Hello Sepotong Nada yang Hilang?
Aku membuka pintu fiksi, bertemu sesosok paling berkesan dalam hati juga kidung.
Ah. Sepotong nada yang hilang lagi sibuk murottal ternyata. Aku menunggu sembari memilih diksi favoritnya, seperti biasa dia mengagumi selarik produksiku.
'Hei.. Assalamualaikum. Apa kabar?' Dia menyadari kedatanganku.
'Waalaikumsalam. Maaf, jadi ganggu murotalmu.'
'It's okay. Apa kabar?' Terdengar canggung begitu pun denganku.
Aku menceritakan bagaimana jahatnya cinta terakhir yang ku berikan ke sesosok ganteng, tapi berhati iblis, brutal, psikopat, modus untuk merusak mahkotaku.
Spontan, 'Hei! Sejak saya bersamamu dulu, sebisa mungkin saya sangat menghormati mahkotamu, bahkan..'
Aku memotong cepat omongannya, 'menegur caraku berpakaian yang baik seperti apa kan? Yah.. Saya tahu itu.' Lalu membalasnya dengan tatapan lirih, nyaris tumpah air mata.
'Beautiful in white.. Menjadi dongeng semata, di saat dia berjanji memberikan kata-kata manis itu.' Aku berujar, saat tahu sepotong nada yang hilang murka, mendengarkan ceritaku.
'Maaf? Kalau belum bisa menemukanmu di orang lain. Yang benar-benar menjaga mahkotaku sama halnya seperti kamu waktu itu.' Kataku lagi.