Di sebuah belahan dunia yang tidak pernah terbayangkan,seekor koala bernama Tata dan lumba-lumba bernama Pita bertemu.Pertemuan itu terjadi di muara sungai yang membatasi antara hutan dan lautan.Tata sangat senang bermain air di tepi sungai, ketika tata sedang sibuk bermain air di tepi sungai.tiba tiba saja seekor lumba-lumba meloncat dari dalam air.
“Siapa kamu?”tanya Pita dengan nada yang tinggi kepada Tata.
“Aku Tata,aku tinggal di Hutan ini”jawab koala kecil itu sambil terlihat kaget.”kamu siapa?”.
“Aku Pita,rumahku di lautan namun aku suka bermain di sini karna air nya hangat dan tenang”jawab Pita sambil berenang mendekat.
Mulai dari hari itu,meraka sering bermain,bercerita,tertawa, bahkan mereka sering kali berenang bersama dan melihat sunset di tepi pantai,Tata yang akan bergelantungan di dahan pohon sambil melihat Pita berputar putar di dalam air sambil menyanyikan lagu yang ia pelajari dari ombak dan angin,bahkan seringkali Tata sampai tertidur pulas setelah mendengarkan nyanyian Pita yang begitu indah.seiring berjalan nya waktu Tata mulai merasakan jatuh cinta kepada Pita, walaupun dia tau bahwa mereka dari alam yang berbeda.
“Pita sebenarnya aku suka sama Kamu, semenjak pertama kali kita bertemu?”ucap Tata sambil menatap mata Pita di tepi muara.
“matamu indah”ucap pita dengan lembut,pita terus melanjutkan bicaranya “sebenarnya aku juga memiliki perasaan yang sama kepada kamu“
Tata pun terlihat terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar “apakah kamu serius?”ucap Tata yang terlihat sangat senang dengan jawaban Pita.
“ya,aku serius”ucap Pita sambil tersenyum.
Seiring berjalannya waktu hubungan mereka tumbuh dari sebatas pertemanan menjadi sebuah hubungan yang sangat sepesial.mereka sering kali bertemu untuk bermain bersama,mereka sering sekali mendatangi sebuah sungai untuk mengobrol dan bersantai bersama.namun saat pertemuan itulah yang menjadi pertemuan terakhir antara mereka.
“Sudah menunggu lama?” tanya pita,sambil meluncur mendekat dengan gerakan lincah.
“Selalu. Tapi untukmu, aku tak pernah keberatan menunggu,” jawab tata dengan lembut, matanya tak lepas dari pita.
tata berkata dengan suara lirih, “pita, apa kamu pernah berharap bisa tinggal di hutan bersamaku?”
pita terdiam sejenak, lalu menjawab, “Aku ingin sekali, tata. Tapi aku tak bisa hidup di darat, seperti kamu juga tak bisa hidup di laut. Kita harus tetap di tempat kita masing-masing.”
Sejenak, mereka hanya saling memandang. Di antara riak air dan bayangan dedaunan, ada perasaan cinta yang terbungkus dalam kesedihan. Mereka tahu bahwa cinta ini, seindah apapun, tak bisa mengubah kenyataan.
pita mendekat ke tepi sungai, dan tata merayap turun dari pohonnya hingga kakinya menyentuh tanah basah. Untuk sesaat, mereka begitu dekat darat dan laut bertemu dalam keheningan yang penuh makna. tata mengulurkan tangannya, dan pita menyentuhnya dengan sirip lembut. Sentuhan itu singkat, tapi membawa kehangatan yang tak akan pernah mereka lupakan.
“Aku harus pergi, tata,” bisik pita dengan berat hati. “Arus laut akan membawaku ke tempat yang jauh. Aku tidak tahu kapan bisa kembali.”
tata menunduk. Dadanya terasa berat. “Kenapa harus begini? Kenapa kita bertemu jika akhirnya hanya akan berpisah?”
pita tersenyum sedih. “Mungkin kita bertemu untuk saling mengajarkan tentang cinta, meski tak semua cinta harus bersama selamanya.”
Air mata menggenang di mata tata. Ia tahu bahwa ini adalah akhir dari kisah mereka. Tak ada lagi senja-senja di sungai,tak ada lagi tawa di antara ombak dan daun.
“Aku akan selalu mencintaimu, pita,” ucap tata dengan suara lirih.
