Pondok kebun
*
“To...long “ suara lirih itu sulit didengar nafasnya sudah semakin habis tapi genggaman tangannya semakin kuat
Mata dan wajahnya memerah kedua tangan terus meraih apapun yang bisa digapai kedua kakinya juga meronta ronta cukup lama dia bertahan tapi ditempat sunyi dan gelap itu akhirnya dia kalah jua, semilir angin membelai tubuh dan suara binatang hutan terdengar memecah keheningan.
SRAAKKK...SRAAAKKK...SRAAKKKK !!!
Suara benda bergesakan, dinginnya malam menusuk hingga ketulang auman anjing liar dikejauhan menambah seram tempat itu, kedua kaki yang kaku tadi terikat tali, warna kaki itu sudah pucat tanda darah sudah berhenti mengalir karena jantung berhenti berdetak.
Tubuh itu bergetar karena yang ditarik bobotnya cukup berat, cuaca malam itu tiba-tiba saja hujan dengan sangat lebatnya tapi orang itu tetap melanjutkan rencananya
Dia berjongkok mengikat tali tambang pada benda yang diseretnya tadi jaket kulit berwarna hitam membungkus tubuhnya tidak lupa sarung tangan, topi juga terpasang dikepal, wajahnya hampir tidak terliha.
Kilat sesekali menyambar siluet pria itu tergambar ditanah dengan nafas tersengal dia berdiri menatap ketanah dirasa sudah siap ujung tali tadi dilempar kebatang pohon yang paling besar dengan sekuat tenaga lalu tali itu ditarik.
“AARRGGG !” serunya
Pohon itu cukup tinggi jadi butuh beberapa kali menarik hingga akhirnya tubuh kaku berbalut karung itu naik menggantung dibawah rindangnya daun pohon mangga didepan pondok ditengah kebun itu.
Kilatan cahaya kembali menyambar orang tadi kembali menatap hasil kerjanya dengan puas karena ditengah hutan tidak ada yang melihat perbuatannya.
**
Mobil berwarna putih itu nampak berjuang menaklukkan jalan tanah merah penghubung desa, sebenarnya ada jalan lain yaitu melalui sungai tapi butuh waktu lebih lama lagi jadi banyak orang yang memilih melewati jalan darat meski keadaannya begini apa lagi ini musim hujan titik jalan hancur semakin banyak dan parah.
“Jangan ketawa !” keluh pria pengemudi mobil putih itu pada wanita yang ada disampingnya
“Kenapa aku gak boleh ketawa ?” tanya Lina yang merasa wajah tegang suaminya itu lucu sekali
“Aku lagi nyetir ini, jangan ganggu konsentrasiku” jelas nya
“Oke, oke. Oke !” Lina berusaha untuk menahan diri dan diam didalam mobil
Setelah cukup lama berkutat dengan jalanan rusak akhirnya mereka sampai disebuah kampung yang terletak ditengah hamparan hutan kalimantan, penduduk disana cukup banyak mata pencaharian utama mereka berkebun atau menyadap karet.
Ihsan dan Lina juga tercatat sebagai penduduk disana tapi mereka sering bolak balik kekota, mereka pulang kekota biasanya satu atau dua bulan sekali tapi hanya beberapa hari saja karena ihsan satu satunya dokter dikampung itu jadi mereka tidak bisa sering sering pulang kekota.
Tapi kali ini mereka pulang cukup lama hampir dua minggu mereka baru kembali kekampung
“Alhamdulillah sampai” ucap Ihsan setelah mobil mereka memasuki kampung
Mereka sampai saat hari sudah menjelang sore terlihat dari Para penduduk kampung banyak berkumpul diteras rumah mereka untuk mengisi waktu luang dengan mengobrol bersama tetangga maupun kerabat, terlihat juga banyak anak anak yang bermain dihalaman bersama teman mereka.
“Kita kerumah Abah saja” ucap Lina
Wajahnya terlihat gembira tapi tidak jelas apa alasannya mungkinkah karena dia rindu dengan Abahnya
“Kenapa kita tidak pulang dulu saja” usul Ihsan
Dia sudah sangat lelah dan ingin sekali merebahkan tubuhnya diatas kasur, mereka memang tinggal terpisah dari Ayahnya Lina karena Ihsan dapat rumah dinas disamping puskedes tempatnya bekerja.
“Ya sudah, kalau abang mau pulang. Pulang sendiri aja ya ? Aku mau kerumah Abah dulu” ucap Lina
Jadi Ihsan memutuskan untuk mengantar Lina kerumah Abah seperti permintaannya dan setelah itu Ihsan langsung pulang kerumah mereka
“Assalamualaikum !” serunya Lina tidak sabar untuk bertemu Abah
“Assalamualaikum !” ucapnya kembali tapi belum ada sahutan
Lina menghentikan langkahnya saat dia ada didepan kamarnya dulu, pintu kamar itu terbuka sedikit dan dia melihat ada baju wanita tergantung didalam sana.
