Pada sore hari dengan langit yang sudah mulai kemerah merahanan. Di tengah hutan yang rimbun dan sunyi,ada empat sahabat, bernama Rara, Dimas, Beni,dan Santi sedang berjalan dengan hati-hati dan merasa cemas karena mereka telah melanggar larangan penduduk desa, yaitu memasuki Hutan Terlarang yang konon katanya di sana banyak makhluk-makhluk gaib.
"Kalian yakin ini jalannya?" tanya Rara dengan gugup sambil melihat sekelilingnya.
"Tenang, Ra, Aku sudah cek kok peta yang kubawa dari gudang Abah kemarin, Ini adalah jalan yang benar menuju air terjun tersembunyi," jawab Dimas, meyakinkan.
"Tapi, gimana kalo nanti kita ketemu sama makhluk gaib?" tanya Rara, suaranya sedikit gemetar.
"Iya ih gimana kalo kita ketemu genderewo sama neng Kunti Ari kamu ,"tambah Santi dengan logat khas sundanya
.
"Nggak mungkin ,itu cuma cerita orang tua aja,jangan percaya sama yang kaya gitu. Jawab Dimas.
"Kalian jangan takut, kan ada gue ,jadi jangan khawatir,kalo ada genderewo nanti gue karate dia,hahaha" jawab beni,dengan sombong agar terlihat berani.
"Iya deh,da si paling anak karate,ampun suhuuu.."ucap Santi mengejek dengan mata julidnya.
Hahaha....Rara dan Dimas pun tertawa mendengar julidan Santi tersebut.
Mereka pun terus berjalan, melewati pepohonan besar dan tinggi serta akar-akar pohon yang merayap di tanah. Dan udara pun semakin dingin dan lembap.
Dimas, kok gelap banget ya?" tanya Rara, matanya mulai berkaca-kac
a.
"Iya ih serem" ucap santi sambil berpegangan ke tangan rara
"Tenang,Sebentar lagi pasti kita sampai," jawab Dimas.
"Nggak tau ih si beni mah tong sok ngarerewas geura"jawab Santi.
"Tenang jangan ribut, itu mungkin cuma hewan biasa," jawab Dimas, berusaha tenang.
Mereka pun berjalan lebih cepat, dengan yang jantung berdebar kencang. Semakin dalam mereka masuk ke hutan, semakin gelap dan sunyi.
"Dimas, aku takut," bisik Rara, menarik tangan Dimas.
"Sabar, Ra Kita hampir sampai," jawab Dimas, berusaha meyakinkan Rara.
Dan tiba tiba ada yang memegang tangan Santi dari belakang. Dia pun refleks menjerit, dan mengagetkan semuanya dan langsung berbalik ke belakang.
"Aaaaaaaaaa....."
"Astaghfirullahal a'dziim Allahuakbar innalilahi Aliyah inalillahi mata kiri... Michaels Jackson... liat nanti ya.."ucap Santi sembarang.
"Kamu kenapa San, "tanya Rara. "Ini ada yang pegang tangan aku ra.."ucap rani ketakutan dan memejamkan matanya karena tidak berani melihat ke belakang.
Saat ia memberanikan diri, Santi perlahan lahan melihat ke belakang ternyata yang memegang tangannya adalah beni yang sedang ketakutan sampai tidak sadar bahwa dirinya memegang tangan Santi.
"Ish si beni Ari kamu... Rewas nyaho, sugan teh naon"ucap Santi kesal dan melepaskan tangan beni yang memegang tangannya.
"Gue tadi takut ran.., nggak sengaja tadi pegang tangan lu maaf yaaa..."ucap beni meminta maaf dengan cengiran kudanya.
Rara dan Dimas yang melihatnya pun menepuk jidat mereka dan menggeleng kepala.
"Ampuuunn deh.."ucap Rara dan dimas bersamaan.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan sunyi. Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Sebuah suara gemuruh menggema di seluruh hutan.
"Aduh, apaan lagi nii?" tanya Beni, matanya melotot ketakutan.
