Apa itu kebebasan, apakah ketika seseorang telah lepas dari tanggungjawab orang tuanya, atau suatu negara merdeka? Bagi joko merdeka adalah kebebasan.
Tahun ini tepatnya tahun 1945 bulan Januari.
Pagi-pagi buta, seorang pemuda dengan baju yang dimasukkan kedalam bewarna putih, ia memakai celana dasar bewarna coklat, rambutnya bergaya jaman dulu, yaitu joko.
Saat itu, joko mendengar kabar di desanya, ada seorang pahlawan yang membunuh pasukan Belanda.
"Siapa yang membunuh pasukan Belanda sebanyak ini," ucap salah satu warga.
Tempat itu sangat ramai, Kerumunan warga penasaran siapa yang membunuh pasukan Belanda itu.
Sebenarnya siapakah orang hebat yang dapat melakukan itu dalam waktu semalam?
Di perkirakan, jumlah pasukan tentara yang terbunuh berjumlah lebih dari 20 orang, banyak bekas tusukan bambu runcing di belakang tubuh pasukan Belanda itu.
"Pasti orang itu yang melakukannya," gumam salah satu warga.
Semua warga membalas. "Ya pastinya itu!"
Orang itu adalah inspirasiku, ia selalu membantu warga sekitar menggunakan topeng, dan juga, orang itu selalu melindungi warga desa saat pasukan tentara Belanda menyerbu masuk ke dalam desa.
Suatu saat nanti, aku ingin seperti pahlawan bertopeng itu, selalu membantu warga dalam keadaan apapaun, dapat melindungi warga dari penjajahan Belanda, aku akan seperti itu suatu saat nanti.
Namun pada saat ini, desa kami di jaga ketat oleh pasukan Belanda, desaku merupakan salah satu desa produksi padi dan bahan-bahan dapur lainnya.
Kami selalu berkebun setiap hari, aku juga selalu menjaga sawah yang dimiliki almarhum ayahku.
Setiap hari aku menanam padi, membajak sawah, berkebun umbi-umbian, dan memanen padi. Setelah itu, hasil panennya akan dijual ke kolonial Belanda.
Walau harganya tidak seberapa, namun itu cukup untuk makanan sehari-hari, dan juga, kami masih memiliki hasil pangan yang diam-diam kami kumpulkan, agar dapat bertahan hidup selama masa penjajahan.
Ekonomi warga Indonesia sangat bergantung kepada Belanda, setiap hari, warga akan menjual hasil kebunnya kepada Belanda mau tidak mau.
Impianku selama ini adalah kemerdekaan, aku tidak tega melihat warga sekitar di paksa menanam padi dan dijual dengan upah yang sangat rendah, bahkan banyak rakyat Indonesia yang kelaparan karena krisis pangan sumber daya alam.
Aku membawa hasil padi ke gudang yang berada persis di rumahku, begitulah kehidupan keseharianku, bekerja-bekerja dan bekerja, setiap hari aku selalu pergi ke sawah untuk bekerja.
Ayahku meninggal saat perang Dunia ke 2,yaitu pada tahun 1942.
Aku tidak berduka, kenapa? Karena ayahku mati-matian untuk warga indonesia, aku bangga memiliki ayah yang pemberani seperti beliau.
Setelah selesai sekitar jam 9 sore, aku langsung masuk ke rumah dan mengunci rapat-rapat pintu. Karena Belanda tidak memperbolehkan warga untuk keluar lebih dari jam 10 malam.
Tentunya itu menghambat akses perdagangan dan pekerjaan, namun negara ini masih dijajah, kita harus menaati peraturan yang dibuat oleh Belanda.
***
Pagi itu, aku memberanikan diri untuk menjumpai kediaman pahlawan bertopeng itu. Dengan hati yang berapi-api aku memintanya untuk mengangkatku menjadi muridnya.
"Wahai pahlawan, sebenarnya saya sangat kagum kepada Anda, apakah anda berkenan jika mengangkatku menjadi muridku?" ucap joko
Pahlawan bertopeng menghela nafas panjang, setelah itu berkata. "Boleh saja wahai pemuda, namun anda harus nurut kepada saya," katanya.
Mata joko berbinar, bibirnya tersenyum senang, ia mencium tangan pahlawan bertopeng itu. "Terimakasih banyak guru, terimakasih."
***
Selama joko disana, ia berlatih untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, banyak juga murid dari pahlawan bertopeng itu, memang, ia sangat terkenal, pasti banyak juga yang ingin menjadi muridnya.
Perjuangan mereka tidaklah mudah, mereka harus menghadapi pasukan Belanda yang kuat dan bersenjata, namun hal itu tidak memadamkan api tekad mereka, justru semakin semangat untuk kemerdekaan Indonesia.
Hingga, pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan nya, aku merasa bangga dan bahagia karena menjadi bagian bagian untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, Belanda ingin merebut kembali kekuasaan kolonial mereka atas Indonesia, Belanda tidak mengakui bahwa indonesia merdeka, hingga terjadilah perang Indonesia melawan belanda.
Perang itu terjadi dari tahun 1945–1949, banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur akibat dari perang itu.
Hingga pada akhirnya Indonesia menang kembali, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hal itulah yang disebut sebagai konferensi meja bundar, yaitu konferensi antara Indonesia, Belanda, dan negara-negara lain yang berakhir dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda.