Shani selalu percaya bahwa dunia ini penuh dengan keajaiban. Namun, ia tak pernah menyangka bahwa suatu hari ia akan menjadi bagian dari keajaiban itu sendiri.
Malam itu, Shani dan sahabatnya, Zane, mendaki Bukit Arvendale, tempat terbaik untuk melihat bintang. Langit bersih tanpa awan, dan rasi bintang terlihat begitu jelas.
"Aku penasaran," kata Zane, memandangi langit, "jika ada dunia lain di luar sana, apakah mereka juga melihat bintang seperti kita?"
Shani tersenyum, tetapi sebelum ia sempat menjawab, sesuatu terjadi. Sebuah cahaya biru keperakan melesat dari langit dan jatuh di lembah di bawah mereka. Angin berhembus kencang, seakan membawa bisikan-bisikan aneh.
"Kamu lihat itu?" tanya Shani.
Zane mengangguk. "Itu bukan bintang jatuh biasa."
Mereka berdua segera berlari ke arah cahaya itu jatuh. Lembah Aetheria, tempat cahaya itu mendarat, adalah wilayah terlarang—konon, tempat itu menyimpan rahasia kuno. Tapi rasa penasaran mereka lebih besar daripada ketakutan.
Di tengah lembah, mereka menemukan sebuah kristal besar bercahaya biru, melayang di udara. Aura hangat mengalir darinya, dan ketika Shani menyentuhnya, seluruh tubuhnya bersinar. Cahaya itu menyelimuti dirinya, membuat rambutnya berkilau perak dan matanya bercahaya seperti bintang.
"Shani!" Zane mencoba menariknya, tetapi terlambat.
Shani mendengar suara di kepalanya. **"Kau adalah Sang Terpilih, Penjaga Cahaya Aetheria. Takdirmu telah dimulai."**
Tiba-tiba, makhluk bayangan muncul dari kegelapan. Mereka melayang dengan mata merah menyala, mengeluarkan suara mengerikan.
"Shani, awas!" seru Zane.
Tanpa berpikir, Shani mengangkat tangannya. Cahaya dari tubuhnya meledak, mengusir bayangan-bayangan itu dalam sekejap. Nafasnya terengah-engah, sementara kristal itu kini berpendar lembut di telapak tangannya.
"Kamu… kamu punya kekuatan," gumam Zane, kagum sekaligus khawatir.
Shani menatap kristal itu. Ia tahu, ini bukan akhir dari perjalanan mereka—ini baru permulaan.
Malam itu, di bawah langit penuh bintang, Shani dan Zane berjanji. Mereka akan mencari tahu rahasia Aetheria dan menghadapi segala bahaya yang menanti. Sebab, cahaya bintang dalam diri Shani telah bangkit, dan takdir mereka baru saja dimulai.
Malam itu, setelah cahaya dari kristal menyatu dengan tubuh Shani, sesuatu dalam dirinya berubah. Ia merasakan energi mengalir dalam darahnya, seolah bintang-bintang di langit kini bersemayam dalam jiwanya.
Zane menatapnya dengan cemas. “Apa kau baik-baik saja?”
Shani mengangguk, meski di dalam hatinya, ia tahu bahwa tak ada yang benar-benar sama lagi.
### **Perjalanan ke Kuil Aetheria**
Esok harinya, Shani dan Zane memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kristal itu. Mereka pergi menemui Elder Eamon, penjaga pengetahuan kuno di desa mereka.
Elder Eamon menatap kristal itu dengan sorot mata terkejut. “Kalian… telah membangunkan Cahaya Aetheria.”
“Apa maksudnya?” tanya Shani.
Eamon menghela napas panjang. “Dahulu kala, Lembah Aetheria adalah tempat tinggal para Penjaga Cahaya. Mereka memiliki kekuatan untuk menjaga keseimbangan dunia. Tapi satu per satu mereka menghilang… hingga yang terakhir mengorbankan dirinya untuk menyegel kegelapan.”
Zane menelan ludah. “Kegelapan seperti bayangan yang menyerang kami tadi?”
Eamon mengangguk. “Dan sekarang, segel itu telah melemah. Hanya Penjaga Cahaya yang baru yang bisa menghentikan kegelapan sebelum ia menguasai dunia.”
Shani menggenggam kristal di tangannya. Ia tahu bahwa ini bukan kebetulan. Ia telah dipilih.
“Jadi… aku harus pergi ke Kuil Aetheria?”
“Ya,” jawab Eamon. “Di sanalah kau akan menemukan jawaban dan kekuatan sejati.”
### **Pertempuran di Gerbang Kuil**
Perjalanan ke Kuil Aetheria tidak mudah. Mereka harus melewati Hutan Bayangan, tempat di mana kegelapan telah menyebar. Setiap langkah terasa berat, udara dipenuhi bisikan-bisikan jahat yang berusaha merusak pikiran mereka.
Tiba di gerbang kuil, mereka disambut oleh makhluk kegelapan raksasa dengan mata merah menyala.
“Shani! Kita tidak bisa menang melawannya!” Zane berseru.
Tapi Shani tidak mundur. Ia merasakan kristal itu berdenyut di tangannya. Dalam sekejap, cahaya biru keperakan membungkus tubuhnya.
“Aku bukan hanya seorang gadis biasa,” bisik Shani.
Ia mengangkat tangannya, dan cahaya bintang keluar dari dalam dirinya. Gelombang energi melesat, menghantam makhluk kegelapan dan menghancurkannya menjadi abu.
Zane terdiam. “Kau benar-benar Penjaga Cahaya.”
Shani menghela napas lega. Tapi ini belum selesai. Mereka masuk ke dalam kuil, tempat sebuah altar besar berdiri. Di atasnya, ada sebuah prasasti kuno.
**“Kegelapan hanya bisa dikalahkan oleh hati yang bersinar paling terang.”**
Tiba-tiba, suara mengerikan memenuhi udara. Bayangan hitam muncul dari lantai kuil, membentuk sosok berjubah hitam dengan mata merah menyala.
“Akhirnya… kau datang, Penjaga Cahaya.”
Shani menggertakkan giginya. “Siapa kau?”
“Aku adalah sisa-sisa kegelapan yang dulu disegel. Dan aku telah menunggu ribuan tahun… untuk kembali.”
Bayangan itu menyerang. Shani melompat, menghindari serangan yang nyaris mengenainya. Zane berusaha membantu, tetapi ia terhempas oleh kekuatan jahat.
Shani menatap temannya yang terjatuh. Amarah membara di dadanya.
“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti dunia ini!”
Cahaya dari kristalnya semakin kuat, tubuhnya bercahaya seakan ia adalah bagian dari bintang itu sendiri. Ia mengangkat tangannya dan cahaya itu meledak, mengusir bayangan terakhir dari kegelapan.
### **Akhir dari Perjalanan**
Saat kegelapan menghilang, suasana di kuil menjadi tenang. Cahaya dari kristal meredup, menyatu sepenuhnya dengan tubuh Shani.
Zane bangkit perlahan. “Apa sudah berakhir?”
Shani tersenyum lelah. “Ya. Kita berhasil.”
Dari langit, bintang-bintang bersinar lebih terang dari sebelumnya. Seakan mereka tahu bahwa keseimbangan dunia telah dipulihkan.
Elder Eamon menyambut mereka saat mereka kembali ke desa. “Kau telah memenuhi takdirmu, Shani.”
Shani menatap bintang-bintang di langit. Kini, ia bukan hanya seorang gadis biasa. Ia adalah Penjaga Cahaya Aetheria.
Dan petualangannya baru saja dimulai.