Seorang gadis remaja tengah melamun di kamarnya. Menatap langit-langit kamar sembari membayangkan seseorang nan jauh di sana. Terpisahkan oleh jarak. Angannya terus melayang meski raganya diam di tempat. Berulang kali foto wajah seseorang itu berputar dikepalanya.
Hanya satu kemungkinan. Gadis itu tengah merindu. Sosok yang ia tunggu akhirnya muncul dengan jalan yang tak biasa. Bermula dari sebuah pertanyaan yang berlanjut menjadi obrolan. Gadis itu dan orang yang ada diangannya.
Amatlah berbeda dari biasanya. Gadis yang tak pernah berubah pendiriannya. Kini tengah dilanda kegalauan yang luar biasa. Antara iya dan tidak. Bila gadis itu menerimanya maka dia akan kehilangan impiannya. Sementara jika dia menolaknya maka dia akan kehilangan seseorang itu.
Sosok yang belum pernah dia temui. Tapi bagi gadis itu tak masalah. Karena ada begitu banyak alasan mengapa dia jadi begini. Semua yang ada pada dirinya hampir sama seperti orang itu. Andai waktu dapat dipercepat. Ia ingin segera berjumpa walau hanya bertegur sapa.
Malang si gadis telah menolak ajakannya. Walau dia tau orang itu tak kan menyerah. Berat yang dirasakannya ketika usai mengatakan tidak. Dan semua berlalu tanpa dia sadari mungkin orang itu merasa tak dianggap oleh si gadis. Seandainya ada kesempatan dia ingin bertemu dengan orang itu, mengatakan yang sejujurnya semua yang dirasa. Menegaskan bahwa dia benar-benar meminta maaf atas perlakuannya.
Walau gadis satu ini sanggatlah aneh tapi dia begitu peka. Seperti merasakan sesuatu di seberang sana. Ya apa lagi kalau bukan kekecewaan. Orang itu terlanjur jatuh hati padanya. Harusnya orang itu tak melabuhkan hatinya ke gadis itu karena dia bukanlah gadis biasa.
Cerita hidup si gadis amatlah kelam dan penuh kepiluan yang amat mendalam. Begitu miris hatinya teriris karena masa lalu. Bukan karena cinta pada seorang saja tapi menyangkut cinta pada kedua orang tuanya yang begitu besar. Saking dalamnya cinta si gadis, ia hancur ketika menghadapi kenyataan pahit itu. Hilangnya salah satu orang yang dicintanya.
Dunia seakan menyuruhnya pergi menemui orang itu. Tetapi jika dia melakukannya akan semakin sulit orang itu tuk melupakannya. Kini tinggallah takdir yang bicara. Biarlah Tuhan yang mengatur semua sandiwara yang ada. Jika memang harus bertemu tak apa. Tetapi orang itu bagaimana? Apakah masih menyimpan niatan itu?
Tidak ada yang tau beberapa tahun ke depan. Apakah berakhir saling melupakan atau malah bertemu dengan kenangan masa lalu. Entahlah semua sudah ada yang mengatur. Si gadis dan orang itu sama-sama memiliki sesuatu yang berbeda dari lainnya. Dan jika mereka ditakdirkan bersama maka mereka pasti bertemu.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
"Jagalah perasaan orang itu meski kamu tak mengenalnya. Setidaknya buat dia merasa ada dan berarti di dalam hidupmu."
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
Kini hubungan si gadis dengan seseorang itu tengah renggang. Entah mungkin keduanya berusaha saling menjauh dengan tak melakukan kontak sama sekali. Dalam hati si gadis amatlah senang karena dia merasa bebas kembali. Walau jauh didasar hatinya masih mengharapkan pertemuan yang tadinya sudah direncanakan. Gadis itu tau bahwa tak ada sesuatu yang hakiki kecuali cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Sebenarnya si gadis masih terus berpikir keras apakah dia sudah bosan? Tak sanggup lagi berjuang? Apa suatu ketika akan bertemu?
Ah sudahlah lupakan semua pemikiran itu. Jika dia memang seseorang yang dipilihkan untukmu, dia pasti akan datang kepadamu tanpa kau memintanya. Tak ada yang tau bagaimana keadaan orang itu. Penuh misteri di dalam kisah cinta mereka walau si gadis tak merasa demikian. Tapi apalah daya semua sudah terjadi. Mereka mungkin belajar tuk saling melupakan satu sama lain.