“Kamu sudah pulang ?” suara Abah mengagetkannya dan membuat Lina lupa akan benda didalam kamar tadi
“Eh Abah ! Lina kira Abah lagi keluar” Lina terlihat gugup
“Tidak, Abah lagi dikamar” jawabnya
Abah bukan orang yang dianugerahi wajah yang ramah jadi terkadang orang yang tidak begitu mengenalnya akan mengira jika Abah itu orangnya galak.
“Bah !” ucap Lina ada yang ingin dia bicarakan pada Abah
“Kalian baru pulang ? Lama sekali dikotanya, tidak kasihan dengan orang kampung yang menunggu Ihsan untuk berobat” ucapan Abah membuat Lina batal bicara apa lagi saat Abah meninggalkannya begitu saja nyali Lina menciut.
**
Malam harinya Lina nampak melamun dia memikirkan kenapa Abah bersikap begitu padanya tadi
“Aku tidak terbiasa dengan sikapnya” keluh Lina dalam hatinya
Ihsan menyadari jika Lina sedang murung dan dia yakin pasti ini ada kaitannya dengan Abah
“Kamu kenapa sayang ?” tanya Ihsan
Lina menatap suaminya itu,berkali kali dia menghebuskan nafas dan membuangnya dengan kasar
“Abah ” jawabnya kemudian
“Kenapa Abah ?” tanya Ihsan lagi
“Dia marah soal kita kekota terlalu lama, seolah kita tidak perduli dengan orang dikampung ini” keluh Lina
“Biarkan saja, Abahkan tidak tau apa yang kita lakukan dikota. Tidak usah kamu ambil hati perkataan Abah” Bujuk Ihsan agar istrinya merasa lebih baik
Suasan hati Lina akhirnya membaik dan dia sadar jika sikapnya tadi berlebihan padahal apa yang Abah katakan tadi ada benarnya juga dan Abah berkata begitukan karena dia hanya tidak tahu yang sebenarnya terjadi.
“Abang ada benarnya juga, aku tidak akan sedih lagi. Abah begitukan karena dia perduli “ ucap Lina yang langsung dianggukkan oleh Ihsan tanda setuju
“Kalau begitu, ayo kita istirahat. Aku sudah mengantuk “ diskusi malam itu berakhir juga mereka harus istirahat untuk menyambut esok pagi yang akan sibuk.
***
Esokan paginya mereka sudah beraktifitas seperti biasanya Lina pergi kesekolah untuk mengajar sedangkan Ihsan dipuskedes melakukan pelayanan,
Saat Ihsan sedang sibuk memeriksa seorang wanita tua tiba -tiba dia melihat Lina lewat dihalam depan, Ihsan melihat kearah jam dinding.
“Masih jam segini kok sudah pulang ?” ini masih pagi sekali tapi Lina sudah pulang Ihsan kemudian berfikir apakah Lina sedang sakit
“Pak Dokter “ wanita tua itu ingin mengatakan sesuatu
“Iya, ada apa ?” tanya Ihsan
“Dimana lagi yang sakit ?” tanya Ihsan karena dia fikir wanita itu punya gejala sakit yang lain
“Bukan itu...” ucapnya lalu wanita itu melihat kesekitar disana hanya ada mereka berdua
“Kemana perginya perempuan itu ?” bisiknya pada Ihsan
“Perempuan ? Siapa ?” Ihsan tidak mengerti apa yang wanita tua itu maksud, dia malah berfikir jika wanita tua itu sudah pikun.
“Itu ! Perempuan yang Wajahnya mirip dengan Lina” jelasnya lagi tapi Ihsan tidak tau apa- apa
Ihsan tidak curiga sedikitpun dia fikir wanita tua itu juga melihat Lina lewat didepan tadi
“Oh, itu memang Lina. Bukan Cuma mirip” jelas Ihsan
“Bukan ! Katanya itu adiknya Lina” ucap wanita tua itu lagi
“Itu lina, tambi (nenek). Dia pulang kerumah mungkin karena kurang enak badan” jelas Ihsan lagi tapi wanita tua itu terus saja berkata aneh tapi Ihsan tidak perduli dan menganggapnya biasa saja
Selesai semua pekerjaan Ihsan kemudian teringat akan Lina tadi
“Oh iya, aku sampai lupa mengecek keadaan Lina “ ucap Ihsan
Dia kembali kerumah yang tepat disebelah puskedes dengan berjalan kaki ,Ihsan kembali kerumah tapi dia merasa janggal kenapa sepatu kerja Lina tidak ada dan pintu masih terkunci
“Lho ! Bukannya tadi Lina pulang ya ? Kenapa pintunya masih terkunci ?” Ihsan memperhatikan kedalam rumah melalui jendela tapi benar saja Lina terlihat lewat didalam sana, Ihsan memang hanya melihat punggungnya saja tapi dia yakin jika itu istrinya.
