"Kalian semua tolong tenang sebentar dan dengarkan karena ada yang mau di umum kan!!!" kelas yang awalnya berisik setiba ketua osis itu datang ke kelas semua jadi diam dan mulai Mendengarkan.
"Bulan depan kita akan mengadakan festival yang untuk memperingati Hari Ibu dan setiap kelas mementaskan hal yang berbeda". Setelah ketua osis selesai berbicara aku yang merupakan ketua kelas maju dan bermusyawarah untuk menanyakan pendapat mereka untuk pentas "Teman teman tolong di perhatikan sebentar. Nanti di festival kita akan menampilkan apa? Apa kalian ada pendapat?". " Lebih baik kita menyanyi saja! " seorang anak yang memberikan usulan. Dan semua setuju dengan usulan itu.
Tak terasa hari festival tiba, setiap kelas menampilkan hal yang berbeda seperti menari,bernyanyi,drama,berpuisi dan lain lain. Semuanya menampilkan dengan baik karena sangking bagusnya kelas kita mulai gugup,tapi aku menasehati mereka agar tidak putus asa dan semangat. Akhirnya mereka mulai percaya diri.
Waktunya kelas kita maju dan sebelum maju kami berdoa agar diberi kemudahan dan keberanian. " Kami akan menyanyikan lagu For My Mom " dan setelah itu kami bernyanyi. Sesaat setelah bernyanyi kami mengucapkan " Untuk Ibu terima kasih telah mempertaruhkan nyawamu untuk melahirkan kami, terima kasih telah bersusah payah membesarkan kami,terima kasih telah memahami dan mempercayai kami. Ibu maafkan kami yang nakal ini dan kami berterima kasih atas segalanya yang engkau berikan untuk kami. " Ibu kami mengucapkan Selamat Hari Ibu. "
Setelah kami turun dari panggung semua peserta mengucapkan " SELAMAT HARI IBU " sambil memberikan bunga ke ibunya masing-masing.
Akan tetapi hanya aku yang kecewa ternyata ibu ku tidak kunjung datang. Saat aku dilanda kekecewaan dering hp ku berbunyi dring dring dring “Halo? Mohon maaf ini siapa ya?” Aku membuka topik dalam telefon, “Apa benar saya berbicara dengan kerabat dari ibu Diana Larasti Cahyani?” Jawab orang dari telefon seberang. “Iya betul, saya putri dari ibu Diana Larasati Cahyni, ada apa ya?”.
“Begini, saya dari pihak kepolisian ingin memberitahu bahwa ibu anda mengalami kecelakaan dan sekarang sedang diantar ke rumah sakit Psche”. Deg jantung ku berdebar sesaat setelah menerima telepon itu, aku lalu izin kepihah sekolah dan langsung pergi ke rumah sakit dimana ibuku berada.
“Ibu!” berlari kedalam ruang inap dimana ibuku berada. Aku langsung duduk tersungkur melihat ibuku tidak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit. “Dokter bagaimana keadaan ibu saya?” Sambil berderai air mata aku berbicara kedokter memastikan ibuku tidak kenapa-napa. “Ibu anda mengalami patah tulang di beberapa tempat dan mengali pendarahan otak yang luar biasa akibat dari benturan saat kecelakaan tersebut, kemungkinan kecil ibu anda bisa…” aku tidak tega mengatakan kata selanjutnya karena melihat anak ini kemungkinan harus kehilangan ibunya di usia muda. “Tidak! TIDAK MUNGKIN!” “IBUUU, kumohon bangunlah, jangan tinggalkan Nanay ibu” hiks hiks hiks
Keajaiban terjadi, ibu siuman dan “N-nanay, a-anak wedok ku” mataku berbinar mendengar suara ibuku, “i-iya ibu, i-ini Nanay”. “Nduk ibu njaluk ngapura ya, ibu ora isa nemani awakmu maneh” aku shock mendengar kata² itu. “APA MAKSUD IBU, IBU BAKAL SELALU NEMANI NANAY DAN NANAY AKAN SELALU MENEMANI IBU” hiks hiks hiks apa maksudnya ini. “Ma-maafkan ibu ya nay” lalu tiba-tiba detak jantung ibu berhenti dan semuanya seperti bunga yang telah gugur ketanah, hatiku sangat kacau untuk menerima kenyataan ini. “Tidak ibu, maafkan Nanay belum jadi putri yang baik dan selamat hari ibu” hiks hiks hiks sambil berderai air mata.
Hari ibu yang harusnya menjadi hari bahagia ternyata menjadi hari dimana duniaku runtuh karena hari itu adalah hari dimana aku harus kehilangan sosok pahlawanku ibuku.