Mentari senja memeluk kota Kyoto dengan kehangatan yang lembut. Cahayanya yang keemasan menari di antara dedaunan maple yang mulai memerah, menciptakan pemandangan yang memukau. Di taman kecil dekat sebuah kuil, seorang gadis bernama Hana duduk di bangku kayu, memeluk erat buku sketsanya.
Hana adalah seorang seniman muda. Ia gemar mengabadikan keindahan Kyoto ke dalam lukisan-lukisannya. Hari ini, ia berusaha menangkap keindahan senja di taman ini, namun pikirannya melayang jauh. Besok adalah hari keberangkatan Takashi, sahabatnya sejak kecil, ke Tokyo untuk melanjutkan studinya di universitas.
Takashi adalah segalanya bagi Hana. Mereka tumbuh bersama, berbagi mimpi dan tawa, saling mendukung dan menguatkan. Lebih dari sekadar sahabat, Hana menyimpan perasaan yang lebih dalam untuk Takashi. Perasaan yang sulit ia ungkapkan, bahkan pada dirinya sendiri.
Ia tahu Takashi juga sangat menyayanginya. Namun, ia tidak yakin apakah perasaan Takashi sama dengannya. Ia takut jika ia mengungkapkan perasaannya, persahabatan mereka akan rusak. Ia lebih memilih untuk menyimpan perasaannya dalam hati, daripada kehilangan Takashi.
Tiba-tiba, suara lembut memanggilnya. "Hana-chan?"
Hana mendongak dan melihat Takashi berdiri di depannya, tersenyum hangat. Jantung Hana berdegup kencang. Ia gugup, tidak tahu harus berkata apa.
"Sedang apa di sini?" tanya Takashi, duduk di samping Hana.
"Aku... aku sedang melukis," jawab Hana terbata-bata, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Takashi mengangguk dan menatap langit senja bersama Hana. Mereka terdiam beberapa saat, menikmati keindahan alam.
Hana memberanikan diri menoleh ke arah Takashi. Ia melihat wajah Takashi yang tampan, diterangi cahaya senja. Ia merasakan hatinya berdesir hebat.
"Takashi..." panggil Hana lirih.
Takashi menoleh ke arah Hana, menatapnya dengan tatapan lembut. "Ada apa, Hana-chan?"
Hana menarik napas dalam-dalam. Inilah saatnya. Ia harus mengungkapkan perasaannya, apapun yang terjadi.
"Takashi... aku..." Hana menggantungkan kalimatnya, ragu.
Takashi menggenggam tangan Hana dengan erat, memberinya kekuatan. "Katakan saja, Hana-chan. Aku mendengarkan."
Hana memberanikan diri menatap mata Takashi. "Takashi... Suki yo."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Hana merasa seolah-olah bebannya terangkat. Ia menunggu jawaban Takashi dengan jantung berdebar.
Takashi terdiam beberapa saat, tampak terkejut. Lalu, ia tersenyum lembut. "Aku juga, Hana-chan."
Hana terkejut. Ia tidak menyangka Takashi juga merasakan hal yang sama.
"Aku juga suka padamu, Hana-chan," lanjut Takashi. "Sejak lama. Tapi aku takut mengungkapkan perasaanku, karena aku tidak ingin merusak persahabatan kita."
Hana tersenyum bahagia. Air mata haru menetes dari sudut matanya. Ia tidak menyangka cintanya terbalas.
Takashi menghapus air mata Hana dengan lembut. "Jangan menangis, Hana-chan. Aku janji, aku akan kembali. Aku akan menyelesaikan studiku di Tokyo, dan aku akan kembali padamu."
Hana mengangguk. "Aku akan menunggumu, Takashi."
Senja semakin larut, dan kegelapan mulai menyelimuti kota Kyoto. Namun, di taman kecil dekat kuil, dua hati muda bersinar terang, dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan. Kata-kata "Suki yo" telah mengubah segalanya, membawa mereka pada babak baru dalam kehidupan mereka. Mereka berjanji untuk saling menjaga cinta mereka, meskipun jarak memisahkan. Mereka percaya, cinta sejati akan selalu menemukan jalannya kembali.
~Tamat~
~Alexa Sa