Istiqomah itu yang dilakukan si gadis. Dia sadar selama dekat dengan seseorang itu dia merasa amat jauh dari Allah swt. Maka dari itu dia terus berusaha untuk mendekat kembali. Memulai semua dari awal tanpa memikirkan hal yang telah berlalu. Barangkali ada hikmah yang belum ditemukan si gadis dari peristiwa yang menimpanya. Pada dasarnya si gadis masih berusaha tuk mempertahankan pendiriannya.
Dia tak ingin goyah. Apalagi menjauh dari Allah swt. Dia lebih baik kehilangan kesenangannya daripada mendapat murka dari-Nya. Ratapan tangis sudah jadi hal langka untuk si gadis. Ingatlah Allah Swt. selalu bersama orang-orang yang sabar. Keikhlasan akan datang dengan sendirinya jika semua niatan awalnya begitu tulus dan penuh kesungguhan.
Hati boleh merasa kehilangan seseorang itu tapi si gadis selalu ingat Allah swt. masih ada. Dia Maha Mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh gadis itu. Berprasangkalah baik bahwa kamu akan dipertemukan dengannya. Suatu saat nanti jika dia memang seseorang yang dipilih Allah swt. untukmu. Yakinlah meski suatu saat kau tak bertemu dengannya Allah swt. akan memberikan gantinya yang lebih baik dari sebelumnya.
Si gadis hanya bisa pasrah. Dia serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Apa pun yang terjadi di masa depan sudah direncanakan Allah swt. Kalau boleh jujur si gadis juga menginginkan orang itu seperti orang itu menginginkannya. Tapi ingat semua sudah ada yang mengatur. Jangan lupa sisipkan dia dalam doamu barangkali Allah swt. mengabulkannya. Karena Dia suka pada orang-orang yang berdoa kepada-Nya meminta pada-Nya.
Semua sudah ada yang mengatur si gadis hanya berusaha urusan ya atau tidaknya Allah swt. yang menentukan. Dia Maha Tau apa yang tak diketahui oleh umat-Nya dan selalu memilihkan yang terbaik untuk umat-Nya. Si gadis juga tak kan berharap berlebihan karena dia hanya berharap kepada Allah swt. yang mengatur jalan hidupnya.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
“ Biarlah Allah swt. yang mengatur segalanya, yakinlah Dia selalu memilihkan yang terbaik bagi umat-Nya dan semua ujian-Nya tidak pernah di luar kemampuan umat-Nya.”
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
Mungkin bisa dikata mereka bak kembar yang berbeda. Dari semua sifat yang mereka miliki sama hingga keduanya saling terbuka tuk bercerita tentang diri masing-masing. Tak disangka hubungan mereka kian dekat padahal baru sebentar mereka saling mengenal. Namanya dunia maya meski jarak mereka berjauhan tetapi teknologi menjadikannya dekat. Biar tak dapat bertatap muka sekaligus sang pria menjanjikan satu hal dirinya akan mencari si gadis sampai dapat. Pada dasarnya si gadis tidaklah terpengaruh oleh bualan belaka itu, dia malah menantangnya. Tentu tantangan itu langsung diterima.
Sulitnya menaklukkan hati gadis itu tak ayal membuatnya makin maju terus tanpa ada kata mundur. Dia sudah terlanjur jatuh hati jadi apa boleh buat. Saat keduanya saling mengeluarkan tantangan dan malah sepakat. Hal itu hanya candaan semata tetapi jika pria itu nekat akan menaklukkan hati si gadis yang terus menantang balik dengan kata “Siapa takut” bagaimana dia jadi makin semangat tuk mendapatkan gadis itu.
Kurang lebih tiga bulan mereka kenal satu sama lain dan suatu ketika si gadis merasakan sebuah kejanggalan. Nama pria yang dikenalnya lewat dunia maya tersisip dengan rapi pada namanya dengan posisi bacanya dari belakang. Sontak ia terkejut sekaligus geli “Bagaimana mungkin?” katanya sembari menggelengkan kepala. Pada dasarnya mereka berdua lahir di bulan yang sama hanya tanggal dan tahun yang berbeda. Sekali lagi si gadis menemukan sesuatu yang aneh. Apa lagi ini kombinasi angkanya sama.
