Aku selalu membandingkan rumahku dengan rumah orang lain. Mengapa rumah mereka sangat tenang? sementara rumah ku bak arena tinju, masalah papi dan mami aku yang jadi korban. Sedikit meninggi kan suara katanya calon anak pembangkang, belajar tak belajar aku salah kan? baiklah aku tak mau belajar lagi. Perkenalkan aku Vincent,mamiku adalah seorang dokter namanya adalah tisa,papi ku adalah dosen di salah satu universitas yang cukup besar nama nya teguh,dan aku juga punya kakak namanya kak Bram dia selalu sempurna tak seperti diriku,jika kakak mendapatkan nilai seratus dalam matematika maka aku mendapatkan nol, hanya satu keunggulan ku dari kakak,aku suka olahraga dan kakak tidak… itu karena dia penderita penyakit jantung dan asma. Mami dan papi selalu membanggakan nya tapi aku selalu dilupakan seperti anak pungut mereka bahkan tak ingat hari ulang tahun ku.
-SIANG HARI-
Kak Bram:“Vin, bangun sudah siang”
Aku:“Astaga kak,ini hari Minggu aku mau tidur sepuas ku.”
Kak Bram: “Hei ayo bangun katanya mau belajar,Ayo sebelum papi dan mami pulang dan memarahi mu.”
Aku: “tapi kak-”
Kak Bram meraih tangan ku dan menyeret tubuh ku, “aduh,iya iya…” aku bangkit dan berjalan menuju kamar mandi setelah mandi aku pergi ke ruang tamu ,aku duduk di sebelah kak Bram,aku dan kak Bram belajar hingga dua jam selama dua jam itu sebenarnya aku tak paham apa yang kak Bram katakan dan jelaskan tapi aku hanya mengangguk. Tiba-tiba suara mobil terparkir di garasi aku memfokuskan belajar ku agar tak kena marah. Mami masuk ke dalam rumah sambil mengoceh disusul oleh papi di belakang nya. “Kamu itu gimana sih pi?mami udah nunggu tiga jam loh! Apa jangan-jangan papi udah gak sayang sama mami!!” Ujar mami dengan nada tinggi dan penuh emosi, Papi yang tak suka sikap mami menampar pipi mami “PLAKK!!” Suara itu sangat nyaring.
“jaga mulut mu! Jika memang kau tak bisa memberikan hormat pada ku lebih baik kita sampai disini!” Ujar papi penuh emosi. “Hei, dari dulu aku sudah bersabar hidup bersama mu!! Jika bukan karena aku hamil Vin aku sudah menceraikan mu dari dulu!!” ujar mami dengan nada yang lebih dari sebelumnya tinggi, Aku yang mendengar kan perkataan itu hanya bisa menundukan kepala ku. “Mih pih udah,ini masih pagi.” Ujar kak Bram melerai. “Baiklah jika kamu memang mau bercerai mari kita cerai!!” Ujar papi mengabaikan kak Bram. “mari bercerai!” ujar mami, Setelah mengatakan itu papi pergi dari rumah dan mami menatap ke arah kami.
Mami duduk di samping kak Bram dan meraih tangan nya “Bram jika mami dan papi cerai kamu ikut mami ya?” Ujar mami,kak Bram mendengar itu menatap ku sebentar dan menatap mami kembali. “Lalu Vin?” Tanya kak Bram. Mami melirik kearah ku dengan tatapan tajam “yaa, biarkan saja dia dengan ayah mu, itupun jika ayah mu mau. Tapi kamu sama ibu ya nak?” Ujar ibu memohon pada kak Bram, aku terdiam dan membereskan buku-buku ku lalu pergi ke kamar ku dengan mata ku yang berkaca-kaca. Aku menutup pintu,aku melempar buku-buku di tangan ku kemudian melempar kan tubuh ku ke kasur. “Tuhan? Kenapa aku yang selalu salah dan sendirian? Aku tidak minta dilahirkan tuhan!!” Ujarku sambil menangis.
-MALAM HARI-
Tak terasa aku sudah tidur berjam-jam aku melihat ke arah jam ini sudah waktunya makan malam,aku berjalan turun dari tangga melihat semuanya sudah berkumpul, aku duduk di kursi paling pojok. “Woww ahirnya pangeran kita bangun.” Ujar mami sambil bertepuk tangan, Aku tahu itu bentuk sarkasme nya pada ku tapi aku tak peduli aku memakan, makanan yang di ambil kak Bram untuk ku. “Hello?, Bram apa yang kamu lakukan?! Biarkan dia ambil sendiri,manja sekali ya? Dasar anak tak berguna.” Gerutu mami. Aku hanya diam dan terus makan, tiba-tiba mami berdiri dan berjalan menghampiriku kemudian meraih piring itu dan melempar nya, lemparan piring itu terkena papi,papi yang baru datang kembali bertengkar dengan mami. Aku sudah muak dengan semua itu.