“Sayang ! Bukan pintunya !” panggil Ihsan tapi tidak ada jawaban dari dalam
“Sayang !” kembali Ihsan memanggil
“Iya !” Ihsan terkejut saat Lina menjawab panggilannya
“Kamu kenapa, Bang ? Kok kaget ?” tanya Lina
Bagaimana Ihsan tidak kaget Lina yang dipanggilnya ada didalam rumah tapi kenapa yang menjawab ada diluar dan sedang berdiri dibelakangnya.
“Kamu kok ?,,,” Ihsan berpikir sebentar benarkah yang dilihatnya tadi
“Aku kenapa ?” tanya Lina seraya mengeluarkan kunci pintu dan berjalan mendekati pintu
“Bukannya tadi kamu didalam ?” Ihsan yakin betul dengan apa yang dilihatnya tadi
“ Aku kan baru pulang ngajar, Bang ! Mana mungkin aku ada didalam rumah. Ini pintunya aja masih dikunci” jelas Lina dan memang benar pintu nya masih terkunci dengan rapat
Ikhsan menatap Lina yang masuk kedalam rumah sambil mengingat kembali apa yang dilihatnya tadi
“Tidak mungkin aku salah lihat, tadi jelas sekali kalau itu Lina” batin ikhsan
Tapi karena dia tidak bisa membuktikannya Ikhsan pun tidak membahasanya lagi, mungkin saja memang benar dia salah lihat.
Dimalam harinya Ihsan masih saja memikirkan kejadian tadi siang, dia memang tidak membahasanya tapi fikirannya berpusat kesana
“Bang ! Abang lagi apa ?” tanya Lina yang memperhatikan Ihsan sejak tadi duduk didalam kamar sedang menatap langit-langit kamar, wajahnya nampak memikirkan sesuatu.
“Lagi mikir aja “ jawab Ihsan
Lina yang ada didepan pintu kamar masuk untuk lebih dekat dengan suaminya saat Lina melewati lemari yang ada kacanya Ihsan tiba-tiba saja terkejut
“Astagfirullah !” serunya
Lina takut melihat wajah suaminya yang seperti melihat set*n, Ihsan berkali -kali melihat dirinya lalu melihat kembali pada kaca lemari yang ada dibelakangnya
“Ada apa, Bang ! Abang lihat apa ?” tanya Lina tapi dia tidak berani untuk mencari tau sendiri
Ihsan tidak bisa menjawab karena dia tidak ingin menambah fikiran Lina nantinya
“Gak apa-apa, Cuma kecoa. “ jawab Ihsan berbohong
Padahal yang dia lihat lebih dari kecoa, saat lina lewat didepan cermin tadi harusnya punggung lina yang terlihat tapi Ihsan justru melihat wajah Lina disana dan disaat yang bersamaan lina berdiri didepannya sedang menatap Ihsan.
“Kamu yakin ?” tanya Lina kembali, Ihsan hanya mengangguk lalu membaringkan tubuhnya membelakangi Lina
Lina yang merasa tidak puas dengan jawaban Ihsan terpaksa pergi dari kamar, dia berjalan menuju kamar mandi tapi langkah Lina terhenti diantara dapur dan ruang tamu yang sudah gelap.
“Bukannya aku belum mematikan lampu tadi ?” batin Lina
Dia yakin betul kalau tadi belum mematikan lampu tapi kenapa ruangan itu menjadi gelap
Lina ingin menghidupkan kembali lampu karena terlalu gelap untuknya yang ingin menuju dapur, tangan dijulurkan siap menekan saklar lampu tiba -tiba Lina menarikanya kembali .
“Aakhh !” serunya
Ada sesuatu yang menyentuh tangannya tapi saat lampu menyala kembali tidak ada siapapun disana, hanya ada dia sendiri.
