Senja itu, langit Jakarta berwarna lembayung, menjadi saksi bisu kecelakaan yang merenggut kebahagiaan sepasang kekasih. Aris dan Rina, dua sejoli yang selalu bersama, harus menghadapi kenyataan pahit. Motor yang mereka kendarai bertabrakan dengan sebuah truk, membuat Aris terlempar jauh dan mengalami koma.
Rina, dengan hati hancur, tidak pernah meninggalkan sisi Aris di rumah sakit. Setiap hari, ia berdoa dan berharap keajaiban akan datang. Ia selalu membawa setangkai mawar putih, bunga kesukaan Aris, dan meletakkannya di samping ranjang rumah sakit. Mawar putih itu menjadi simbol harapan dan cinta yang tak pernah pudar.
Hari demi hari berlalu, namun Aris tidak menunjukkan tanda-tanda sadar. Rina tetap setia menunggu, merawat Aris dengan penuh kasih sayang. Ia bercerita tentang hari-harinya, tentang teman-teman mereka, dan tentang impian-impian yang belum sempat mereka wujudkan.
Beberapa bulan kemudian, Rina harus menerima kenyataan bahwa Aris tidak akan pernah bangun dari komanya. Hatinya hancur berkeping-keping, namun ia berusaha untuk tetap tegar. Ia tahu, Aris tidak ingin melihatnya terus bersedih.
Suatu sore, ketika Rina sedang merapikan barang-barang Aris, ia menemukan sebuah kotak kecil berisi surat-surat cinta mereka. Rina membacanya satu per satu, air matanya tidak bisa berhenti menetes. Surat-surat itu berisi janji-janji manis, kenangan indah, dan harapan-harapan yang kini hanya tinggal kenangan.
Tiba-tiba, pintu rumah Rina diketuk. Dengan langkah berat, Rina membuka pintu. Betapa terkejutnya ia, Aris berdiri di depan pintu dengan senyuman yang sangat ia rindukan. Aris membawa setangkai mawar putih, wajahnya masih terlihat pucat, namun matanya memancarkan kebahagiaan.
"Hai, Sayang," sapa Aris dengan suara lemah.
Rina tidak bisa berkata apa-apa, air matanya mengalir deras. Ia langsung memeluk Aris erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi.
Mereka berdua menghabiskan waktu bersama, bercerita tentang banyak hal, mengenang masa-masa indah mereka. Aris bercerita tentang perjalanannya selama koma, tentang mimpi-mimpi indah yang ia lihat, dan tentang kerinduannya pada Rina.
Hari semakin sore, Aris pamit untuk pulang. Rina mengantarnya sampai depan pintu, ia tidak ingin Aris pergi lagi. Namun, Aris hanya tersenyum dan berkata, "Aku akan selalu bersamamu, Sayang."
Baru saja Rina melihat kendaraan Aris meninggalkan rumahnya, handphonenya berdering. Panggilan itu dari keluarga Aris. Mereka mengabarkan bahwa Aris telah meninggal dunia beberapa jam yang lalu. Rina terkejut, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Rina terduduk lemas di depan pintu rumahnya. Ia memeluk mawar putih yang tadi diberikan Aris, air matanya kembali menetes. Ia tidak mengerti mengapa Tuhan mempertemukan mereka kembali hanya untuk dipisahkan lagi.
Sejak saat itu, Rina tidak pernah lagi melihat Aris. Namun, ia selalu merasakan kehadiran Aris di dekatnya. Setiap kali ia melihat mawar putih, ia selalu teringat pada Aris, pada cinta mereka yang abadi.
Mawar putih itu menjadi simbol cinta abadi mereka, cinta yang tidak akan pernah mati, meskipun maut telah memisahkan mereka.