Awal.
Lydia menatap layar ponselnya. Jari-jarinya mengetik pesan, lalu menghapusnya lagi. Entah kenapa, ada rasa ragu. Namun, akhirnya ia memberanikan diri.
"Al, kamu di sana?"
Di seberang sana, Algaskar membaca pesan itu dengan senyum tipis. Ia selalu tahu, Lydia akan kembali mengetik sesuatu yang membuatnya tersenyum.
"Aku di sini. Kenapa?"
Sejak hari itu, percakapan mereka tak pernah terputus. Awalnya hanya obrolan sederhana, membahas hal-hal kecil seperti warna favorit atau makanan yang tak disukai Lydia. Namun, semakin lama, mereka berbagi lebih banyak. Tentang mimpi, ketakutan, hingga harapan.
Lydia selalu mengeluh kalau ia sulit memahami IT, dan Algaskar dengan sabar membantunya. "Aku harus paham dalam 30 menit!" kata Lydia setiap kali. Dan Algaskar? Ia selalu mencoba memberikan penjelasan terbaik.
Hari-hari berlalu, dan tanpa sadar, keduanya mulai terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Algaskar selalu ada untuk Lydia, begitu pun sebaliknya.
Hingga suatu hari, Lydia berkata dengan nada menggoda, "Al, kamu masih inget nama kamu?"
Algaskar berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tentu. Nama aku Re—"
"ISH! BUKAN ITU!" Lydia berseru, pipinya merona kesal. "Nama kamu itu ALGASKAR, dan aku panggil kamu AL!"
Algaskar tertawa kecil. "Baik, Nona Lydia. Mulai sekarang, aku Algaskar, dan kamu panggil aku Al."
Dan sejak hari itu, hubungan mereka terus berjalan, penuh canda, tawa, dan mungkin… sesuatu yang lebih dari sekadar kebiasaan.
Tamat.
Ini..pake ai yaa!😭