“Apa itu tadi ?” batin Lina
PErasaanya menjadi tidak enak lalu dia teringat seseorang dan penasaran bagaimana kabarnya sekarang
“Aku harus kerumah abah besok “ batin Lina
****
Keesokan harinya Lina berjalan kaki menuju rumah Abah seorang diri karena Ihsan sedang ada pasien
Hari ini dia tidak mengajar karena badanya terasa kurang sehat tapi dengan terpaksa Lina kerumah Abah setelah berfikir semalaman
“Assalamualaikum !” seru Lina didepan pintu yang tertutup itu
“Bah ! Abah ! Ini La,,,” kalimatnya terhenti
“Bah ! Ini lina !” Ulangnya kembali
Tapi cukup lama dia menunggu tidak kunjung ada jawaban, Lina memeriksa pintu dan benar saja terkunci
“Kemana Abah ?” ucap Lina
Dia kemudian teringat sesuatu, Lina memutuskan untuk menuju jendela kamarnya
“Semoga saja tidak terkunci” ucapnya penuh harap
Saat tiba Lina merasa kecewa jendela kamar itu tertutup rapat dan juga terkunci
“Cih ! Dasar pembohong, dia bilang tidak pernah dikunci. Kenapa ini terkunci” Lina kesal dibuatnya
Disaat Lina tengah melamun ditempat itu tetangga sebelah rumah kebetulan membuka jendelanya
“Eh Lina ! Ngapain disitu ?” tanya Si janda genit itu
“Mau nyari Abah “ jawab Lina
Dia tidak begitu senang dengan perangai wanita itu, Lina hendak pergi karena tidak mau berbasa basi lebih lama lagi
“Kamu kira Abah itu tikus, kamu cari disitu” jawabnya sembarangan
Lina menghentikan langkahnya berbalik menatap tajam wanita itu, tidak terima Abah dijadikan bahan candaan olehnya
“Iya deh, maaf” dia segera menyadari kesalahannya dari tatapan Lina
“Abah mu tadi kekebun, pagi-pagi sekali dia berangkat sendirian pakai motor. Pasti dia mau menginap disana lagi” jelasnya agar Lina berhenti marah padanya
“Lagi ?” Lina mengulangi satu kata yang dianggapnya janggal
“Iya, Abahmu akhir-akhir ini sering kekebun dan menginap disana” Lina merasa penasaran
“Sejak kapan dia begitu ? bukannya Abah tidak suka jika harus menginap dikebun” tanya Lina lagi
Wanita itu berfikir sebentar dan dia teringat sesuatu
“Kayanya pas kamu kekota kemarin, dia lama dikebun pulang hanya satu hari lalu berangkat lagi. Aku juga heran tidak biasanya dia begitu,,,,” belum selesai janda genit itu bicara Lina sudah pergi meninggalkannya
“Eh ! S*alan ! Perempuan g*la, bisa-bisa nya dia pergi orang lagi bicara” keluhnya
Merasa kesal dengan perbuatan Lina, wanita itu menutup jendelanya dengan kasar hingga menghasilkan bunyi yang nyaring.
Lina berjalan cepat kembali kerumah hatinya tidak tenang entah mengapa dia bisa berfikir jika Abah telah melakukan sesuatu yang sangat keji
“Bang ! Abang ! Buka pintunya !” teriak Lina dari kejauhan Ihsan terkejut mendengar suara Lina yang panik
“Ada apa ?” tanya Ihsan seraya berlari menghampiri Lina padahal saat itu dia masih ada ditempat kerjanya
“Buka pintunya dulu !” pinta Lina tidak sabaran
Ihsan membuka pintu seperti yang lina pinta dan istrinya itu segera masuk mencari sesuatu “kunci mobil mana ?” tanyanya
“Ada didalam tas ku” jawab Ihsan yang masih belum mengerti kenapa istrinya panik
“Cepat ambil ! Ayo kita kekebun Abah “ pintanya lagi
“Tunggu dulu! Ada apa ini ? tolong kamu ceritakan dulu “ Lina nampak bingung harus memulainya dari mana
“Aku akan ceritakan dijalan, cepat ! Ambil kunci mobilnya” Ihsan pun setuju dengan usulan itu
Mereka menuju kebun Abah yang cukup jauh didalam hutan menggunakan mobil
“Sekarang kamu cerita, ada apa ini ?” tanya Ihsan
Lina masih berfikir keras dari mana dia harus memulainya
“Aku akan berhenti sekarang kalau kamu tidak mau cerita !” tegas Ihsan
Dia bersikap bergitu bukan tanpa alasan tapi selama ini Ihsan merasa ada yang janggal dari istrinya dan Ihsan merasa jika Lina yang ada disampingnya ini bukanlah istrinya.
"Jangan, jangan. Aku akan cerita" jawab Lina
“Apa Abang tau kalau Lina punya kembaran ?” mata Ihsan terbuka lebar dia tidak pernah mendengar kisah itu sebelumnya
“Maksud kamu ? Kamu punya saudari kembar” Ihsan mengonfirmasi apakah dia tidak salah dengar
“Iya,,,” jawab Lina
Ihsan terdiam mencoba mengingatnya mungkin saja dulu Lina pernah cerita tapi selama apapun dia berfikir Ihsan tidak bisa mengingatnya
“Lalu, kalau kamu memang punya saudara kembar.kenapa ? Apa hubungannya dengan kita ? ” tanya Ihsan
“Aku, adalah saudari kembar Lina” perkataan itu mengejutkan Ihsan
SSSRRAAKKKKK !!!
sUara ban mobil yang dipaksa berhenti dijalanan tanah itu, Ihsan diam sejenak memikirkan perkataan Lina
“Maksud kamu ?” tanyanya
Lina menatap Ihsan berusaha memberanikan diri untuk berkata yang sejujurnya.
*
FLashback...
Dua bulan yang lalu saat Lina dan Ihsan kekota mereka berjalan-jalan kesebuah tempat wisata untuk menghabiskan waktu libur
Mereka lalu duduk disebuah meja dekat pohon rindang Ihsan berpamitan untuk ketoilet sebentar saat Lina sendirian seorang mendekatinya menawarkan sesuatu
“Ini kaka ! Kalau mau pesan makanannya bisa kestan yang disana, ada banyak diskon lho !” sapa seorang wanita pada Lina
Saat Lina mendongak melihat siapa yang bicara betapa terkejutnya mereka melihat wajah yang mirip sekali seperti pinang dibelah dua
“Kok kita mirip ?” celetuk wanita itu
Lina tidak berkomentar dia lalu berdiri dan memeluk wanita itu
“Nama kamu siapa ?” tanya Lina segera setelah dia memeluk wanita itu
“Saya Lana “ jawabnya
Berbeda dengan Lina yang nampak sangat senang wanita bernama Lana itu justru sangat terkejut, mereka belum pernah bertemu sama sekali tapi kenapa dia bersikap seolah sudah tau siapa Lana.