"Kita harus cepat keluar dari sini!" teriak Dimas, menarik tangan Rara dan Santi tapi dia tidak menarik tangan beni berhubung Dimas hanya mempunyai dua tangan, Beni pun menyusul dan hampir ketinggalan.
"Eh Dimas, gue ketinggalan woy "teriak beni sambil berlari menyusul mereka.
Mereka berlari secepat mungkin, tanpa peduli dengan jalan yang mereka lalui. Suara gemuruh semakin keras, dan tanah semakin bergetar.
"Dimas, kita mau ke mana?" tanya Rara, nafasnya tersengal-sengal.
"Iya, sekarang kita teh mau kamana ni asa te pararuguh tujuan kiyeu iyeu teh?" Tanya santi menambahkan.
Dari belakang mereka ada teriakan dari beni yang membuat mereka semua melihat ke belakang.
"Woyyy kalian parah banget ya mau ninggalin gue tadi, untung aja gue bisa nyusul'serongot beni ngos ngosan yang baru datang karena tertinggal.
"Iya maaf Ben, namanya juga orang kaget jadi langsung lari".jawab Dimas. Dimas melihat sekeliling mencari jalan keluar pun tiba tiba berteriak.
"Lihat ke sana ke arah cahaya!" Teriak Dimas, menunjuk ke arah cahaya yang terlihat dari kejauhan. "Ayo kita sekarang pergi ke sana"ucap dimas.yang langsung diangguki teman temannya.
Mereka berlari menuju cahaya itu, dengan harapan bisa menemukan jalan keluar dari hutan terlarang.
Saat mereka hampir mencapai cahaya, tanah di bawah kaki mereka ambruk. Mereka jatuh ke dalam jurang yang dalam. "Aduh!" teriak Rara, menutup matanya.
"Aduh bokong gue sakit banget..." Ringis beni sambil mengusap ngusap bokongnya dan menemukan batu yang lancip tepat di bawah bokongnya. "Gilaa luuu batu sakit tau" ucap beni mengumpat batu tersebut. Sedangkan di sisi lain.
"Euuuhhh.. aduuhh.."ucap Santi meringis kesakitan karena badannya terasa sakit.
"Semuanya nggak papa" ucap Dimas memastikan semuanya selamat. "Iya kita nggak papa "ucap semuanya.
"Kita harus keluar dari sini!" Ucap Dimas, berusaha bangkit. Mereka berusaha memanjat dinding jurang yang curam. Tiba-tiba, Dimas melihat ada jalan yang bisa mereka lalui bagi mereka untuk bisa naik ke atas. "Ketemu!" teriak Dimas, sambil berjalan menuju jalan tersebut.
Mereka memanjat jalan itu dengan susah payah karena jalannya cukup curam. Saat sampai di atas, mereka melihat sebuah gua yang gelap dan misterius.
"Kita harus masuk ke dalam gua itu!" teriak Dimas, menunjuk ke arah gua. Mereka masuk ke dalam gua, dengan hati- hati. Di dalam gua, mereka menemukan sebuah ruangan yang luas dan terang. Di tengah ruangan, terdapat sebuah air terjun yang indah.
"Wah, air terjunnya cantik!" seru Rara, terpesona.
" lya ya enaken pisan "ucap Santi.
"Ini air terjun tersembunyi yang kita cari!" jawab Dimas, tersenyum lega.
Mereka menghabiskan waktu di air terjun itu, bermain air dan menikmati keindahan alam. Mereka merasa senang dan lega telah selamat dari petualangan menegangkan di Hutan Terlarang.
Saat matahari mulai terbenam, mereka memutuskan untuk pulang. Mereka berjanji untuk tidak pernah lagi melanggar larangan penduduk desa dan memasuki Hutan Terlarang.
"Kita harus berhati-hati, jangan pernah meremehkan kekuatan alam," kata Dimas, mengingatkan teman-temannya.
Mereka berempat keluar dari gua, dan kembali ke desa dengan hati yang lega dan penuh cerita. Petualangan mereka di Hutan Terlarang akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.