namaku vian ayahku selalu memanggilku vivi, aku tak pernah mempermasalahkannya lagipula kupikir itu lucu.
Aku dan ayahku hidup berdua.
Aku selalu berpikir jika ayah saangat memanjakan ku.
Meskipun sebenarnya dia selalu memperlakukan ku layaknya anak laki-laki. Tapi aku suka itu karna seperti ayah mendukungku yng pada dasarnya memang suka berpakaian bahkan berperilaku seperti laki-laki.
sesuatu yang belum ku minta akan dilakukannya dengan sukarela.
aku selalu suka ketika dia membawakanku sepiring cookies, buah dan susu ketika belajar.
Dia bahkan melakukan semua pekerjaan rumah dan berkerja secara bersamaan.
Kupikir pasti dia ayah idaman semua orang
────────────────────────────
Jam weker itu berbunyi tuk yang sekian kalinya
Aku pun bangun karna tak tahan mendengar suara berisik itu kemudian mematikan jam itu dengan sedikit kasar.
Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.00 akupun segera bersiap pergi kesekolah.
.
.
.
Setelah selesai sarapan aku pergi dengan diantar oleh supir pribadi ayahku.
Seperti biasa aku turun dipersimpangan gang sempit dan sisanya aku berjalan menuju sekolah supaya orang tak ada yang sampai tau latarbelakang atau tentang diriku.
Terkahir kali aku menjadi popular itu sungguh menjengkelkan karna itu kali ini lebih baik menjadi menjadi murid tak dianggap.
Tak terasa kini sudah sampai disekolah dan seperti biasa pula para murid hanya beberapa yang sudah sampai karna sebagian lainnya berpikir
"Santai saja bukan? Kita kan kaya, guru tak akan berani melakukan sesuatu"
Tapi itu justru merupakan suatu keberuntungan baginya karna tak perlu melewati para manusia sombong dan munafik itu.
Setibanya dikelasnya ia memutuskan untuk tidur sebentar.
.
.
.
.
.
Tak terasa ternyata sudah hampir 1 jam ia tertidur seperti itu
Melihat semua mirid sudah sampai dan duduk dengan apik di kursinya masing-masing
Ia kemudian melihat kearah depan yang disana seorang guru sedang berbicara, Dan dengan beberapa orang disampingnya.
"Hai semua gw Casley diandra Alvarez, salken yaa.... " kata si gadis dilanjut beberapa pria
"Salken, Daniel diandra Alvarez"
"Reno Aldebaran"
"Erick Adams"
"Chihara Rio yuuma"
Disaat semua murid berbisik-bisik kagum atau berekspresi lain terhadap kelima manusia itu vivi malah menatap mereka malas dengan pipinya yang ditumpukan pada meja.
"Ok baik, kalian bisa memilih tempat duduk sendiri dan ya anak-anak untuk pelajaran pertama akan jamkos karna guru kalian sedang sakit. "Jelas si guru kemudian pergi begitu saja setelah mengatakan itu.
Karna malas vivi kembali tidur, tak masalah jika ia ketinggalan pelajaran karna kemarin ia sudah mempelajari materi hari ini.
Yahh ayahnya selalu memberikan pelajaran lebih awal dari sekolahnya karna itu vivi bisa membolos atau tidur karna memang sudah tau materi itu.
.
Pelajaran kedua akan dimulai namun pemeran utama kita masih sibuk dengan dunia mimpinya.
Guru itu mengabsen semua murid.
"Vian Meera Jackson? "
Kelas itu hening karna orang yang bersangkutan malah sedang tidur di belakang.
Guru itu melihat kearah vivi yang ternyata malah asik tidur, tak ingin kejadian masa lalu terulang jennie(si guru) memilih untuk langsung mengabsen murid lainnya tanpa mempermasalahkan vivi.
Casley yang pada dasarnya sangat kepo bertanya pada seorang disampingnya.
"Hey kenapa orang yang bernama vian itu tak diganggu ataupun dimarahi? " tanyanya meskipun tau seberapa buruk sekolah yang tak diawasi ini tapi ia memang tak tau seberapa berkuasanya vian sampai guru yang dikatakan paling berkuasa itupun tak berkutik
"Katanya Dia murid cerdas kesayangan kepsek dan kudengar dia disini karna beasiswa, dikatakan kecerdasannya menarik perhatian banyak sekolah lain karna itu dia diperlakukan khusus agar dia betah disini dan tak pergi kesekolah lain. Itu saja yang kutau"jelas si murid
Mendengar jawaban itu Casley langsung mempercayainya mengingat benar bahwa anak itu sudah lebih dari 10x memenangkan medali emas di Olimpiade Nasional maupun Internasional Dengan bakatnya yang begitu banyak.