Benar-benar aneh bukan. Jujur si gadis sampai tertawa geli mengetahui fakta yang ada. Percakapan lewat dunia maya mengenai temuan si gadis, membuat pria itu terheran- heran dan terus melontarkan kalimat “Kok bisa?” lalu dengan gaya yang santai si gadis menjawab “Mana aku tau.” Hingga percakapan pun diakhiri oleh gadis dengan sederet kalimat yang bisa membuat orang penasaran “Udah nggak usah dipikirin! Mungkin itu tadi cuma halusinasi.”
“Dia bilang cuma halusinasi nggak salah tu? Itu kan nyata real ada buktinya,” batin pria itu sedikit kesal dengan penuturan si gadis yang kurang masuk akal itu. Akhirnya dia tak membalasnya dan memilih melanjutkan aktivitasnya. Hmm apa lagi kalo bukan yang namanya belajar sampai larut malam. Karena tak kunjung ada balasan si gadis pun memutuskan untuk segera tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 21:15 WIB. Waw 1 jam lebih mereka chatan dari jam 20:02 sampai jam segitu. Sudah pasti bahas soal terus merembet jadi ngobrolin temuan si gadis.
Beberapa hari kemudian mereka membahas soal seperti biasa. Tak tanggung-tanggung si gadis terus melontarkan pertanyaan sementara pria itu terus menjawabnya. Keduanya bak benda dan bayang. Tiada kata bosan dari kedua belah pihak. Meski terbentang jarak yang jauh. Letih tak mereka rasakan hanya rasa bahagia ketika mereka mulai bercakap lewat media elektronik itu.
Tibalah saat yang menyebalkan untuk si gadis, dia tidak mendapat respons sedikit pun. Makin hari makin menjadi tingkah si pria. Kalau mereka dalam kondisi renggang seperti ini besar kemungkinan semua itu hanya tipuan. Iya TIPUAN dari orang asing yang tak dikenal dalam dunia nyata. Dia imajiner si gadis di dunia maya bukan sosok nyata di depannya. Harus diakui kedua orang ini memang aneh dan sama-sama cepat bosan oleh keadaan yang begitu saja tanpa ada perkembangan sedikit pun.
Langkah terakhir yang bisa dilakukan hannyalah mundur dari medan. Iya pilihan paling tepat meski si gadis masih sering memikirkan semua chatnya. Tapi apa ini? Benar-benar tipuan? Siapa yang tak marah jika diperlakukan seperti itu? Wajar jika kejengkelan si gadis semakin memuncak. Sementara di sisi lain si pria semakin bingung dengan keadaan ini. Kepalanya dipenuhi pertanyaan mengenai si gadis yang tak lagi menghubunginya. Apa dia sakit? Marah? Tapi kenapa? Mulanya tak terpikir tetapi lambat laun si pria diam-diam menghawatirkan si gadis. Seandainya jarak mereka tak berjauhan ia ingin sekali menemuinya. Menanyakan keadaan gadis itu.
Apa pun yang mereka lakukan meski berbeda ternyata masih saling terikat akan satu sama lain apa lagi kalau bukan kunjungan si pria di kemudian hari tuk menemui si gadis. Sayangnya semua itu telah lenyap dari pemikiran si gadis yang tak percaya lagi akan semua yang akan dilakukan si pria. Cukup sampai di sini permainannya ini karena gadis itu telah terlanjur jengkel dan kecewa berat akan semua tipuan ini. Untung dia menyadarinya lebih awal sebelum semuanya makin jauh dari prediksinya.
Kini si pria juga merasa tak lagi ada seseorang di seberang sana yang selalu meminta pembelajaran darinya. Sepi memang karena sosok si gadis telah membekas di ingatan bahwa dia gadis baik dan tak seperti gadis kebanyakan. Ia amatlah berbeda dan itu yang membuat si pria masih mempertahankan perasaan yang mulai tumbuh ini. Dia akan berjuang dengan tekad baja tuk mengambil hatinya. Ia akan melakukan apa pun itu jika memang dia orang yang selama ini dicarinya.
