Feni tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah begitu drastis. Ia hanyalah seorang editor buku di sebuah penerbit kecil di Jakarta, menjalani kehidupan sederhana tanpa banyak kejutan. Namun, dalam perjalanan hidupnya, empat pria hadir dengan cara mereka masing-masing dan membuat dunianya berwarna.
Alan, seorang dokter yang selalu perhatian dan ada di sisinya setiap kali ia sakit atau merasa lelah. Refan, sahabat masa kecilnya yang setia, yang ternyata diam-diam menyimpan cinta untuknya sejak lama. Karan, pengusaha sukses yang terpikat oleh kesederhanaan dan kecerdasan Feni. Dan Rafa, pria misterius yang sederhana, yang membuat Feni jatuh cinta tanpa tahu siapa dia sebenarnya.
Di antara keempat pria itu, hatinya memilih Rafa. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang berbeda, yang membuat Feni selalu ingin berada di dekatnya.
Rafa selalu datang ke kafe tempat Feni biasa mengedit naskah. Mereka sering berbincang tentang buku, kehidupan, dan impian. Feni menyukai kesederhanaannya, cara Rafa menatapnya dengan penuh ketulusan, dan bagaimana pria itu tidak pernah menunjukkan kesombongan seperti pria kaya lainnya yang pernah ia temui. Tapi ada satu hal yang aneh—Rafa tidak pernah bercerita banyak tentang dirinya sendiri.
Hingga suatu hari, Feni melihat sesuatu yang mengejutkannya. Saat ia sedang berjalan di kawasan bisnis elite, ia melihat Rafa keluar dari sebuah gedung tinggi dengan jas mahal dan dikawal oleh beberapa orang. Di depan gedung itu tertulis jelas: **"Wijaya Group"**.
Feni terkejut bukan main. Ia segera mencari tahu dan menemukan nama lengkap Rafa di internet. **Rafael Adrian Wijaya – CEO Wijaya Group.**
Feni merasa dibohongi. Pria yang selama ini ia kira sederhana ternyata seorang pengusaha kaya raya. Mengapa Rafa menyembunyikan identitasnya?
Ketika mereka bertemu malam itu, Feni menatapnya dengan kecewa. “Kenapa kamu tidak pernah bilang siapa dirimu sebenarnya?”
Rafa menatapnya dengan ekspresi penuh penyesalan. “Karena aku ingin kau mencintaiku sebagai Rafa, bukan Rafael Adrian Wijaya. Aku tidak ingin kau melihatku sebagai pria kaya, tapi sebagai seseorang yang bisa kau percaya.”
Feni diam. Ia mengerti maksud Rafa, tapi tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal.
Di saat Feni masih mencerna kenyataan itu, ada tiga wanita yang diam-diam ingin menghancurkannya—Putri, Dewi, dan Zahra. Mereka berasal dari lingkungan sosial Rafa dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa seorang gadis biasa seperti Feni telah menarik perhatian pria yang mereka idamkan.
Putri mulai menyebarkan rumor buruk tentang Feni di kantornya, membuatnya hampir kehilangan pekerjaannya. Dewi berusaha mendekati Alan, Refan, dan Karan, membisikkan kata-kata yang membuat mereka meragukan perasaan Feni. Sementara Zahra, dengan penuh licik, menyebarkan gosip bahwa Feni hanya mengincar kekayaan Rafa.
Tapi cinta sejati tidak mudah digoyahkan. Rafa melindungi Feni dari semua fitnah yang dilontarkan kepadanya. Ia datang ke kantor Feni, berbicara dengan atasan Feni untuk meluruskan semua rumor yang beredar. Ia menemui Alan, Refan, dan Karan untuk mengatakan dengan tegas bahwa Feni hanya mencintainya.
Pada akhirnya, kebenaran terungkap. Alan, Refan, dan Karan akhirnya menerima bahwa cinta Feni bukan untuk mereka. Meski berat, mereka merelakannya dan tetap menjadi teman baik Feni.
Sementara itu, rencana busuk Putri, Dewi, dan Zahra terbongkar. Rafa memastikan mereka mendapat balasan yang setimpal atas segala fitnah yang mereka sebarkan.
Di suatu malam yang tenang, di bawah langit berbintang, Rafa menggenggam tangan Feni dengan erat. “Aku tidak ingin menyembunyikan apa pun lagi darimu. Aku mencintaimu, Feni. Dan aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku selamanya.”
Feni menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Semua rintangan yang mereka lalui membuatnya sadar bahwa cintanya pada Rafa bukan karena kekayaannya, tapi karena pria itu adalah seseorang yang membuatnya merasa dicintai dengan tulus.
Dengan senyum bahagia, Feni mengangguk.
“Aku juga mencintaimu.”
Dan malam itu, di bawah cahaya lampu taman yang temaram, Rafa berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya.
“Feni, maukah kau menikah denganku?”
Tanpa ragu, Feni menjawab, “Ya.”
**TAMAT**.
---
P!