Di sebuah kota kecil yang masih percaya pada ramalan kuno, hiduplah seorang peramal tua bernama Mbah Sari. Banyak orang datang kepadanya untuk bertanya tentang nasib, cinta, dan keberuntungan. Namun, Mbah Sari tahu bahwa ramalan hanyalah permainan kata-kata. Ia hanya mengatakan apa yang ingin didengar orang atau sekadar merangkai kata-kata yang terdengar meyakinkan.
Suatu hari, dua orang datang kepadanya hampir bersamaan. Yang pertama adalah Damar, seorang pemuda sederhana yang bekerja sebagai penjaga toko buku. Yang kedua adalah Kirana, seorang perempuan ambisius yang bercita-cita menjadi penulis terkenal.
Damar bertanya, “Mbah, kapan saya akan menemukan cinta sejati?”
Kirana bertanya, “Mbah, kapan saya akan bertemu dengan seseorang yang bisa mengubah hidup saya?”
Mbah Sari tersenyum, lalu menutup matanya seolah mendapat bisikan gaib. Dalam hatinya, ia hanya bermain dengan kata-kata, menciptakan sesuatu yang terdengar misterius.
“Kalian berdua akan bertemu dalam waktu dekat. Takdir kalian bersinggungan karena cinta dan ambisi. Namun, ingat, tidak semua ramalan adalah kebenaran.”
Damar dan Kirana saling berpandangan, sama sekali tidak tertarik satu sama lain. Tapi sejak saat itu, kata-kata Mbah Sari terus terngiang di benak mereka.
Beberapa hari kemudian, tanpa sengaja, Kirana masuk ke toko buku tempat Damar bekerja. Ia mencari referensi untuk novel yang sedang ditulisnya. Damar, yang biasanya tidak banyak bicara, tanpa sadar mulai memperhatikan Kirana lebih dari pelanggan lainnya.
“Ini ada buku yang mungkin cocok dengan tema novel yang kamu cari,” katanya sambil menyerahkan sebuah buku.
Kirana mengernyit. “Kamu tahu aku menulis novel?”
Damar tersenyum kecil. “Ramalan Mbah Sari.”
Kirana tertawa. “Aku tidak percaya ramalan.”
Namun, sejak saat itu, mereka mulai sering bertemu. Kirana yang awalnya cuek mulai menikmati obrolan dengan Damar. Damar yang pemalu perlahan-lahan mulai lebih terbuka.
Semakin lama, mereka sadar bahwa hidup mereka benar-benar berubah sejak ramalan itu. Kirana mendapatkan banyak inspirasi dari Damar untuk novel barunya. Damar, yang sebelumnya tak pernah berpikir tentang cinta, mulai merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama Kirana.
Akhirnya, Kirana menyelesaikan novelnya dan menjadi penulis yang sukses. Damar tetap menjadi penjaga toko buku, tapi kini dengan kebahagiaan yang ia temukan di samping Kirana.
Sementara itu, Mbah Sari hanya tertawa kecil saat mendengar cerita mereka. “Ramalan bisa saja palsu,” gumamnya, “tapi terkadang, kata-kata bisa menciptakan kenyataan.”
Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa mungkin bukan ramalan yang mempertemukan mereka, melainkan keyakinan mereka sendiri pada sesuatu yang awalnya mereka anggap tidak mungkin.