Aku sebenarnya memiliki teman. Hanya saja, aku tidak bisa menceritakan rasa sedihku pada mereka. Bahkan aku juga memiliki pacar. Namun, aku tidak ingin membuat ia menjadi lebih terbebani karena diriku. Kalau soal keluarga memang hampir setiap hari kami bertengkar. Tapi, keluargaku harmonis. Hanya saja ujiannya ada di perekonimian.
Aku selalu memendam semua sendirian. Bahkan disekolah, saat aku menjawab pertanyaan dari guru, aku tidak pernah di notice. Beliau hanya me notice teman-teman tertentu saja. Bahkan temanku kadang juga lebih mementingkan diri sendiri. Aku hanya bisa mendesah kesal dan pasrah.
Setiap kali ada masalah, aku jarang bercerita. Aku lebih nyaman menulis seperti ini. Rasanya lega bisa meluapkan emosi dengan cara seperti ini. Setiap jam istirahat atau jamkos disekolah, aku lebih memilih menulis dibuku harianku yang bagus itu. Itu dibelikan oleh Papaku. Aku bersyukur jika Mama dan Papa masih sayang padaku. Aku juga sebenarnya lelah mengurus dua adikku. Tapi, kadang merekalah penyemangatku.
Jujur, aku tidak memiliki bakat atau kemampuan khusus. Bahkan nilai akademik disekolah juga tidak setinggi harapanku. Aku hanya bisa membayangkan, akan jadi apa aku dimasa depan nanti? Aku hanya bisa bermimpi dalam kesendirian. Aku kadang memiliki rasa khawatir yang datang secara tiba-tiba. Entah firasat ku ini selalu berprasangka kepada hal apapun. Dan karena itu, aku tidak bisa menceritakan nya pada siapapun.
Jika dikatan lelah, ya aku memang lelah. Sebentar lagi aku akan lulus dari sekolah. Tidak heran jika aku dikejar oleh banyak tugas dan ujian praktek. Selain itu, dirumah aku juga memiliki kewajiban untuk mengerjakan tugas rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, masak, dan lain sebagainya. Apalagi aku juga memiliki adik bayi yang setiap malam selalu menangis hingga aku disuruh untuk menggendongnya. Hal itu membuat tubuhku pegal-pegal.
Aku juga lelah karena setiap hari harus bertengkar dengan Mama atau adikku. Siapa sih yang tidak lelah? Apalagi masalahnya itu lagi, itu lagi. Dan biasanya kalau Mama sudah marah, semua akan disangkutpautkan. Dan yang paling sering adalah pacarku. Ditambah setiap pulang sekolah rumah berantakan. Aku saja tidak sempat tidur untuk beristirahat. Dan setelah itu, aku harus menggendong adekku yang masih bayi dalam jangka waktu yang sangat amat lama.
Selain itu, aku juga bertambah lelah karena adekku yang tak hentinya selalu mencari masalah denganku. Dia tidak pernah mengerti akan kondisiku. Dia tidak peduli mau aku sedang gembira atau sedang banyak pikiran. Apalagi jika aku sedang banyak pikiran, aku akan mudah sekali terbawa emosi dan berujung marah-marah.
Terlepas dari hal itu, aku juga sebenarnya iri dengan pacarku sendiri. Walaupun kehidupannya jauh lebih menyedihkan, tapi ia memiliki banyak teman yang bisa ia ajak main, bercerita, atau tertawa bersama. Bahkan menurutku, ia masih bisa bersenang-senang bersama teman-temannya tanpa diriku. Sementara itu, aku berbanding terbalik dengan pacarku. Aku memang memiliki teman, namun hubungan pertemananku tidak seerat yang pacarku punya.
Apa aku terlalu menuntut? Jujur, aku tak suka jika pacarku menyukai idol. Karena mau bagaimanapun, pasti setiap pasangan yang menyukai idol, maka pasangan yang ada disamping nya akan merasa tersaingi dan menjadi tidak percaya diri. Dan aku pernah mengungkapkan padanya secara tidak langsung. Untungnya ia langsung sadar dan berhenti. Jika tidak, aku pasti akan meninggalkannya.
Dan apa aku juga suka cemburu buta padanya? Karena saat aku melihat ia memberikan like pada postingan teman lamaku yang dulu pernah ia suka aku langsung merasa kesal dan cemburu. Sementara itu, postinganku jarang ia beri like. Bahkan untuk itu, aku memintanya memberikan like pada salah satu postinganku sendiri. Padahal aku ingin ia inisiatif sendiri untuk memberikannya. Kenapa dia tidak peka? Atau aku nya saja yang berharap?
Tapi, pacarku selalu menunjukkan kasih sayangnya dengan baik untukku. Ia bahkan berani bertemu dengan orang tua ku untuk mengajakku menjalani hubungan yang serius. Ia sebenarnya juga perhatian meski ia tidak tau bagaimana caranya. Ia baik... Sangat baik.
Namun, aku... AKU TETAP MERASA SENDIRIAN. Aku tidak bisa menceritakan semua hal ini padanya. Aku hanya bisa menuliskannya disini. Karena rasa overthinking ku, aku tidak ingin membuat masalah dengannya.
Bahkan temanku juga tidak peduli padaku. Respon dia saat aku bercerita juga tidak sesuai dengan ekspetasiku. Malah yang ada aku dan dia beradu nasib. Sungguh menyebalkan! Padahal temanku juga baik, dia selalu membantuku saat aku kesusahan. Tapi,kenapa dia jadi begini saat aku sedang berada dititik rendah??
Ditambah oleh guru disekolah. Aku memiliki guru favorit disekolah. Tapi saat aku melihat kalau dia lebih akrab dengan murid lain, aku merasa sakit hati. Rasanya aku seperti.. Tidak dianggap. Padahal, aku bersikeras menjadi pandai dalam mapel nya karena selain suka dengan pelajarannya, gurunya pun juga menjelaskan dengan baik. Jangan salah paham, aku cewek dan guru favoritku juga cewek, ya!
Aku sendirian menuju masa depan ini. Aku bingung siapa yang harus kupercaya? Siapa yang harus kudengar? Aku tidak tau. Aku hanya bisa menjalani kehidupan ini. Aku tidak bisa mempercayai siapapun atau mendengarkan siapapun. Aku hanya berpegang teguh pada diri sendiri.