Pada tahun 2019, dunia berubah. Bencana yang datang tanpa peringatan menghancurkan banyak kota besar, memporak-porandakan kehidupan manusia. Namun, setelah kehancuran itu, sesuatu yang aneh muncul, gerbang-gerbang dimensi yang muncul tiba-tiba. Semua orang yang terpilih untuk memasuki gerbang ini mendapatkan kekuatan luar biasa, tetapi dunia baru yang mereka masuki juga dipenuhi dengan monster berbahaya.
Ari, seorang pemuda biasa dari kota yang hancur, terkejut saat dirinya terpilih untuk menjadi seorang Hunter. Dia tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah begitu cepat. Dengan kekuatan yang diberikan oleh gerbang dimensi, ia mulai berlatih untuk menghadapi berbagai monster yang keluar dari portal.
"Ini adalah takdirku," kata Ari, sambil memandang langit yang gelap penuh dengan tanda-tanda gerbang yang mengelilinginya. Ia tahu bahwa dunia ini sudah tidak sama lagi, dan ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Hari demi hari, Ari melawan monster demi monster. Setiap kemenangan memberinya lebih banyak kekuatan, tetapi ia juga semakin merasa terhubung dengan dunia yang berbeda. Setiap kali memasuki gerbang baru, dia merasakan kekuatan baru yang datang dengan risiko yang semakin besar.
Suatu hari, ketika Ari berada di dunia yang berbeda, ia bertemu dengan seorang Hunter lain, seorang wanita bernama Lyra, yang memiliki kekuatan yang tak kalah hebat. Mereka berdua saling membantu dalam pertempuran melawan monster yang lebih kuat, dan selama pertemuan itu, Ari menyadari bahwa bukan hanya kekuatan yang menentukan, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi.
"Ini lebih dari sekedar bertahan hidup," kata Lyra, setelah mereka berhasil mengalahkan monster raksasa yang menghadang mereka. "Ini tentang bagaimana kita bisa mengendalikan dunia baru yang ada."
Ari mengangguk. Dunia baru ini mungkin penuh dengan bahaya, tetapi dia mulai memahami bahwa takdirnya adalah untuk menjadi lebih dari sekadar seorang Hunter. Dia harus menjadi penghubung antara dunia manusia dan dimensi yang penuh dengan ancaman ini. Tak lama setelah itu, gerbang-gerbang dimensi mulai mengarah pada dunia yang lebih gelap, dan lebih berbahaya.
Ari dan Lyra berdiri di depan gerbang dimensi yang lebih besar dari sebelumnya, gerbang yang berkilau dengan cahaya merah pekat. Suara gemuruh dari dalamnya menggetarkan udara, dan angin yang keluar dari portal itu membawa aroma kegelapan yang tak bisa dijelaskan. Mereka tahu bahwa dunia yang akan mereka hadapi kali ini lebih berbahaya daripada sebelumnya.
Ari merasakan jantungnya berdebar cepat, bukan karena ketakutan, tetapi karena ketegangan. "Kita siap?" tanyanya pada Lyra, matanya menatap tajam ke arah gerbang yang bergemuruh.
Lyra menatapnya dengan senyuman yang menggoda, meskipun jelas terlihat kecemasan di matanya. "Kita tak akan tahu sampai kita mencobanya," jawabnya, menghunus pedangnya yang bersinar biru, bercahaya lembut di tengah kegelapan.
Ari menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan kekuatan barunya. Tangan kanannya berkilau dengan energi berwarna ungu yang mengalir cepat, membentuk pedang besar yang terbuat dari kekuatan dimensi. Senjata itu bukan hanya alat, melainkan bagian dari dirinya, sebuah manifestasi dari kemampuan yang telah ia kuasai. "Mari kita lihat sejauh mana kita bisa bertahan," katanya, langkahnya mantap menuju gerbang.
Begitu mereka melangkah memasuki gerbang, keduanya langsung disambut oleh dunia yang jauh lebih gelap. Langit hitam pekat dengan petir yang menyambar, menciptakan bayangan-bayangan menakutkan yang bergerak di sekitar mereka. Lantai di bawah kaki mereka tampak retak, sementara dari kedalaman dunia ini, suara jeritan mengerikan terdengar.
Di hadapan mereka, monster-monster raksasa yang belum pernah mereka lihat sebelumnya mulai muncul. Wujud mereka berupa makhluk berbentuk humanoid, dengan kulit yang tampak seperti batu kasar, dan mata yang menyala merah menyala. Dari mulut mereka keluar suara mengerikan, seperti teriakan dari kegelapan itu sendiri.
"Satu langkah lagi ke dunia ini dan kita terjebak selamanya," kata Lyra, matanya bergerak cepat mencari celah di antara pasukan monster yang mulai bergerak menuju mereka.