“DIAM!” aku membanting gelas yang ada di tangan ku. “Bocah bodoh apa yang kamu lakukan! Kamu baru saja membanting gelas! Kau tau gelas itu bahkan lebih berharga dari mu.” Ujar mami. “Apa salahku? Aku juga tak mau dilahirkan di keluarga ini aku bahkan-” ucapan ku terpotong karena mami menampar ku, “Kurang ajar, tidak tahu berterima kasih! Hei kau,aku bawa Bram kamu bawa bocah Badung ini.” Ujar mami meraih tangan kak Bram dan pergi dari rumah. “Saya menyayangimu tapi saya tidak akan bisa mengurus mu. Saya hanya bisa memberimu uang dan pendidikan. Saya tahu kamu punya banyak beban,jadi apa permintaanmu? Saya akan mengabulkan nya. ” Ujar papi. “Saya hanya mau kehidupan yang baru.”
Ujar ku,ini pertama kalinya aku dan papi berbicara setelah dua tahun kami yang bahkan tak saling sapa.
Pagi telah datang aku mendengar ketukan pintu di depan kamar ku. “Vin,bangun nak” aku bisa mengetahui itu suara papi aku bangun dan segera membuka pintu. “Ayo papi wujudkan keinginanmu,kemasi barang-barangmu.” Ujar papi,aku tersenyum dan mengangguk, kemudian mengemasi barang-barangku setelah mengemas semuanya aku menatap ke seisi kamar,aku melihat banyak kenangan di sana hingga aku melihat foto keluarga di sebelah jam dinding,aku teringat liontin yang kupakai sekarang berisi foto ku,kak Bram ,papi dan mami . Aku melepas kan liontin itu dan melempar nya kedalam kamar kemudian pergi.
“Sudah siap? vin?” Tanya papi, aku mengangguk. Ayah dan aku berangkat dari Jakarta ke Jogja menggunakan pesawat sesampainya di bandara Jogja aku melihat kakek dan nenek ku menyambut, mereka menghampiri ku dan papi. Kami pulang ke rumah nenek dan kakek, di sana sangat asri di sepanjang perjalanan di mobil aku memotret momen-momen yang indah, “Vincent, kamu mirip sekali dengan ayah mu saat muda, sangat suka memotret.” Ujar kakek,aku bisa melihat ayah tersenyum untuk pertama kalinya. “Untung Vincent kamu bawa guh,jadi ibu tidak kesepian.” Ujar nenek, “pftt,nenek Vin ikut papi karena Vin bodoh, kalau Vin pintar pasti mami juga akan bawa vin. Lagipula papi juga terpaksa kok bawa vin iya kan Pi?” Ujar ku , kakek dan nenek mengelus kepala ku. “Kamu bicara apa to nak? Jangan salah kan dirimu karena perkataan dan sikap mami mu,kamu tak salah nak, terus lah mengalir seperti air. Papi ikhlas membawa mu.” Ujar papi sambil tersenyum,tak terasa mata ku mulai berkaca-kaca.
-RUMAH KAKEK DAN NENEK-
Aku,Papi,Kakek,dan Nenek, kami keluar dari mobil, saat keluar aku menatap banyak saudara di dalam rumah, walaupun rumah itu terlihat sangat tua tapi rumah itu tetap indah. Aku tersenyum dan berlari ke dalam rumah, “aduh Vin sangat bahagia ya guh?” Ujar kakek. “Dia sudah lama pak tidak merasakan kasih sayang ibu nya, Aku titip teguh ya pak..” ujar ayah, “kamu itu ngomong apa toh guh, pasti kami jaga dia,kamu serius gak mau disini aja?” Sahur nenek. “Nggak buk, teguh gak mau dia merasa sedih. Dia mau kehidupan baru… Teguh pergi ya buk?” Ujar papi.
“Ya sudah hati-hati ya nang” ujar kakek dan nenek. Aku yang sedang berbincang dengan saudara-saudara ku saat melihat ayah pergi hanya bisa diam, para saudara ku mulai bertanya-tanya kenapa ayah meninggal kan ku disini tapi mereka diam saat kakek dan nenek menyuruh mereka semua diam, nenek menyuruhku untuk mandi dan makan, aku mengikuti semua perkataan nenek.
