Aku, Nara Alisa Putri, seorang remaja 16 tahun, masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Raden Saka Putra, kakak kelas yang membuatku jatuh cinta. Awal upacara menjadi saksi pertemuan kami yang tidak terduga. Saat itu, aku tidak tahu bahwa perasaan ini akan menjadi awal dari segalanya.
Saka adalah laki-laki yang baik, memiliki wajah yang sangat mempesona, dan senyum manis yang membuatku tidak bisa menahan untuk terus melihat keindahan wajahnya. Aku tidak tahu apa yang membuatku jatuh cinta padanya, tapi aku tahu bahwa perasaan ini tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Pertemuan kami sudah ketiga kalinya. Kata orang, jika sudah tiga kali bertemu, maka itu adalah jodoh. Aku tersenyum ketika bertemu dengannya di kantin yang sepi. Dia sedang melihat ke arahku dan tersenyum manis. Tapi aku hanya membalasnya dengan wajah yang jutek."Kenapa?" tanya temanku, Yani, yang melihat wajahku."Enggak, aku cuma mau ke kelas aja," jawabku sambil meliriknya.Dia hanya menunduk sambil tersenyum.
Tiga minggu telah berlalu begitu cepat. Ujian akhir semester telah tiba, dan aku memiliki ide tentang perasaan ku yang belum terungkap. Aku membuat surat dengan bertanya, "Hai, apakah kamu memiliki seorang pacar?" Aku selalu meletakkan surat itu di bawah laci meja Saka, berharap dia akan menemukannya dan menjawabnya.
Aku sangat penasaran dengan jawaban Saka. Apakah dia sudah memiliki pacar? Atau apakah dia masih single? Aku tidak bisa menahan rasa penasaran ku, dan aku berharap bahwa surat itu akan menjadi kunci untuk membuka hati Saka.
Hari-hari berlalu, dan aku tidak melihat reaksi apa pun dari Saka. Aku mulai merasa kecewa, tapi aku tidak ingin menyerah. Aku akan terus berharap bahwa suatu hari nanti, Saka akan menjawab surat ku dan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
Keesokan harinya, aku mencoba kembali. Akhirnya, surat ku dibalas, tapi jawaban itu belum bisa membuat ku yakin kalau ia single."Cari tau sendiri, RA dari SK" tulisnya.
Aku hanya tersenyum melihat balasannya, tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku mencoba untuk meyakinkan kalau itu beneran ia yang mengirimkan nya."Ini benar, Kak Saka yang balas?" tulisku dan meletakkan nya di bawah laci miliknya.
Keesokan harinya, aku kembali mengecek di bawah lacinya."Iya, masak komodo!" jawabnya.Aku tertawa, ia lucu juga ya, pikirku.Aku menyimpan suratnya dan mengganti nya dengan kertas baru."Kakak gak keberatan, aku suka?" tulisku lagi.
Tapi kali ini, aku hampir ketahuan oleh seorang guru."Kamu ngapain disini?" tanya Pak Yanto dengan tegas."Emm, mau ngambil barang kakak yang ketinggalan, Pak," jawabku berpura-pura mencari barang nya."Ketemu?" tanya Pak Yanto lagi."Emm, tidak, Pak," jawab ku mendekat ke arahnya."Yaudah--"
"Duluan, Pak!" kata ku berlari dengan mendorong sedikit badan Pak Yanto agar menggeser dari pintu.Aku berhasil kabur, tapi aku tahu aku harus lebih berhati-hati lain kali.
Libur sekolah tiba begitu cepat, setelah ujian akhir semester, tapi aku belum juga berani untuk ngobrol langsung dengan Saka. Aku masih gugup dan tidak yakin tentang bagaimana cara mengungkapkan perasaan ku kepadanya.