Ari merasakan kekuatan di dalam dirinya semakin mengalir, seiring dengan semakin kuatnya rasa ancaman dari dunia ini. "Kita tak akan lari," jawabnya dengan penuh tekad. "Ini adalah garis akhir kita, Lyra."
Bersamaan dengan itu, monster-monster itu menyerbu, dan pertarungan pun dimulai. Ari dengan cekatan memutar pedangnya, mengirimkan gelombang energi yang menghancurkan barisan pertama monster. Di sisi lain, Lyra dengan gerakan cepat menghindari serangan-serangan monster, menyarangkan serangan balik dengan pedangnya yang memancarkan kilat.
Mereka berdua bertarung berdampingan, saling melengkapi dalam kecepatan dan kekuatan. Ari merasa tubuhnya semakin kuat, seiring dengan setiap serangan yang ia hadapi. Setiap kali ia berhasil mengalahkan satu monster, kekuatan baru mengalir ke dalam dirinya, tetapi itu juga disertai dengan kelelahan yang semakin terasa.
Saat pertarungan mencapai puncaknya, monster terbesar dari semuanya muncul. Dengan tubuh yang raksasa dan bersayap, makhluk itu membawa kehancuran dalam setiap gerakan. Wajahnya dipenuhi dengan taring tajam, dan matanya berkilauan dengan kebencian yang tak terhingga.
"Ini... ini lebih dari yang kita perkirakan," kata Lyra dengan suara tegang, matanya menilai situasi.
Ari menatap monster itu dengan fokus. Ini bukan hanya tentang bertahan hidup lagi, tapi tentang mengubah takdir. "Kita akan menaklukkan dunia ini," katanya dengan suara bergetar, tetapi penuh keyakinan.
Dengan satu gerakan bersamaan, mereka menyerbu. Ari meluncurkan energi dimensi yang lebih kuat dari sebelumnya, menciptakan gelombang kekuatan yang menabrak monster raksasa itu dengan kekuatan yang luar biasa. Lyra dengan cepat mengejar, menggunakan kekuatan pedangnya untuk menghancurkan sayap monster dan melemahkannya.
Di tengah pertempuran, Ari merasakan sesuatu yang aneh, sebuah koneksi, sebuah dorongan untuk lebih jauh lagi mengendalikan kekuatan dimensi. Itu bukan hanya pertarungan fisik; ini adalah perebutan kendali atas dunia yang baru mereka masuki.
Saat akhirnya monster itu ambruk, runtuh dalam kehancuran, dunia sekitarnya mulai berguncang. Gerbang-gerbang dimensi lain mulai terbuka lebih banyak lagi, dan semakin banyak makhluk yang datang. "Ari!" teriak Lyra, menyadari bahwa ini baru saja dimulai. "Kita belum selesai."
Ari mengangguk, matanya menyala dengan tekad. "Tidak, ini baru permulaan." Mereka berdua bersiap untuk menghadapi dunia yang lebih gelap dan lebih berbahaya lagi, mengetahui bahwa mereka adalah satu-satunya harapan manusia untuk bertahan hidup di dunia yang kini terhubung dengan dimensi lain yang tak terhitung jumlahnya.
Di tengah kegemparan dunia yang mulai terpecah, Ari dan Lyra berdiri di tepi kehancuran. Gerbang-gerbang dimensi yang tak terhitung jumlahnya terbuka di langit, saling tumpang tindih, membanjiri dunia dengan ancaman yang semakin besar. Monster-monster dari dimensi lain semakin menguasai dunia ini, dan manusia mulai kehilangan harapan.
Ari merasakan kekuatan dalam dirinya semakin meluap, tak terkendali. Setiap kali dia mengalahkan satu makhluk, lebih banyak lagi yang datang. Semakin kuat dia, semakin besar pula beban yang harus dia tanggung. "Kita harus menutup gerbang-gerbang ini," katanya, suara penuh ketegangan. "Jika tidak, dunia ini akan hancur."
Lyra menatapnya dengan mata penuh kepercayaan, meskipun wajahnya dipenuhi kelelahan. "Tapi gerbang-gerbang itu tak bisa ditutup dengan kekuatan biasa. Kita butuh lebih dari sekadar kekuatan fisik."
Ari merenung sejenak, menyadari bahwa kekuatan yang diberikan oleh gerbang bukan hanya untuk melawan, tapi untuk memahami dan mengendalikan dimensi itu sendiri. "Ada satu cara," katanya, dengan nada serius. "Aku bisa membuka lebih dalam kekuatan ini... tapi itu berarti aku harus mengorbankan sesuatu."
Lyra menatapnya dengan cemas. "Apa yang kamu maksud dengan mengorbankan?"