-SEKOLAH BARU-
Aku pindah ke salah satu SMA elit di Jogja jangan heran kenapa aku bisa masuk ke sana itu semua karena kepala sekolah SMA itu adalah teman terbaik ayah. Aku bahagia di sana bertemu dengan teman-teman baru dan orang-orang yang baik, sudah 3 bulan aku disini yaitu di Jogja aku merasa sangat bersyukur dengan semua nya.
“DUARR!!” bola yang ku tendang meleset dan terkena pagar, tak hanya itu bola tadi mental mengenai seseorang,aku tak tahu harus apa karena ini adalah turnamen aku melihat orang-orangan mulai membantu seseorang itu, dan teman-teman ku sepakat untuk melanjutkan pertandingan. Aku menjadi tak fokus karena rasa bersalah ku , 4 - 2 skor, walaupun skor tim ku masih unggul tapi aku mulai berusaha lebih serius. Pertandingan berakhir dengan sorakan yang meriah tentu saja dari fans-fans ku, ya tim ku menang 6 - 4 unggul 2 poin dari tim lawan, Cukup menegangkan melawan SMK terbaik di Jogja.
Setelah pertandingan aku baru ingat kejadian bola meleset tadi,aku dan teman-temanku segera pergi Ke UKS, aku melihat wanita itu sangat cantik dengan rambut panjang nya ,aku yang terus menatap wajah wanita bahkan tak berkedip. Teman-teman ku yang menyadari itu menepuk bahuku dan segera keluar sambil terkekeh.
Vin: “hai, aku Vin kelas 12 IPS 1.”
Xx : “ ah, aku Talita jelas 12 IPA 3.”
Vin: “nama yang indah sama seperti orang nya, sorry ya udah buat kamu kayak gini.”
Talita: “terimakasih, gak papa kok kepala ku cuma pusing doang toh gak sampai berdarah. Gimana tadi tanding nya..?”
Mulai dari situ aku mulai akrab dengan Talita kami sering saling bertukar cerita, sudah satu bulan aku mendekatinya seperti nya dia juga ada rasa dengan ku. Semua ini kasih sayang nenek dan kakek, bertemu dengan wanita pujaan hati ku, dan prestasi yang ku punya sekarang membuat ku merasa sangat bahagia, tak ada lagi ada makian dari seorang ibu dan tak ada lagi arena tinju yang berkedok rumah. Besok tanggal sebelas Maret adalah hari ulang tahun ku , tepat di hari itu aku ingin mengajak Agatha untuk menjadi pacarku.
-SEBELAS MARET-
Seperti biasa nenek membangun kan ku dengan penuh kasih sayang nya, aku duduk di meja makan untuk sarapan setelah mandi. “Vin, nanti papi,mami dan kakak mu akan kesini untuk merayakan ulang tahun mu.” Ujar Tante liy, aku mematung dan mata ku tak berkedip, aku bisa mendengar bahwa kakek menegur Tante liy. “Kenapa ‘dia’ harus datang aku sudah tak punya ibu atau apapun itu.” Ujar ku dengan nada lirih, “Vin hari ini ulang tahunmu sayang, redam emosi mu.” Ujar nenek dengan cemas. Tiba-tiba suara mobil terparkir terdengar di depan rumah aku tahu jelas itu mobil ayah, kakek nenek dan Tante liy segera keluar, aku tetap duduk tak tahu harus apa. Aku melihat kak Bram,papi dan ‘dia’ masuk ke dalam rumah, kak Bram berlari ke arah ku dan memeluk ku. “Kamu baik-baik aja kan dek?” Ujar kak Bram “aku baik kok mas sebelum kamu dan wanita itu kesini.” Ujar ku sambil melepas kan pelukan kak Bram dan berjalan menuju kamar ku. “Ah Bram dia sedang banyak masalah.”Ujar Tante liy.