Memang tidak ada salahnya keduanya berencana, meski memiliki rencana yang berbeda. Tetap saja mereka belum tau apa yang akan terjadi setelahnya karena manusia hanya bisa berencana dan Allah Swt. yang menentukan.
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
"Ada kalanya kita butuh seseorang untuk jadi penyangga hidup ini tapi ingat hanya orang jujur pilihannya. Di mana kita bisa mendapat motivasi , nasehat, saran, bahkan kita bisa berbagi cerita."
◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇
Hari-hari berlalu lambat laun keduanya merasakan keanehan pada dirinya masing-masing. Ya mungkin ini aneh tapi ini nyata. Keduanya merasa saling terikat satu sama lain dengan adanya perantara takdir. Mereka sama mereka mirip wajar jika keduanya saling memahami berusaha mengerti. Dan tahukah kalian bahwa kini mereka bak orang yang sedang LDR an padahal sudah jelas mereka hanya sekedar teman chat di dunia maya. Imajiner itu kata yang sering terlintas pada kedua belah pihak. Tapi si pria amat yakin suatu hari nanti bisa menemukan gadis yang diam-diam telah mengisi kekosongan hatinya.
Dia orangnya. Seseorang yang sepertiku. Aku akan memperjuangkannya. Bila memang dia takdirku maka kita pasti bertemu. Tunggulah aku menjemputmu. Jagalah hatimu. Ku anggap dirimu adalah pelabuhan hatiku. Ku harap kelak saat kita saling mengenal satu sama lain kita bisa menjalin hubungan yang lebih serius dari ini. Kita hanya teman chat tapi aku harap bisa lebih dari itu. Ya ku ingin menjadi teman hidupmu. Aku hampir lupa dirimu amatlah berbeda dengan kebanyakan gadis pada umumnya. Kau istimewa bagiku. Aku akan berusaha mendapatkanmu lewat perantara itu. Ilmuku akan tertular padamu dan kita akan bertemu. Aku yakin itu.
Malam hari sebelum hari libur. Ya hari Jumat pada malam Sabtu. Si gadis merasa kesulitan dalam menyelesaikan soalnya padahal kurang satu nomor saja. Dia menanyakan penyelesaian itu pada pria yang misterius itu. Tak disangka si pria malah membuat si gadis berpikir keras. Dia pun merasa dipermainkan “Apa kurang aku mengatakan bahwa aku bingung?”
“Soal yang dianggap sepele itu malah kau bilang tinggal diginiin digituin, sampe aku nggak tau maksud kamu itu apa? Harusnya dari awal aku nggak usah tanya kalau akhirnya kaya gini,” keluh si gadis dalam hati.
Sampai pagi, mereka berdua cuma debat soal itu penyelesaiannya gimana. Sampai si gadis menjadi tambah bingung dan dengan entengnya pria itu membalas chatnya dengan kata-kata itu. Ya gimana nggak sebel orang lagi usaha bukannya dibimbing malah bilang “Ya udah nggak usah dipikirin!”
Memang dia bukan siapa-siapa sih tapi si gadis sempat mengira dia bisa jadi teman belajar yang baik dan pas. Bisa dilihat dari ketepatannya mengerjakan soal-soal yang dia bilang sepele. Sebelumnya si gadis juga pernah bilang ke pria itu kalau dia butuh teman belajar dan si pria oke aja dengan tawaran si gadis. Bahkan sering satu sampai dua jam mereka chat cuma bahas soal. Kini si gadis sudah tau sikapnya yang sebenarnya meski itu belum sepenuhnya benar. Dari kalimat yang paling nyebelin itu si gadis menyimpulkan bahwa si pria merupakan tipe orang yang cuek dan nggak peduli. Yah... mau gimana lagi orang dari SMP udah mulai nebak-nebak karakter orang. Dan di jenjang SMA ini si gadis semakin mengembangkan kemampuannya, ia mulai belajar baca karakter orang lewat bahasa, penulisan, tanda baca, dan durasi waktu membalas chat.
Pada dasarnya si gadis nggak tau siapa pria itu dan dia juga nggak mau suatu saat nyesel karena orang itu. Ingat itu!