“Kakak senang bisa ketemu kamu disini” ucapnya
Setelah pertemuan itu mereka selalu terhubung melalui pesan teks, lina menceritakan semua kehidupannya pada Lana sekalipun mereka tidak pernah melakukan sambungan telepon.
Suatu hari Lina ingin mempertemukan Lana dengan Abahnya namun saat ditanyakan ternyata Abah tidak ingin menemui Lana sama sekali
“Bah ! Lina sudah menemukan adik” ucapnya
Abah terkejut dengan berita itu padahal selama ini Lina tinggal dikampung ini bagaimana bisa dia menemukan adiknya yang telah dibawa pergi mamak mereka
“Dimana kamu menemukannya ? “ tanya Abah
Mendengar Abah bertanya Lina fikir Abah mulai luluh dan mau menuruti permintaanya
“Dikota, Bah ! Minggu kemarin, dia kerja ditempat wisata” jelas Lina tanpa menduga kalimat selanjutnya yang Abah katakan
“Mulai sekarang ! Kalian tidak boleh ketempat itu lagi, Abah melarang ! Dan ingat jangan berhubungan lagi dengan anak p*lac*r itu !” titah abah
Lina tidak bisa menerimanya bagaimana pun Lana ada putri Abah juga tapi kenapa dia diperlakukan tidak adil begitu
Lina lalu kembali kerumahnya diam- diam menghubungi Lana
“Dek ! Apa kamu siap untuk besok ?” tanya Lina melalui pesan singkat
“ Maaf, kak. Sepertinya kita batalkan saja rencana ini. Lana yakin abah tidak akan suka bertemu Lana, lebih baik kita hidup seperti dulu saja” balas Lana
Dia sudah punya firasat jika Abahnya tidak akan menerima kehadirannya, tapi lina menolak dia tetap ingin mempertemukan adiknya itu dengan Abah mereka
“begini saja, kita akan buat abah tidak sadar kalau itu kamu” usul Lina
“Bagaimana caranya ?” Lana penasaran apa rencana yang Lina fikirkan
“kamu akan berpura-pura jadi aku, tiga minggu lagi kita ketemu ditempat kerjamu dan kita bertukar disana” Lana syok dengan ide itu tapi Lina terus saja membujuknya hingga akhirnya Lana menyerah dan terpaksa untuk setuju
Tepat tiga minggu kemudian Lina benar datang tapi kali ini dia hanya sendiri, Lana terkejut melihat tampilan Lina, rambut mereka ditata semirip mungkin
“Dek !” setiap bertemu hanya Lina yang selalu nampak senang
“Ini, sebentar lagi Abang akan datang. Kamu ganti baju sekarang dan duduk disini” jelasnya
Lana manut saja dengan perkataan kakak nya itu dan menunggu Ihsan ditempat yang sudah Lina katakan tadi
“Kita akan bertukar tiga hari lagi, aku akan datang kekampung dan menunggu kamu dipondok kebun Abah. Jadi bertahanlah sebentar” itulah isi chat yang Lina kirimkan
Tiga hari kemudian dia kembali kekampung, tanpa mengabari Lana sama sekali. Lina tiba dikampung malam hari dia pulang kerumah berjalan kaki dari tugu masuk kampung untuk mengambil sepeda motor padahal jaraknya cukup jauh tapi tanpa istirahat Lina segera pergi lagi.
Lina pergi kepondok kebun seorang diri, demi memenuhi janjinya pada Lana
Perjalanannya cukup jauh dan harus melewati hutan yang gelap hanya menggunakan sepeda motor Lina punya nyali yang besar juga untuk melakukannya seorang diri.
Sesampainya disana lampu pondok terlihat menyala Lina fikir jika itu adalah Lana, dia mendekati pondok terlihat bayang bergerak dari dalam Lina semakin yakin jika itu adalah adiknya
Dia membuka pintu dan mata mereka saling bertemu Abah memegang sebuah tali tambang ditangannya
“Abah !” ucapnya terkejut
Abah memperhatikan tapi sebenarnya dia tidak bisa membedakan yang mana Lina dan yang mana Lana hanya saja gaya berpakainnya bukan seperti Lina yang dia kenal, rambutnya juga nampak berbeda maka Abah menyimpulkan jika yang dihadapannya adalah Lana.
