil. Mesin waktu itu berhasil menciptakan celah kecil di ruang-waktu. Namun, Profesor Malik memperingatkan Dafa bahwa perjalanan waktu bisa menciptakan paradoks berbahaya.
Namun, rasa penasarannya terlalu besar. Tanpa sepengetahuan siapa pun, Dafa diam-diam mengatur koordinat mesin menuju tahun 1995, tiga puluh tahun ke masa lalu. Ada satu alasan kuat di balik keputusannya: ia ingin menemukan jawaban tentang siapa ayahnya.
Perjalanan ke Masa Lalu
Sesampainya di tahun 1995, Dafa merasa terasing di dunia tanpa internet dan teknologi canggih. Dengan identitas samaran "Daniel," ia mencoba menyesuaikan diri. Suatu hari, di sebuah perpustakaan kota kecil, ia bertemu dengan seorang gadis bernama Laila—cerdas, penuh semangat, dan memiliki senyum yang meneduhkan hati.
Awalnya, Dafa berusaha menjaga jarak. Ia tahu aturan utama perjalanan waktu: Jangan pernah mengganggu jalannya sejarah. Namun, semakin sering ia bertemu Laila, semakin sulit baginya untuk menahan perasaan. Lambat laun, mereka menjadi dekat dan jatuh cinta.
Dafa mulai merasa nyaman di masa lalu, seolah-olah takdir memang membawanya ke sana. Ia bahkan sempat berpikir untuk tetap tinggal di masa itu selamanya, melupakan misinya menemukan ayahnya. Tetapi, di tengah kebahagiaan itu, Laila mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan—ia hamil.
Kabar ini mengguncang Dafa. Ia tahu ia tidak bisa tinggal di masa lalu selamanya. Apalagi, mesin waktu hanya bisa dioperasikan dari tahun asalnya. Jika ia tak kembali sekarang, ia mungkin akan terjebak di masa lalu tanpa jalan pulang. Dengan hati yang berat, ia meninggalkan Laila tanpa memberi penjelasan apa pun, berharap suatu hari anak mereka akan tumbuh dengan baik.
Kembali ke Masa Depan
Saat kembali ke tahun 2025, Dafa diliputi rasa bersalah. Ia menyelidiki semua arsip dan catatan, mencari petunjuk tentang Laila dan anak mereka. Yang mengejutkan, ia menemukan catatan seorang anak laki-laki yang lahir di tahun 1996 di kota yang sama—namanya adalah Dafa Malik.
Dafa terpaku. Ia menyadari kebenaran yang mencengangkan: Dirinya sendirilah anak yang ia tinggalkan di masa lalu. Ia bukan hanya seorang penjelajah waktu—ia adalah ayahnya sendiri.
Namun, misteri belum berhenti di situ. Ada sesuatu yang tidak masuk akal. Jika ia adalah ayahnya sendiri, siapakah Dafa di masa depan yang membangun mesin waktu pertama kali?
Dafa mulai mengalami mimpi aneh—bayangan seorang pria tua yang mirip dirinya, tetapi dengan luka besar di wajahnya. Dalam mimpinya, pria itu memperingatkan tentang "Lingkaran Takdir" yang tak bisa dipatahkan.
Membuka Tabir Misteri
Dafa memutuskan untuk kembali ke masa lalu sekali lagi, tetapi kali ini ia pergi ke tahun 2035, sepuluh tahun di masa depan. Ia ingin mencari jawaban, ingin tahu apakah ada cara untuk menghentikan paradoks ini.
Di masa depan, dunia tampak suram. Teknologi telah berkembang pesat, tetapi ada tanda-tanda kehancuran. Ia menemukan Profesor Malik yang kini sudah tua dan sekarat. Dengan suara lirih, Profesor Malik mengungkapkan bahwa perjalanan waktu telah menciptakan "Lingkaran Takdir"—sebuah siklus yang terus berulang.
"Setiap kali kau kembali," kata Malik, "kau memperkuat lingkaran itu. Dan setiap kali kau mencoba mengubah masa lalu, takdir akan memastikan kau kembali ke titik awal."
Dafa menyadari bahwa ia tidak bisa lepas dari takdir ini. Jika ia mencoba menghentikan dirinya di masa lalu, ia akan menghapus keberadaannya sendiri. Ia terjebak dalam paradoks abadi di mana dirinya selalu menjadi bagian dari sejarah.
Konfrontasi Terakhir
Dalam perjalanan kembali ke masa lalu, Dafa memutuskan untuk bertemu dengan versi dirinya yang lebih muda di tahun 2024—satu tahun sebelum ia pertama kali menggunakan mesin waktu. Ia berharap bisa mencegah dirinya sendiri melakukan perjalanan pertama itu.
Saat keduanya bertatap muka, suasana tegang. Dafa yang lebih tua memperingatkan versi mudanya tentang bahaya paradoks. Namun, Dafa muda keras kepala—rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takut.
Dalam perdebatan itu, sebuah ledakan energi dari mesin waktu membuat mereka terpisah. Dafa yang lebih tua kembali terpental ke tahun 1995, kembali ke pelukan Laila, menyadari bahwa ia telah gagal menghentikan siklus itu.
Sementara itu, Dafa muda melanjutkan misinya di masa kini, melangkah ke mesin waktu tanpa mengetahui bahwa ia sedang mengulang lingkaran yang sama.
Epilog
Dafa akhirnya menerima kenyataan bahwa ia tak bisa lepas dari takdirnya sendiri. Ia adalah ayah dan anak dalam waktu yang bersilangan, terjebak dalam lingkaran abadi yang tak bisa dihentikan.
Namun di tengah kekacauan waktu, ia menyadari satu hal: Cinta kepada Laila dan rasa ingin melindungi anak mereka adalah alasan mengapa ia selalu kembali.
Meskipun waktu mencoba memenjarakannya, ia memilih menerima takdirnya. Karena di balik semua paradoks, ada satu kebenaran yang abadi: Cinta selalu menemukan jalannya—bahkan melawan hukum waktu.
— Tamat.