Di seberang sana pria yang mengirimkan kalimat paling dibenci oleh kebanyakan orang sedang mematung. Dia berpikir keras karena merasa ada kejanggalan dari chat yang beberapa waktu lalu tak kunjung dibalas. “Apa gue salah ya?” pikirnya.
“Rumit memang berteman dengan jarak yang jauh. Tapi mau gimana lagi kenal juga cuma lewat chat.” Dalam hatinya ia merasa bersalah, tapi semua udah terjadi.
“Kalau dia marah gimana ya? Apa mau maafin gue? Gue juga sih keterlaluan banget sama dia. Udah jelas dia bingung malah gue bikin tambah bingung. Ah.... kenapa sih tu cewek gue pikirin terus?” katanya kesal. “Kalau dia nggak chat gue lagi gimana ya? Padahal kan gue udah janji bakal nemuin dia. Ah.... pusing bodo amat sama tu cewek,” katanya sambil mengacak-acak rambutnya. Dia terlihat frustasi dan sedikit tertekan. Malahan dia jadi kepikiran terus sama cewek itu.
Saat keduanya saling memikirkan satu sama lain. Dan tanpa mereka berdua sadari keduanya mengambil langkah yang sama yaitu nggak chat dulu. Bahkan sampai terpikir buat melupakan semua kejadian yang nggak masuk akal itu dan ingat dia itu masih imajiner. Jadi sebaiknya nggak usah terlalu dipikirin. Memang nggak dipikirin tapi mereka berdua sering kepikiran satu sama lain. Untuk hal ini berujung vakum ya dua-duanya belum ada yang berani chat. Si gadis sempat berpikir “Nggak usah chat, nggak usah ketemu di dunia nyata, biarin aja dia jadi imajiner gue. Imajiner aja udah bikin gue muak apalagi kalau dia nyata. Capek deh,” desahnya.
Dilain pihak, dengan pemikiran yang sama tapi lebih memikirkan dampaknya. Hati-hati banget kalau ngambil tindakan. Jangan sampe nyesel dikemudian hari karena itu nggak enak.
Malam minggu, ya malam di mana para remaja yang punya pacar kencan. Tapi nggak buat cewek satu ini. Dia nggak punya pacar temen cowok sih ada tapi udah ada yang punya. Sebenernya ia nggak sebete sebelumnya. Ya gara-gara orang yang pengen banget dia jauhi malah tiba-tiba chat. Apa lagi kalau bukan jawaban soal yang kemarin malam ditanyakannya.
“Nggak usah dibuka, nggak usah dibales. Orang dia juga nggak merasa bersalah gitu. Harusnya bilang kek maaf ato gimana gitu. Masa cuma kirim foto jawaban. Nggak tau apa sini sampe ngrasa rendah banget, harga diri dinjek-injek sama dia?” batin si gadis jengkel saat tau si pria chat.
Akhirnya si gadis memutuskan untuk segera tidur karena sudah larut malam. Sebelumnya dia berpikir “Dia chat tadi jam 7, sekarang udah jam 9,” pikir si gadis terus melayang. Memang dia tau kalau bakal kek gini. Tapi untuk kali ini dia punya tekad buat bikin si pria merasa ada sesuatu yang salah. Lambat laun kantuk datang, mata yang tadinya masih terbuka lebar kini sudah tertutup. Tidur lelap menuju alam mimpi.
Si pria merasa aneh. Dia mengecek ponselnya tapi nggak ada yang chat dia. Padahal dia sudah jawab soal si gadis dari jam 7 tapi kenapa nggak ada balasan. Biasanya si gadis selalu mengucapkan terima kasih. Kali ini dia memikirkan si gadis. “Dia kenapa?” tanya si pria pada dirinya sendiri. Tak biasanya ada kejadian seperti ini. Pasti terjadi sesuatu dan si pria tak tau itu.
Agaknya si gadis masih jengkel pada si pria. Buktinya sampai sekarang dia hanya melihat chat si pria tanpa ada niat untuk membukanya apalagi membalasnya. Memang dia terlalu mengambil hati ucapan itu, padahal belum tentu yang dimaksud si pria sesuai dengan yang dikira si gadis. Apalah daya mereka cuma teman chat di dunia maya, wajar sering terjadi kesalahpahaman. Tapi dia merasa semua itu benar, ya dia memang bodoh tapi tidak begini caranya buat negur orang.