“Dari mana kamu tau tempat ini ?” tanya Abah dengan tenang
“Eemmm ! “ sulit lina menjawabnya tapi jika dia berkata jujur bagaimana nasib lana yang sedang bersama Ihsan sekarang
“ Kamu fikir saya tidak tau siapa kamu “Lina terkejut
“Abah,,,” Lina tidak diberi kesempatan bicara
“BERHENTI ! jangan panggil saya Abah, kamu bukan anakku “ Lina semakin gelisah apa lagi Lana tidak kunjung muncul
“kemana Lana ? Kenapa bukan dia yang ada disini ?” batin Lina
“Kamu ! Jangan berfikir jika Lina memintamu datang kesini, maka aku akan menerimamu dengan tangan terbuka ! Kamu salah. Saya tidak punya anak selain Lina, cuma dia anakku satu-satunya” jelas Abah
Mendengar pernyataan Abah, lina merasa kecewa dan juga ingin tau kenapa Abah begitu membenci Lana
“Kenapa abah begini ? Apa salah Lana, bah ? Kenapa Abah sangat membenci Lana ?” tanya nya
Abah berjalan mendekati Lina tangan kanannya mengenggam tali tambang jaket kulit dan topi koboy membalut tubuhnya
“Kamu mau tau, kenapa aku membenci kamu dan mamak mu ?” ternyata Abah tidak hanya membenci Lana tapi juga ibu mereka
“KARENA KALIAN SUDAH MENGHIANATIKU !” ucap Abah dengan lantang
Lina kemudian teringat cerita janda disamping rumah mereka kalau alasan mamak dan Abah bercerai adalah Mamak tertangkap basah bersama pria lain pada saat Abah membawa dirinya kekota, saat itu mamak dirumah bersama Lana pasti itu alasan kenapa Abah membenci mereka berdua.
Apa yang terjadi sebenarnya bukan salah Lana, andaikan benar jika mamak telah berselingk*h kenapa Lana juga menjadi sasaran kemarahan Abah. Dia masih kecil saat itu mana mungkin dia mengerti apa yang mamak lalukan itu adalah salah.
“Tapi, Lana masih kecil saat itu. Bah !” Lina berusaha membela Adiknya
“ Aku tidak perduli kamu masih kecil atau sudah besar, itu sama saja ! Sekarang kamu pergi dari sini dan jangan perlihatkan wajahmu itu pada Lina lagi. Dia bukan lagi kakak mu, hubungan tali persaudaraan kalian sudah aku putuskan ” peringatan Abah tidak digubris oleh Lina seharusnya dia pergi saat Abah memintanya pergi
“Bah ! Tolong jangan begini, sekarang Lana sendirian, mamak sudah lama pergi entah kemana Cuma kita keluarga Lana sekarang , Abah !” Abah tidak menyadari jika yang dihadapannya itu adalah Lina bukan Lana
Abah tidak terkejut seolah sudah tau jika mamak pergi meninggalkan Lana, Abah hendak pergi membawa tambang ditangannya tadi tapi langkahnya terhenti saat melihat pohon rindang yang ada didepan pondok itu
“Kasihani Lana ,Bah ! Biarkan Lana tinggal bersama Abah “ pintanya
Abah berdiri dibelakang Lina sementara Lina tidak melihat kearah Abah dia terus menatap kedepan seraya berbicara
“AAAKKKHH !!” Rintihnya
Leher Lina diikat dengan tambang
“Abah !” lina berusaha memberontak tapi tenaganya kalah kuat
“To,,,long “ suaranya semakin lirih tidak bisa dengar
Leher Lina semakin tercekik wajahnya memerah dia terus meronta -ronta agar segera dilepaskan
“Kamu mau tau, wanita pelac*r itu dimana ?” Lina masih bisa mendengar pertanyaan Abah tapi sudah tidak sanggup untuk merespon
“Itu, disana ! Dibawah pohon itu” Bapak menunjukkannya dengan lirikan mata
Lina ingat Abah menanam pohon itu saat dia masih disekolah dasar tepat dua tahun setelah perceraian itu terjadi tapi seberapa banyak pun buahnya Abah tidak pernah memetiknya dan Lina pun dilarang untuk memakan buah mangga dari pohon itu, kini Lina tau alasannya.
“Sekarang ! Kamu juga akan dikubur disana, bersama wanita pelac*r itu !” ungkap Bapak dengan mata yang penuh dendam
Dia tidak pernah tau jika yang sekarat itu adalah putri yang selama ini dia sayangi dan Lina tidak bisa mengungkapkannnya lagi karean sudah terlambat.
Flashback off.
