Langit sore itu berwarna jingga kemerahan ketika Arah duduk di bangku taman, matanya menerawang jauh. Di tangannya, sebuah surat lama tergenggam erat, kertasnya sudah menguning, tetapi setiap kata di dalamnya masih begitu hidup di ingatannya. Surat itu dari Bintang, seseorang yang dulu mengisi hatinya dengan tawa dan harapan.
Lima tahun lalu, mereka berjanji akan tetap bersama. Namun, kehidupan berkata lain. Bintang harus pergi mengejar impiannya ke luar negeri, meninggalkan Arah yang saat itu tak bisa ikut karena tanggung jawab keluarga. Mereka berjanji akan bertemu lagi, namun waktu berlalu tanpa kepastian.
Arah masih ingat kalimat terakhir dalam surat itu:
"Jika suatu hari kau masih ingin bertemu, datanglah ke taman ini saat senja. Aku akan ada di sana, menunggumu, seperti dulu."
Hari ini, setelah bertahun-tahun, Arah akhirnya datang. Jantungnya berdebar ketika ia melihat seseorang berjalan mendekat. Sosok itu tinggi, dengan mata yang masih hangat seperti dulu.
"Arah?"
Suara itu... suara yang selalu ia rindukan.
"Bintang..."
Sejenak, dunia terasa berhenti berputar. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa mereka merindukan satu sama lain.
"Kau menepati janji," kata Bintang dengan senyum yang masih sama.
"Aku pikir kau sudah melupakanku," jawab Arah pelan.
Bintang menggeleng. "Aku selalu kembali ke sini setiap senja. Aku tahu suatu hari kau akan datang."
Mata Arah terasa panas. Mereka saling menatap, tak butuh banyak kata. Senja menjadi saksi, bahwa cinta yang tulus selalu menemukan jalannya kembali.
Dan di bawah langit yang perlahan berubah gelap, dua hati yang lama terpisah akhirnya kembali menyatu.