Lama-lama keduanya berpikir “Ada apa ya dengan si dia?”
Tak tahu siapa yang salah lebih dulu. Hanya saja efeknya keduanya saling membisu. Bisakah mereka saling melupakan jika yang terjadi semakin runyam. Kalau suatu saat mereka bertemu meski salah satu pihak tak menginginkan hal itu terjadi karena ada jaminan mereka akan bertemu di suatu tempat. Jangan gembira dulu, ada Allah swt. yang telah mengatur semuanya dan mereka tak tau bagaimana rencana-Nya. Cukup jalani kehidupan ini dengan yang ada dan jangan mengharap kepada sesuatu yang belum pasti.
Sepertinya ini saatnya, saat di mana mereka saling mengikhlaskan satu sama lain untuk menjalani hidupnya sendiri. Mereka punya alur yang berbeda. Anggap semua yang terjadi adalah kenangan indah. Si gadis juga mulai mengerti semua reallita yang ada begitu pun si pria. Keduanya sepakat dengan hati masing-masing untuk mengikhlaskan sesuatu yang masih maya. Ya keduanya maya di tempat lain.
Ketika si gadis mulai belajar melupakan, mengikhlaskan, dan mencoba menata lagi hatinya. Ya dia ingin bisa tanpa bergantung pada orang lain. Dia ingin mandiri meski pun manusia itu termasuk makhluk sosial. Sebenarnya ia ingin menjauh dari medan itu tapi serasa sebuah gaya yang kuat membuatnya tak berpindah.
Pria yang masih dengan tekad sekuat baja untuk memiliki si gadis terus berjuang. Lama ia menunggu datangnya notifikasi pesan chat dari si gadis. Ia sudah siap di tempat jika ditanyai. Hampir bertolak belakang dengan si gadis langkah yang diambilnya. Tapi kemantapan hati juga keyakinannya yang kuat membuatnya tak goyah. Jauh di lubuk hatinya, ia juga berusaha melupakan dan mengikhlaskan si gadis. Butuh waktu yang lama tapi ia akan berusaha.
Setidaknya keduanya pernah menjadi teman satu sama lain. Tidak ada yang aneh dengan kemajuan teknologi sekarang ini. Punya teman jarak jauh dan tidak dikenal sebelumnya bisa. Tapi ingat ada batas yang membentang.
Meski keduanya tak lagi sering chat tetapi mereka masih terhubung. Ya apalagi kalau bukan hati, pemikiran, dan selera yang sama dimiliki oleh keduanya. Tak heran jika mereka saling merasakan posisi satu sama lain. Jika keduanya rindu dalam artian sebagai seorang “Teman Chat” mereka akan mengontak salah satu. Entah itu menanyakan kabar, berbagi cerita, maupun membahas soal. Ya inilah indahnya pertemanan. Memberikan ruang bagi mereka karena saling membutuhkan.
Ingatlah ada Allah swt. di atas sana, Dia Maha Tahu apa yang sedang dilakukan umat-Nya. Dan Dialah yang memiliki rencana dan manusia tinggal menjalani. Seperti pertemanan si gadis dan si pria yang terus berjalan dengan pemikiran mereka saat itu juga bukan pemikiran mereka dimasa depan.
Perlahan namun pasti giliran si gadis yang merasa bersalah kepada pria itu. Iya hampir seminggu chatnya nggak dibales. Gimana coba? Tu orang sudah pasti jemu. Luluh juga hati si gadis, chat itu dibukanya dan tak lupa ia membalas dengan satu kata yang bikin adem buat pembaca di seberang sana. “Makasih,” tulisnya dan dengan cepat kata itu meluncur ke ponsel si pria.
Terdengar notifikasi pesan. “Dari siapa nih malem-malem gini?” batinya. Diraihnya posel yang tergeletak di sampingnya itu. “Perasaan dari tadi nggak ada yang chat gue deh kok tiba-tiba ada notif ya,” katanya heran. Tak lama kemudian ia menyalakan ponselnya. Dilihatnya sederet kata “Makasih.” Dirinya hanya beroh saja mendapati si gadis pengirimnya. Helaan nafas beratnya diiringi dengan kembalinya ponsel itu di tempat semula. “Huh akhirnya dia baik-baik aja,” serunya lirih. Dia pun melanjutkan belajarnya yang sempat tertunda karena chat tadi.