**
Ihsan menatap tidak percaya bagaimana bisa dia tidak tau jika wanita ini bukanlah istrinya
“Aku Lana ,Bang. Saudari Kembar Lina, dia yang memintaku untuk menjadi dirinya sebentar supaya aku bisa bertemu dengan Abah “ Ihsan merasa gelisah saat tahu kebenarannya
“Lalu dimana lina sekarang ?” tanya Ihsan berusaha untuk tetap tenang
“Kami janji akan bertemu dipondok kebun Abah tiga hari setelah dari tempat wisata itu, tapi kita baru pulang kekampung dua minggu setelahnya. Dan Lana tidak bisa menghubungi kakak selama ini” Ihsan merasa geram melihat Lana yang justru menikmati perannya sebagai Lina tanpa memikirkan nasib saudarinya itu padahal sudah lama tidak bisa dihubungi
Ihsan tidak bertanya lagi yang harus dilakukan sekarang adalah menuju pondok itu segera karena Lina tidak nampak dikampung sepertinya dia masih sembunyi dipondok itu
Ihsan menginjak pedal gas dengan kencang tidak perduli lagi bagaimana kondisi jalannya yang penting mereka segera sampai ditempat tujuan
Seperti biasa pondok panggung terbuat dari kayu itu hanya diterangi satu lampu saja didalam sana Abah duduk mengasah parangnya, disana ada baju wanita tergantung tidak jauh dari tempat abah duduk.
Suara mobil datang menghentikan kegiatan Abah, dia menatap jam dinding malam itu belum terlalu larut
“Siapa itu ?” gumam Abah
Dia bangkit dari duduknya membuka pintu diluar sana Anak dan menantunya berlari menuju pondok itu
“Abah !” panggil Lana
Abah lalu turun menghampiri mereka pintu pondok yang terbuka langsung menampilkan isi yang ada didalamnya karena ruangan itu cukup kecil dan jarak mereka berdiri tidak terlalu jauh
Lana melihat jaket miliknya tergantung didalam sana tapi tidak ada tanda- tanda keberadaan Lina
“Abah sendiri disini ?” tanya Lana
“Kalian ada apa kesini ?” tanpa menjawab pertanyaan Lana Abah justru bertanya kembali
“ kami mencari Lina !” ucap Ihsan yang tentu hal itu membuat Abah terkejut
Untuk apa Ihsan mencari Lina padahal istrinya itu ada disampingnya
“Lina ?”
“Iya !” jawab Ihsan
Abah bingung dengan perkataan menantunya tapi dia tidak curiga sedikitpun jika dihadapannya itu bukan Lina tapi Lana
“Bukannya itu Lina ?” Abah menunjuk perempuan yang ada dihadapannya
“Maafkan kami Bah, saya bukan Lina tapi Lana “ Abah terkejut medengar pernyataan Lana kakinya tiba-tiba lemas
Abah jatuh ketanah terduduk menatap pohon mangga besar didepan pondok itu
“ABAH !” mereka berdua kompak menghampiri Abah
Bukan hanya Abah yang terkejut Ihsan pun juga tidak bisa menerimanya tapi saat ini bagi Ihsan menemukan Lina yang utama, masalah Lana nanti saja diselesaikan.
“Kenapa Bah ? Dimana Lina ?” tanya Ihsan
Abah tidak mampu menjawab dia hanya bisa menangis tersedu-sedu
Lana dan Ihsan bingung melihatnya mereka saling pandang, perasaan mereka tiba-tiba tidak enak
“Bah ! Lina baik-baik aja kan ?” Ihsan tidak sabar lagi menunggu Abah untuk memberi tahunya
Abah terus saja menangis tersedu-sedu hatinya hancur sekali
“Abah memb*n*h mereka ?” pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Lana
Bukan tanpa alasan dia bertanya begitu, saat dia kecil dulu ibunya tiba-tiba menghilang tanpa kabar , sepengetahuan Lana ibunya pamit untuk menemui Abah dikampung ini.
“Mamak mau kerumah Abah mu dulu, minta uang buat bayar sekolah. Kalau menunggu mama gajihan nanti terlambat” Lana yang saat itu masih duduk disekolah dasar hanya bisa mengiyakan perkataan ibunya
“Mama janji tidak akan lama-lama, tapi kalau mama tidak pulang. Jangan tunggu mama lagi itu berarti mama sudah m*ti” kata-kata terakhir ibunya hari itu terus terekam dalam ingatan Lana sampai dia dewasa itulah mengapa dia bertanya begitu
Abah terkejut mendengar pertanyaan Lana tidak menduga dia berani bertanya begitu
“Harusnya kamu yang m*ti” jawab Abah wajahnya terlihat marah
Lana menyadari jika situasinya sangat bahaya perlahan dia bangkit terus menatap wajah Abah
“Harusnya kalian yang m*ti !” ulang Abah lagi
“kenapa kami harus m*ti ? Apa salah kami ?” Lana perlahan menjauh
“Karena kalian adalah penghianat !” Lana tidak tau Abah begitu membencinya ,dihati keci Lana masih berharap Abah bisa menerimanya kembali itulah mengapa dia setuju dengan rencana Lina.
