AWAL YANG TAK TERDUGA
Langkah kaki Liza terasa berat saat ia melangkah melewati gerbang SMA Harapan Bangsa. Dadanya berdebar tak karuan. Pindah sekolah di pertengahan semester bukan hal yang menyenangkan, apalagi di kota sebesar ini.
Bangunan sekolah tampak megah, dengan dinding putih bersih dan jendela-jendela besar yang berkilauan tertimpa sinar matahari pagi. Lapangan sekolah yang luas dipenuhi siswa-siswi yang berbincang, tertawa, dan beberapa berlarian seperti tak peduli dunia. Suasana sekolah ini jauh lebih ramai dibanding sekolah lamanya di kota kecil.
Liza meneguk ludah, mencoba menenangkan diri.
"Oke, Liza. Lo bisa. Cuma sekolah baru, bukan planet lain."
Dengan erat, ia memeluk beberapa buku yang dipinjamnya dari perpustakaan kemarin. Dia mencoba berjalan cepat melewati kerumunan siswa yang tampaknya sudah punya kelompok masing-masing. Dia tidak suka jadi pusat perhatian, jadi lebih baik segera ke kelas dan mencari tempat duduk di pojok.
Namun, rencananya buyar ketika seseorang tiba-tiba menabraknya dari samping.
"Eh, awas!"
Tubuh Liza sedikit oleng ke belakang, dan dalam sekejap, buku-bukunya jatuh berhamburan ke lantai. Suara lembaran kertas yang berserakan menggema di lorong yang kini terasa lebih sunyi.
"Aduh, maaf banget! Aku nggak sengaja!"
Sebuah suara perempuan yang sedikit panik terdengar di depannya. Liza mendongak dan melihat seorang cewek dengan wajah cantik dan ekspresi bersalah. Cewek itu memiliki rambut hitam panjang yang diikat kuncir kuda, mata cokelat muda yang berkilauan, dan kulit yang terlihat mulus. Seragamnya sama dengan Liza—rok abu-abu dan kemeja putih, hanya saja lengan kemejanya digulung sedikit ke atas, memberikan kesan lebih santai.
"Aku beneran nggak sengaja," ulang cewek itu, buru-buru jongkok untuk membantu mengambil buku-buku Liza.
Liza juga ikut berjongkok, mencoba menyusun kembali bukunya yang berantakan. "Nggak apa-apa, kok. Aku yang kurang lihat jalan."
Cewek itu tersenyum kecil. "Aku yang lari-lari nggak jelas sih, sebenarnya. Keisha, kelas 11 IPA 2. Kamu anak baru, kan?"
Liza mengangguk pelan. "Iya. Liza, kelas 11 IPS 1."
Keisha memberikan salah satu buku yang ia pungut, menatap Liza dengan senyum lebar. "Selamat datang di SMA Harapan Bangsa, Liza. Hati-hati aja, di sekolah ini banyak kejadian nggak terduga."
Liza menatapnya bingung. "Maksudnya?"
Keisha terkekeh. "Kayak ini, contohnya. Kamu baru aja datang, dan udah aku tabrak."
Liza tertawa kecil. Ada sesuatu dari cara Keisha berbicara yang terasa begitu ramah dan nyaman. Seolah-olah mereka sudah saling kenal lama, padahal ini baru pertama kali mereka bertemu.
"Kalau butuh sesuatu atau butuh teman ngobrol, cari aku aja," lanjut Keisha sambil berdiri dan menepuk-nepuk rok seragamnya. "Aku sering nongkrong di taman belakang sekolah. Tempatnya adem, nggak terlalu ramai."
Liza ikut berdiri, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat kejadian tadi. "Oh, oke. Makasih, ya."
Keisha mengangguk sambil tersenyum. "Sampai ketemu lagi, Liza."
Dengan langkah ringan, Keisha berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan aroma wangi samar yang entah kenapa membuat Liza sedikit terpaku. Ia tidak bisa menjelaskan perasaan aneh yang muncul dalam dirinya.
Dia belum tahu pasti, tapi pertemuan dengan Keisha tadi terasa lebih dari sekadar kebetulan.
Dan tanpa ia sadari, itulah awal dari sesuatu yang akan mengubah hidupnya.
Bersambung