Aku memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat kepada Saka melalui Instagram. Aku berharap bahwa dia akan membalas pesan ku dan kita bisa mulai berbicara.Aku mengetikkan pesan singkat dengan hati-hati, berusaha untuk tidak terlalu jujur atau terlalu bersemangat. Aku hanya ingin mengirimkan pesan yang sederhana dan ramah."Hai, Kak Saka. Apa kabar?" tulisku.
Aku mengirimkan pesan itu dan menunggu dengan hati yang berdebar. Aku berharap bahwa Saka akan membalas pesan ku dan kita bisa mulai berbicara.Tapi, jam-jam berlalu, dan aku tidak melihat balasan apa pun dari Saka. Aku mulai merasa kecewa dan penasaran. Apakah Saka sibuk? Atau apakah dia tidak ingin berbicara dengan aku lagi?
Aku memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu banyak. Aku akan mencoba untuk mengirimkan pesan lain, mungkin kali ini dia akan membalasnya. Tapi, aku juga tidak ingin terlalu memaksa. Aku akan menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.
Hari-hari berlalu, dan aku tidak melihat balasan apa pun dari Saka. Aku mulai merasa bahwa mungkin aku harus melupakan tentang perasaan ku terhadap Saka. Tapi, aku tidak bisa melupakan tentang dia. Aku masih memiliki perasaan yang kuat terhadapnya, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya.
Suatu hari.Setelah libur,Saka menghampiriku saat aku sedang berjalan di koridor sekolah."Hai, RA," katanya dengan senyum. "Aku ingin mengajakmu melihat sunset besok. Mau?"Aku terkejut dengan tawarannya, tapi aku tidak ingin menolak."Mau," jawabku dengan senyum.
Keesokan harinya, aku dan Saka pergi ke tempat yang telah dia tentukan. Kami berdua duduk di atas bukit, menikmati pemandangan sunset yang indah. Aku merasa sangat bahagia saat itu, karena aku bisa menghabiskan waktu bersama Saka.
Tapi, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Besoknya, aku melihat postingan Saka di media sosial. Dia memposting foto bersama seorang wanita lain. Aku merasa terkejut dan sedih saat itu, karena aku tidak tahu bahwa Saka sudah memiliki pacar.
Aku kemudian mengenali wanita itu sebagai mantan pacar Saka. Aku merasa bahwa aku hanya menjadi pengganggu dalam hubungan mereka. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tapi aku tahu bahwa aku harus menghilangkan perasaan ku terhadap Saka.
Aku memutuskan untuk tidak lagi berinteraksi dengan Saka, berharap bahwa aku bisa melupakan perasaan ku terhadapnya. Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Aku masih memiliki perasaan yang kuat terhadap Saka, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya.
Saat aku dan Saka melihat sunset bersama, aku tidak menyadari bahwa aku telah menunjukkan perasaan ku yang sebenarnya. Tapi, sepertinya Saka telah menyadari bahwa aku menyukainya.Setelah postingan foto bersama mantan pacarnya, Saka mengirimkan pesan kepada aku."Hai, RA. Aku tahu kamu menyukaiku. Aku minta maaf jika aku telah membuat kamu kecewa."
Aku terkejut saat membaca pesan itu. Aku tidak tahu bagaimana Saka tahu tentang perasaan ku. Tapi, sepertinya dia telah menyadari bahwa aku menyukainya sejak lama."Bagaimana kamu tahu?" tanyaku melalui pesan."Aku melihat cara kamu memandangku, dan aku merasa bahwa kamu memiliki perasaan yang lebih dalam terhadapku," jawabnya.
Aku merasa terkejut dan sedih saat itu. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tapi aku tahu bahwa aku harus menghilangkan perasaan ku terhadap Saka.
Aku memutuskan untuk tidak lagi berinteraksi dengan Saka, berharap bahwa aku bisa melupakan perasaan ku terhadapnya. Tapi, aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Aku masih memiliki perasaan yang kuat terhadap Saka, dan aku tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya.Aku hanya bisa berharap bahwa waktu akan membantu aku melupakan perasaan ku terhadapnya.