“Dan aku akan selalu mendoakan kamu untuk mendapatkan pasangan lain yang lebih baik untuk kamu,” jawab pita, menyentuh tangannya sekali lagi.
Dengan satu lompatan anggun, pita kembali ke air. Tubuhnya menyatu dengan laut yang luas, dan tata hanya bisa memandangnya pergi, merasa seolah separuh hatinya terbawa arus.
Hari-hari setelah itu, tata selalu datang ke sungai. Ia menatap ombak yang datang dan pergi, berharap bisa mendengar tawa pita lagi. Kadang, saat angin berembus lembut di antara dahan pohon, ia merasa seperti mendengar bisikan dari jauh, seolah pita masih ada di sana, menyapa hatinya.
Terkadang, tata mendengar suara ombak berbisik di antara dedaunan. Dalam bisikan itu, ia merasa ada lagu yang sangat ia kenali lagu dari pita, yang tak akan pernah ia lupakan.
Di suatu malam tata menuliskan sebuah pesan dalam selembar kertas,dan dimasukan ke dalam botol, dia harap pesan itu dapat tersampaikan kepada pita, melalui ombak yang begitu besar.
Pada malam dengan sinar rembulan,
Aku berdiri, merajut luka di setiap ingatan.
Meski bekasnya tak lagi terlihat,
Namun, bayanganmu masih tersimpan di kalbu yang paling dalam.
Meski kini jarak menjadi jurang yang kelam,
Meski hati ini bersedih karenamu,
Aku masih menyukai senyummu.
Aku masih menyukai tawamu.
Aku merindukan keduanya seperti pepohonan yang merindukan hujan di tengah kemarau.
Namun,
Takdir tak berpihak padaku, menyiksaku dengan rasa cintaku sendiri.
Waktu-waktu yang kuhabiskan ditemani sepi yang merangkul begitu erat.
Telah menelan semua kalimat dan lirihku.
Engkau seakan mentari yang menyinari bumi
Memberi kehidupan dan kehangatan.
Engkau bagaikan pensil yang memberi makna pada kertas kosong.
Andai... andai saja semuanya menjadi nyata...
Dirimu pergi tanpa menoleh kebelakang.
Dirimu hilang dari jangkauan.
Meninggalkan ku sendiri dalam kesepian.
Apakah ada dunia di mana kita bisa bersama?
Pesan hangat, koala
AMANAT
Cerpen ini mengajarkan kita bahwa cinta tidak selalu harus berakhir dengan kebersamaan fisik. Dalam cerita ini, kita melihat bagaimana dua makhluk dari dua alam yang berbeda hutan dan laut dapat menjalin persahabatan dan cinta yang tulus meski pada akhirnya mereka tidak bisa hidup bersama. Perbedaan di antara mereka adalah kenyataan yang harus diterima, bukan diabaikan atau dilawan.
Kisah ini mengajarkan bahwa cinta sejati bukan sekadar tentang memiliki atau bersama secara fisik, melainkan tentang saling menghargai, memahami, dan mendukung satu sama lain, meskipun ada jarak atau rintangan yang tidak bisa dihindari. Terkadang, cinta berarti mengorbankan keinginan pribadi demi kebaikan orang yang kita cintai, seperti Pita yang harus mengikuti arus laut, dan Tata yang harus tetap tinggal di hutan. Mereka menyadari bahwa meski hati mereka saling terhubung, mereka tetap harus menjalani takdir masing-masing.
Selain itu, cerpen ini mengingatkan kita bahwa hubungan yang mendalam dapat mengubah seseorang secara positif, meski hubungan tersebut mungkin berakhir. Tata dan Pita mungkin tidak bersama, tetapi pertemuan mereka meninggalkan kenangan indah dan pelajaran berharga bagi keduanya. Seperti Tata yang setiap hari merindukan Pita di muara, cinta mereka tetap hidup dalam kenangan, yang abadi dan tak lekang oleh waktu.
Secara keseluruhan, amanat dari cerpen ini mengajak kita untuk menghargai setiap momen bersama dengan orang yang kita cintai, tanpa terobsesi dengan kebersamaan abadi. Kadang, kehadiran cinta itu sendiri sudah menjadi anugerah, dan meski suatu saat terpisah, cinta yang tulus akan selalu menjadi bagian dari jiwa, mengalir seperti sungai yang menuju laut, menyatu dengan ingatan dan rasa yang akan terus ada, walau di alam yang berbeda.