Abah mendekati Lana dengan cepat dan mendorongnya dengan keras hingga dia terjatuh dan menabrak pohon dibelakangnya
“AAAKKKHHH !” teriak Lana
Ihsan terkejut melihat sisi lain mertuanya tapi dia juga merasa marah pada Lana meski belum tau pasti keadaan Lina
“Aku sudah bilang, jangan pernah datang kekampung ini lagi. Jika kalian melanggarnya maka nyawa kalian taruhannya !” Abah bergegas kembali kedalam pondok lalu keluar lagi dengan parang ditangannya
“Wanita p*lacur seperti kalian harus m*ti !” Abah mendatangi Lana yang berusaha untuk lari
Ihsan tidak bisa mengabaikannya lagi
“Bah ! Jangan, Abah harus tenang !” Pinta Ihsan
“Tenang ? Kamu fikir aku masih bisa tenang melihat wanita p*lacur ini disini ?” Abah sangat emosional hatinya sangat sakit saat tau jika tangannya telah memb*nuh putri kesayangannya
“Tapi Abah tidak boleh jadi pemb*n*h !” nasehat Ihsan tanpa dia sadari jika abah sudah membun*h dua orang dengan tangannya itu
“Aku sudah jadi pemb*n*h dari lama ! Aku sudah memb*n*h dua orang dengan tangan ini !” ucapnya geram
Akhirnya Ihsan mengerti apa yang Lana tanyakan tadi benar ternyata Abah sudah memb*n*h Lina istrinya
“Bah ! Abah memb*n*h Lina ?” tanyanya kembali
Abah tidak menjawab dia malah pergi mengejar Lana dengan senj*ta ditangannya kali ini Abah siap menghabisi Lana yang asli
Ihsan tidak tinggal diam dia juga mengejar mereka setidaknya Abah jangan menyakiti Lana juga
“AAAKKHHH TOLONG !” lana terus berlari menyelamatkan diri
“Sini kamu !” Abah terus mengejarnya
Jalanan dihutan sangat gelap dan Lana tidak terbiasa dengan tempat itu jadi dia kesulitan untuk menentukan arah,
“Mama tolong Lana !” ucapnya ketakutan jika harus kehilangan nyawa juga dihutan ini
Abah tiba-tiba kehilangan jejak Lana, dia seperti ditutupi tidak terlihat dimana pun
“Anak p*lac*r keluar kamu !” titah Abah
Tapi hutan itu terasa sunyi tidak ada suara apapun dan Lana tadi juga tidak tau lari kemana
“Sini kamu ! Cepat susul ibumu, aku sudah siap mengantarkan !” ucapnya lagi tapi tetap saja sunyi
Anehnya tempat itu terasa asing buat Abah hawanya juga dingin sekali langitnya hitam pekat dan yang makin aneh hutan itu terlalu hening, bahkan suara hewan saja tidak kedengaran.
“Bah ! Abah !” suara Lina memanggilnya
Abah yakin jika itu Lina suaranya sangat akrab ditelinganya tapi sosok Lina tidak ada
“Lina ! Ini Abah nak, kamu dimana ?” panggilnya
Abah sangat sedih sekali terlebih suara Lina terdengar ketakutan,
“Lina ! “ panggilnya lagi
Abah hendak berlari saat melihat sekilas bayangan diujung jalan sana tapi dia tersadar dan merasa janggal kenapa dia bisa melihat jalan setapak ini dengan sangat jelas
“Hah ! Dimana aku ? Kenapa dengan tempat ini ?” ucap Abah
Disaat tengah kebingungan sosok yang sudah lama tidak dia lihat muncul lagi dihadapannya, dahi abah mengerut tidak suka dengan kehadiran sosok itu.
“APA MAU MU ?” tanyannya
Tapi sosok itu hanya diam menatap tajam pada Abah seolah ingin menikamnya seperti Abah menikamnya dulu, perlahan sosok itu mendekat pada Abah
“Mau apa kamu ? Jangan mendekat ! Wanita p*lac*r s*alan ! Pergi ! Pergi !” pria yang tadi nampak gagah dan seolah tidak takut apapun ternyata nyalinya menciut saat arwah mantan istrinya mendekat
“PERGI ! PERGI ! “ teriaknya seraya menutup matanya
Saat membuka mata sosok itu sudah hilang kini hanya dia sendiri lagi, lalu tidak lama suara Lina terdengar kembali.
“Abah ! Tolong ! Jangan b*n*h Lina !” Abah terkejut dia terduduk ditanah terbayang kembali aksinya malam itu, wajah Lina sangat kesakitan
“Maafkan Abah nak, maafkan Abah !” ucapnya tapi sayang penyesalan itu selalu datang diakhir dan kini bukan hanya tidak bisa meminta maaf pada putrinya, Abah juga tidak akan bisa bertemu lagi dengan Lina maupun Lana karena kini dia juga telah kehilangan nyawanya dihutan itu karena jatuh kesebuah jurang.kini Arwah Abah berada dialam lain terpisah dari Lina maupun Lana.
Keesokan paginya penduduk kampung berdatangan untuk mengevakuasi jas*dnya sementara itu Lana dan Ihsan menunggu dibibir jurang mereka sangat berantakan dan juga kelelahan. Mereka berdiri dengab jarak yang jauh.
Didalam hidup ini tidak baik terlalu membenci apa lagi sampai berbuat jahat hanya mengikuti isi hati tanpa memikirkan dampaknya, benci itu boleh saja sakit hati juga hal yang manusiawi tapi jika bisa memaafkan itu akan lebih baik.
“end”