Gadis aksara berkunjung destinasi diksi, di sana sudah ada dua orang menyambut penuh ramah dan senang.
"Hai.. Gadis aksara?! Kenapa baru muncul?" Serunya penuh protes.
"Dek.. Kenapa di saat tertekan begini, baru kamu ingat kita berdua? Ada masalah lagi kah di sana? Bagaimana dengan perasaanmu saat ini, Dek? Are you okay?"
Aku hanya terdiam. Cukup lama, sembari memilinkan jilbab, takut kena intograsi panjang.
"Sudah. Jangan takut cerita. Bukan kah kamu ciptakan kita ada, karna di dunia nyata sudah tidak ada nenekmu kan?" Ah, rambut mie london, kenapa sepeka ini sih?
"Apa boleh.. Aku meninggal dulu, baru orang rumah pada peduli dan aware dengan kesehatan mentalku yang sudah parah ini?" Aku berdialog.
"Kenapa ngomong seperti itu?" Kata Kak Lefan.
Lalu.. "Apa ini ada hubungannya dengan temanmu yang menjanjikan satu kebahagiaanmu kembali, tapi justru dia menikam dan bermuka dua di belakangmu? Sampai kamu sakit dan kumat begini lagi, hem?" Harris J mengimbuhkan, dengan nada protes.
"Hei.. Kalian tahu kan, masalah besarku belum aku urus? Dan, perempuan itu datang merusak dan mengacak mentalku dengan brutal. Buat kepalaku semakin sakit. Rasanya.. Pengen mati saja, biar tahu siapa saja yang peduli, di saat aku sudah pergi dari dunia, tanpa menderita sendiri dan tanggung beban masalahku tanpa keadilan yang aku dapatkan."