Aku berjalan perlahan menyusuri trotoar yang basah setelah hujan. Langit masih menyisakan warna keemasan di ufuk barat, membentuk bayangan panjang dari pohon-pohon yang berjejer di sepanjang jalan kecil ini. Ada sesuatu yang menarikku kembali ke tempat ini, meski aku sendiri tak begitu yakin apa.
Dulu, di jalan ini, aku sering duduk di bangku kayu dekat taman kecil, membaca buku sambil menunggu seseorang. Seseorang yang kini hanya menjadi bagian dari kenangan. Namanya Raka. Kami bertemu pertama kali di perpustakaan kampus, dua orang introvert yang sama-sama mencari kenyamanan dalam lembaran buku, bukan dalam keramaian.
Aku ingat hari terakhir kami bertemu. Raka menatapku lama sebelum akhirnya berkata, "Kamu akan baik-baik saja tanpa aku." Aku tertawa kecil saat itu, mengira dia hanya bercanda. Namun, ternyata itu adalah perpisahan. Setelah hari itu, aku tak pernah melihatnya lagi. Tak ada pesan, tak ada kabar. Hanya keheningan.
Sekarang, bertahun-tahun kemudian, aku kembali ke kota ini. Ada sesuatu dalam diriku yang berharap, mungkin, aku akan menemukan jejaknya di sini. Tapi aku tahu, itu hanya keinginan kosong.
Aku melangkah menuju bangku kayu yang dulu sering kami duduki. Saat aku mendekat, aku melihat seseorang sudah duduk di sana. Seorang pria dengan postur yang begitu kukenal. Hujan mungkin telah membasahi tanah, tapi tidak dengan kenangan.
"Raka?" Aku hampir tidak percaya dengan suaraku sendiri.
Pria itu menoleh, dan aku tahu, aku tidak salah mengenali tatapan itu. Tatapan yang pernah menyimpan ribuan kata yang tak pernah terucap.
"Kamu datang kembali," katanya pelan, seakan lebih ditujukan pada dirinya sendiri daripada padaku.
Aku duduk di sampingnya. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan. Hanya ada senja, jalan kecil yang basah, dan keheningan yang kali ini terasa lebih hangat daripada dulu.