Aku menghela nafas dan mengambil jaket ku untuk pergi dari rumah, aku keluar dari kamar dan akan pergi tanpa berpamitan. “Eh kamu mau kemana Vin?” Kakek bertanya dengan nada cemas, aku menghentikan langkahku. “Aku mau keluar sama temen-temen.” Ujar ku nenek segera menghampiri ku. “Redakan kemarahan mu Sayang.” Ujar nenek, aku sedikit luluh nenek menggandeng ku duduk di sofa ,aku hanya mengikuti nya. Tiba-tiba ayah kak Bram dan Tante liy datang membawakan kue ulang tahun sambil menyanyi aku tersenyum dan segera mencoba untuk melupakan amarah ku. Mereka semua memberikan hadiah untuk ku tak ku sangka ‘dia’ juga memberi ku hadiah, “selamat ulang tahun, saya bersyukur bisa jauh dari orang bodoh seperti mu.” Ucap nya sambil menyodorkan sebuah kotak hadiah, aku menyeringai sambil mengambil kotak itu “saya lebih bersyukur, saya tidak lagi punya seorang ibu tapi saya bisa merasakan memiliki keluarga.” Ujar ku sambil membanting kotak hadiah itu, wanita itu marah tapi ego ku lebih membara aku pergi dari rumah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semua orang yang khawatir memanggil-manggil namaku terutama nenek ku tapi aku sudah tak peduli. Aku memutuskan untuk pergi ke rumah Talita sesuai dengan rencana ku, aku membawa bunga dan kalung untuk nya.
DI RUMAH TALITA
Aku menekan bell dan sudah berdiri di depan rumah Talita selama lima menit akhir nya ada yang membuka gerbang aku tau itu adalah ibu Talita,aku masuk kedalam rumah sesuai perintah nya.
Vin: “Tante, boleh saya bertemu dengan Talita. Saya ingin membicarakan sesuatu yang penting.” Ucap ku sambil tersenyum.
Ibu: “vinn.. tolong jangan marah atau sedih ya, saya sangat ingin kamu bersama dengan Talita tapi..”
Vin: “eh tapi apa Tan?”
Ibu: “Vin Talita sudah pergi ke Singapura tadi pagi untuk kemoterapi, ada penyakit yang serius ia derita, ia memang tidak mau memberitahumu karena dia takut kamu sedih. Mungkin hanya tinggal hitungan hari untuk ia berpulang ke tempat peristirahatan abadi nya.”
Ucap ibu Talita sambil menangis dan menyodorkan sebuah buku, Aku terdiam aku menangis disana dan meraih buku itu aku tahu itu adalah buku diary milik Talita.
Vin: “Tante, tolong sampaikan rasa sayang dan terima kasih saya untuk Talita.”
Ibu: “Vin kamu janji ya kamu akan tetap datang kesini walaupun Talita sudah pergi, saya menganggap kamu seperti anak saya sendiri, dan tolong panggil saya ibu.” Ujar ibu Talita, aku mengangguk ibu memeluk ku ,aku membalas pelukannya.
Tiba-tiba ponsel ku bergetar aku segera menjawab nya. “Iya hallo?” Ujar ku, “Vin ini Tante liy tolong segera datang ke rumah sakit nenek kecelakaan.” Mendengar perkataan itu hati ku semakin hancur, aku menangis di samping ibu Talita,ibu Talita segera menyemangati ku. Aku pura-pura kuat dan segera pergi ke rumah sakit.
Setiba nya di rumah sakit aku sudah dengan pikiran kosong ku , aku berjalan menyusuri ruangan-ruangan di rumah sakit, Tante liy datang dan mengarahkan ku ke kamar pasien milik nenek. “Kenapa nenek bisa kecelakaan Tan?” ujar ku dengan penuh rasa cemas, “nenek tadi ingin pergi ke pasar untuk membeli udang, dia ingin saat kamu pulang kamu makan udang itu dan kemarahan mu menjadi reda” ujar Tante liy. Aku terdiam dengan seribu penyesalan dan kesedihan di benak ku. Tiba-tiba dokter keluar dari kamar nenek “Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain.” Ujar dokter , semua orang disana segera masuk ke dalam ruangan dan menangis. Aku juga turut masuk dan memeluk nenek tercinta ku untuk terakhir kalinya.
-PEMAKAMAN-
Di pemakaman nenek aku merasa ‘dunia ku hancur untuk kedua kalinya’, setelah kepergian Talita aku juga harus merelakan nenek tercinta ku aku duduk di samping makam nenek seperti orang yang tak punya tujuan hidup. Ayah, kak Bram, dan Tante liy mencoba menenangkan ku. “Kenapa DUNIA TAK ADIL untuk ku nek!!” Ujar ku sambil memeluk nisan nenek tercinta ku itu.
Pada akhir nya aku harus bisa menjalankan hidup ku, untuk ke tiga kalinya dengan duka yang ku pendam, entah memang dunia yang tak adil untuk ku atau aku yang tak siap untuk di uji oleh alam semesta. Aku mencintaimu Talita aku juga mencintai nenek ku, kini hidup ku tak lagi sama seperti dahulu. Aku akan tetap dengan cinta ku kepada nenek dan Talita.
_ TAMAT _