Hujan mulai turun ketika Ji-hyun melangkah keluar dari gedung apartemennya. Suasana Seoul malam itu berbeda. Biasanya kota ini riuh dengan suara kendaraan, tapi malam ini, hujan membuat segalanya terasa lebih sepi.
Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya: suara langkah kaki yang mengikuti langkahnya.
Ia menoleh cepat. Di belakangnya, Seo-jun, pria yang pernah meninggalkannya tiga tahun lalu, berdiri dengan tatapan bingung.
"Kau... kenapa di sini?" Ji-hyun menahan napas.
Seo-jun tersenyum canggung. "Aku ingin bicara. Tentang kita."
Ji-hyun ingin menahan kata-kata itu, tapi entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang tidak bisa ia hindari. Hatinya menggebu, penuh tanya.
Mereka berjalan bersama di bawah hujan. Udara dingin menusuk kulit, tapi ada kehangatan yang berbeda di antara mereka. Begitu banyak yang ingin Ji-hyun katakan, tapi mulutnya terasa terkunci.
"Ji-hyun, aku minta maaf," kata Seo-jun tiba-tiba. "Aku tidak pernah berniat untuk menyakitimu. Aku hanya... takut."
Ji-hyun berhenti berjalan, menatapnya tajam. "Takut? Takut apa?"
Seo-jun terdiam beberapa detik, lalu berkata, "Takut kalau aku tidak cukup baik untukmu. Takut kalau aku mengecewakanmu."
Ji-hyun tertawa kecil, meski ada kepedihan di matanya. "Kau tahu, kau tidak perlu takut seperti itu. Yang aku butuhkan hanyalah keberanianmu untuk tetap tinggal."
Seo-jun menunduk, lalu mengambil napas dalam. "Aku menyesal, Ji-hyun. Sangat menyesal."
Hujan semakin deras. Beberapa orang mulai berlindung di bawah payung, sementara Ji-hyun dan Seo-jun tetap berjalan, seolah waktu mereka berhenti.
"Sebenarnya," Ji-hyun memulai, suaranya sedikit bergetar. "Aku juga takut, Seo-jun. Takut untuk kembali jatuh cinta padamu. Takut kalau aku terluka lagi."
Seo-jun berhenti dan menatapnya, matanya penuh harapan. "Aku tidak akan melukai kamu lagi. Aku janji."
Ji-hyun menggigit bibirnya. Rasa sakit itu masih ada, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. "Tapi... bagaimana kalau kali ini tidak berjalan seperti yang kita harapkan? Bagaimana kalau kita hanya mengulang kesalahan yang sama?"
Seo-jun mendekat, membelai pipinya dengan lembut. "Aku lebih memilih mencoba daripada menghabiskan hidupku dengan penyesalan."
Ada jeda yang panjang di antara mereka. Ji-hyun merasa dunia seakan memeluk mereka, membiarkan mereka dalam keheningan itu.
"Aku… tidak tahu," Ji-hyun akhirnya berkata, suara pecah. "Tapi aku ingin mencoba lagi. Entah bagaimana, aku ingin percaya pada kita."
Seo-jun tersenyum lebar, matanya bersinar. "Terima kasih, Ji-hyun. Aku akan berusaha sebaik mungkin."
Keduanya berdiri di tengah hujan, di tengah kota yang mulai sepi, dengan segala perasaan yang tak terucapkan. Mungkin mereka tidak akan tahu bagaimana kisah ini akan berakhir. Tapi setidaknya, mereka berdua siap untuk menulis bab selanjutnya, tanpa takut gagal.
Hujan di Seoul, seperti kisah mereka, datang tanpa peringatan, tapi selalu membawa perubahan.