Semburat senja mulai menampakkan kilaunya, membentuk paduan warna bak lukisan mahakarya.
Orang-orang mulai lalu lalang, ada yang melangkah dengan kaki lelah, ada pula yang mengendarai motor dengan sabar. Suasana sore terasa penuh keceriaan walaupun kemacetan akibat pedagang takjil dadakan tersebar hampir di sepanjang trotoar jalan komplek BCL. Di pinggir jalan, pedagang takjil sibuk melayani pembeli. Aroma gorengan, es buah, dan kolak bercampur dengan riuhnya suara orang-orang yang sibuk memilih menu berbuka.
Di tengah hiruk-pikuk itu, seorang gadis kecil berdiri di trotoar dengan senyum cerah di wajahnya. Andien terus tersenyum dan memasang wajah penuh keramahan. Di hadapannya, sebuah meja lipat kecil berukuran 120 cm tersusun rapi dengan beberapa kotak plastik berisi Samyang Roll buatannya sendiri. Berbeda dengan pedagang lain yang dagangannya mulai berkurang, dagangan Andien masih utuh dan belum satu pun terjual.
Hal itu tak membuatnya putus asa. Dengan suara cempreng khasnya, ia terus menawarkan dagangannya kepada siapa pun yang lewat.
"Samyang Roll, Kak! Pedesnya nampol, bikin nagih! Cuma di sini, loh! Enak buat buka puasa!" serunya dengan nada ceria.
Beberapa orang tersenyum mendengar suaranya, ada yang melirik sebentar, tapi tetap berlalu. Namun, Andien tak menyerah.
"Ayo, Kak, dicoba! Buatan sendiri, halal, dan enak!" lanjutnya dengan tutur kata sopan kepada pejalan kaki yang lewat di depan lapak nya.
Senja semakin memudar, langit mulai sayup-sayup suara salawat dan orang mengaji terdengar tanda sebentar lagi adzan maghrib tiba. Andien mulai merasa sedikit cemas melihat dagangannya masih utuh belum satu pun terjual, tapi ia tetap tersenyum. Tiba-tiba, sebuah mobil hitam berhenti di dekatnya. Jendela mobil itu terbuka, memperlihatkan seorang pria muda dengan kemeja rapi.
"Dek, jualan apa?" tanyanya.
"Samyang Roll, Kak! Pedesnya nampol, tapi ada yang nggak pedes juga. Mau coba?" Andien nerocos menjawab si pengendara mobil dengan mata berbinar.
Pria itu tersenyum. "Oke, aku beli semuanya."
seketika mank mata Andien melebar. "Semuanya, Kak?" tanyanya tak percaya.
Pria itu mengangguk. "Iya, nanti aku bagi-bagi buat teman-teman di kantor yang lembur. Berapa semuanya?" tanya pria itu.
Dengan tangan gemetar, Andien menghitung dagangannya. sebelum pengendara mobil itu pergi, ia membungkuk dalam-dalam. "Makasih banyak, Kak! Semoga rezekinya lancar, berkah selalu ka!!" ucapnya dengan suara cempreng khasnya dan wajahnya yang berseri-seri.
Pria itu tersenyum dan sebelum pergi, ia berkata, "Kamu hebat, Dek. Jangan berhenti berusaha, ya!" pesan pria itu sebelum melajukan kuda bajanya.
Saat mobil itu melaju pergi, Andien memandang dagangannya yang kini telah habis. Senyumnya semakin lebar. Ramadan ini terasa begitu indah, penuh makna dan berkah, bukan hanya karena dagangannya yang baru aja diborong habis, tapi karena ia belajar bahwa kegigihan dan senyuman bisa membawa rezeki di waktu yang tak terduga.