Ari menatap gerbang-gerbang yang mengelilingi mereka, merasakan tarikan kuat dari dimensi yang mengancam. "Aku harus menjadi penghubung antara dunia ini dan dimensi lain... secara permanen. Jika aku bisa memanggil kekuatan inti dari setiap gerbang, kita bisa menutup semuanya. Tapi aku tidak yakin aku bisa kembali setelah itu."
Lyra terdiam, kemudian mendekat, meletakkan tangannya di bahu Ari. "Ari, jika itu yang harus dilakukan, aku akan berada di sampingmu. Kita mulai ini bersama, dan kita akan mengakhiri ini bersama."
Ari mengangguk, meskipun rasa takut mulai merayap di hatinya. Dia tahu ini adalah pilihan terakhir, dan dia tidak bisa mundur. Dengan satu napas panjang, dia menarik kekuatan dimensi ke dalam tubuhnya, memusatkan seluruh energi yang telah dia kumpulkan selama ini.
Segera, tubuhnya terbungkus dalam cahaya ungu yang memancar, gelombang energi yang begitu kuat hingga tanah di sekitarnya retak. Langit di atas mereka mulai berputar, mengarah pada titik pusat yang berkilau, tempat di mana energi dari setiap gerbang dimensi akan bersatu.
Namun, saat kekuatan itu mulai terhubung, sesuatu yang tak terduga terjadi. Diri Ari mulai terpecah menjadi dua, separuh dari kekuatannya mulai merasuk ke dalam dimensi, sementara separuh lainnya mengarah ke tubuhnya yang kini mulai terbakar oleh energi yang melimpah. "Ari!" teriak Lyra, berlari ke arahnya, tapi terhalang oleh gelombang energi yang memancar.
Di dalam dimensi itu, Ari merasakan dirinya seolah berada di ambang batas antara kehidupan dan kehancuran. Kekuatan dari dunia lain mulai meresap, menciptakan ilusi kekuatan yang luar biasa, namun juga membawa kehancuran yang tak terhindarkan. Semua makhluk dari dimensi lain mulai meresap ke dalam tubuhnya, memperburuk penderitaannya.
"Ari... aku tidak akan membiarkanmu melakukannya sendirian!" Lyra berteriak, melangkah lebih dekat meskipun tubuhnya hampir tidak mampu bertahan melawan kekuatan yang meluap dari Ari.
Tapi Ari hanya tersenyum lemah, meski keringat dingin mengalir di dahinya. "Jika aku tidak melakukannya... dunia ini akan hancur. Kau harus pergi, Lyra... aku akan membuka gerbang ini untuk yang terakhir kalinya."
Dengan satu dorongan terakhir, Ari memusatkan seluruh kekuatan dalam tubuhnya. Di luar, gerbang-gerbang dimensi mulai menyusut, dan kekuatan-kekuatan itu mengarah kembali ke pusat dunia ini, perlahan menutup satu per satu. Monster-monster yang menyerang pun mulai menghilang, terhisap ke dalam dimensi yang berbeda, sementara langit yang semula gelap, perlahan kembali menjadi cerah.
Namun, di dalam tubuh Ari, kekuatan itu terus meronta, membakar setiap serat tubuhnya. Ari merasakan dirinya mulai kehilangan kendali, tubuhnya terhanyut dalam kekuatan yang tidak bisa dia kendalikan lagi.
"Lyra... aku... sudah tidak bisa... bertahan," katanya, suaranya hampir tak terdengar.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Lyra berlari ke arahnya, namun sebelum dia bisa menyentuhnya, Ari mengangkat tangannya yang penuh energi. "Kau harus hidup, Lyra. Dunia ini harus terus berjalan," katanya dengan napas terengah-engah. "Jaga dunia ini untukku."
Dengan satu dorongan terakhir, Ari melepaskan seluruh kekuatan dalam dirinya, menghancurkan gerbang-gerbang dimensi yang tersisa dan mengunci seluruh dunia dalam keseimbangan. Dunia kembali tenang, tapi dengan harga yang tak terbayangkan, Ari hilang, tenggelam dalam dimensi yang tak dapat dijangkau.
Lyra terjatuh di sampingnya, memegang tangan Ari yang kini tak lagi bernyawa. Air mata mengalir di pipinya. "Aku akan mengingatmu, Ari... selamanya."
Dunia yang telah diselamatkan itu tidak akan pernah melupakan pengorbanannya. Namun, perjalanan para Hunter baru saja dimulai. Dunia ini akan tetap penuh dengan bahaya, tetapi sekarang ada harapan, harapan yang lahir dari keberanian seorang pemuda biasa yang berjuang untuk menyelamatkan semua orang, dengan mengorbankan dirinya sendiri.
Dan begitu, kisah tentang Ari, Hunter pertama yang menyatukan dunia manusia dan dimensi lain, akan dikenang sepanjang masa.