“Chat Line udah dibaca tapi kok nggak dibales sih,” batin si gadis jengkel. Sebenarnya ia sudah hafal tingkah pria satu itu. Apalagi kalau bukan cuek bebek. Apa-apa dianggap biasa saja padahal kan sebelumnya sempat bimbang dengan keadaan juga. “Pria satu ini memang aneh. Eh tunggu dulu gue kan juga aneh. Lho kok jadi sama-sama aneh ya?” katanya bingung. Selang sebentar kantuk datang melelapkan si gadis dalam mimpinya. Sementara si pria masih berkutat dengan buku-buku tebalnya dan kertas-kertas yang menanti goresan jawaban sebuah soal yang jawabannya bisa berlembar-lembar. Dia masih terjaga dan si gadis sudah terlelap dalam tidurnya.
Biarkan saja dia sendiri. Mungkin dia juga butuh waktu untuk memikirkan semuanya.
Intensitas chat mereka semakin jarang bayangkan hari-hari sebelumnya yang namanya chatan nggak pernah absen. Terus aja jalan gitu. Nah ini mulai chat lagi tapi beda materi mapel juga sih. Dan masih dapat jawaban juga gadis satu itu. Tapi selang beberapa waktu si gadis menanyakan soal yang sama dengan sebelum mereka vakum itu. Yah walau akhirnya nggak ada balasan.
Dari semua itu si gadis mengambil kesimpulan, “Ia beneran marah gara-gara soal ini? Buset dah gitu aja ngambek kak,” gumannya sambil geleng-geleng kepala. Aneh sejak kali kedua ini sepertinya si pria mulai menjauh. Sebenarnya si gadis sih yang menjauh dia nggak kontak sama sekali selama kurang lebih tiga minggu. Lama kan si pria jelas males lah kalo gitu caranya. Jadi dia milih menjauh aja.
Si gadis pun melakukan dua kali percobaan kalau ada respon berarti si pria masih niat berhubungan dengannya tapi kalau nggak yaaa... gitu jadinya. Percobaan pertama sih cuma cari perhatian ya kata “Kak” mungkin udah cukup. Nah ini dibaca tapi nggak dibales. Lanjut ke percobaan kedua si gadis coba mancing lagi nih. Dia kirim soal minta bantuan tapi nggak dibales juga. Yah... kasihan ya si gadis jadi nggak bisa belajar lagi sama si pria gara-gara hal sepele.
Tepatnya si gadis nggak bakal dapat bantuan ngerjain, bahas, dan penjelasan juga penyelesaian soal. Kehilangan sosok pria itu bikin si gadis agak berat juga. Alasannya wajar aja sebagai pelajar yang kewajibannya belajar itu dapat tuntutan ilmu gitu lho. Mungkin ini akhir dari kisah mereka. Ya siapa yang tau ternyata keduanya menganggap satu sama lain begini, “dia masih imajiner.” Maya seperti ilusi di seberang sana. Sudah cukup sampai di sini dia jadi imajiner ya kan. Urusan ke depannya mereka juga nggak tau. Oke saat ini dicoba buat ikhlasin satu sama laen semoga kalau jodoh bisa cepet-cepet ketemu. Tapi kalau bukan jodohnya ya semoga dapat gantinya. Kalau nggak bisa jadi teman hidup ya temenan aja. Btw dia masih imajiner jangan gitu terus harus real ya.
Semangat menempuh hidup kalian masing-masing ya. Eh iya lupa nih belum kenalan nama si gadis tuh namanya Ira sementara si pria tuh Ari. Cocok banget kan hehehe. Kalau Ira sih sekarang kelas 12 SMA ya guys dan si Ari itu mahasiswa ITB. Widih keren dah si Ari mah dia anak Teknik Kimia. Pantesan si Ira minta diajarin terus ya. Nggak taunya si Ari pinter.
===========================
-27 September 2019-
*cerita ini hanya rekaan belaka, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tokoh, latar, dan suasana*
Nb: Jangan mudah percaya dengan orang di dunia maya ya. Soalnya dia juga maya hehehe nggak ada di hadapan kamu. Bisa dibilang “Dia Masih Imajiner”