Singkat cerita jam pulang pun tiba.
Vivi bergegas membereskan Buku-buku nya dan segera pergi keluar.
Melihat itu casley mengikutinya meninggalkan teman Sesirkernya(daniel dkk) yang hanya melihat kemudian menyusul
Didepan gerbang baru beberapa langkah vivi meninggalkan gerbang tiba-tiba Casley datang Menghentikan nya.
.
Gadis itu meraih tanganku, aku segera menoleh tuk melihat siapa dia.
'Si anak baru?' Batinku.
Aku menatapnya dengan bingung segera gadis itu berkata.
" ayo pulang bersama!! "Katanya dengan antusias sambil menggenggam tanganku
Sementara teman sesirkel Casley tadi hanya melihat kami dengan bingung.
" tidak terimakasih " kataku sambil melepas tangan casley.
" tidak? Ayolahh,,,,,,, pokoknya kau harus ikut " Casley kembali menggenggam tanganku.
" tidak aku bisa sendiri " aku melangkah pergi namun Casley malah memelukku dengan erat dari belakang.
"Kau harus ikut titik!" Casley menatapku dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca.
"Terserah" aku akhirnya menyerah.
Dan disinilah kami.
Berada satu mobil dengan Casley dan teman-temannya.
Ini adalah mobil limousine yang kursinya saling berhadapan,
Aku dan casley duduk bersebelahan, dia menggandeng tanganku dan terus bercerita sementara aku sendiri tak nyaman karna kakak dan ke-3 temannya terus memandangku dengan pandangan tak suka atau cemburu.
Beruntung kami segera melewati gang sempit tempat biasa aku turun. Dia akhirnya melepaskan ku dengan enggan dan untungnya juga supir ayahku belum datang menjemput.
Tapi semenit kemudian ayah datang menjemputku, aku tau dia melihat semuanya tentang casley yang terus menggandeng ku atau yang lainnya.
Jujur suasana sekarang terasa sangat tak nyaman dan canggung.
Sepanjang jalan aku yang duduk disamping ayah merasa sangat tak nyaman.
Kemudian setelah setengah jam dengan suasana canggung akhirnya kami sampai dirumah.
..
Tidak sperti biasa ayah meninggalkan ku begitu saja dimobil.
'Duhh.... Tadi ayah pasti melihat dan cemburu' batinku gelisah.
Pasalnya memang ayahnya itu sangat posesif dan jika ia terlihat dekat dengan orang lain pasti akan langsung membuatnya cemburu.
Vivi segera bergegas mengejar ayahnya, dia menjelaskan namun ayahnya itu tak menghiraukan nya sama sekali.
"Papa,,, tunggu,,, vivi minta maaf vivi salah,,, seharusnya vivi gak luluh sama kata-katanya"
Aku mengejar ayah dan mensejajarkan langkah sami.
Ayah hanya melihat kedepan tanpa memperdulikan ku.
"Papa,,,,, " aku menatapnya dengan sedih
"Vivi minta maaf,,,,, " aku menunduk, meremat ujung bajuku.
"Kamu gak salah" "apa hak papa buat marahin kamu" "seharusnya aku mengembalikan mu kekeluargaan mu" "akulah satu-satunya yang salah karna mengambilmu dari keluargamu"
Papa berkata dengan wajah menyesal dan ekspresi sedih.
"Papa,,,, " aku memeluknya erat, meneteskan air mata sedih.
Meskipun aku tak pernah ingat lagi tentang keluarga ku tapi aku sudah terlanjur sayang dengan ayah.
Mau dia menculikku atau apapun tapi aku sudah merasa punya ikatan dengannya.
"Aku gak mau pergi,,,, aku cuman mau sama papa,,,,,, " kataku yang masih setia memeluk ayah.
"Baiklah jika itu yang kamu mau" ayah tersenyum kemudian membalas pelukanku.
End.
─────────────────────
Jadi singkatnya ini cerita tentang vian yang terkena Stockholm syndrome yang bikin dia ini malah sayang sama pelaku yang nyulik dia.