Hujan sore itu jatuh dengan lembut, menari di atas genting rumah tua peninggalan kakek Aira. Bau tanah basah bercampur aroma kertas usang memenuhi udara saat tangannya menggenggam sebuah amplop berwarna kecokelatan.
Ia menemukannya secara tak sengaja di dalam laci meja kayu yang sudah lama terkunci. Jantungnya berdegup kencang saat ia membaca tulisan tangan di amplop itu:
"Untuk Aira, bacalah saat kau merasa kehilangan."
Jari-jarinya gemetar saat membuka lipatan kertas di dalamnya. Tulisan itu terasa familiar, seolah berasal dari seseorang yang sangat dikenalnya. Namun yang membuatnya terkejut bukan hanya isi surat itu, melainkan tanggal yang tertera di sudut atas: 10 tahun sebelum ia lahir.
---
"Aira, jika kau membaca ini, maka aku sudah tidak ada di dunia ini. Namun aku ingin kau tahu satu hal—aku selalu menjagamu, bahkan sebelum kau lahir."
Aira menelan ludah. Nama pengirim di akhir surat itu membuat darahnya berdesir: Almira.
Almira adalah nama yang sering disebut-sebut dalam keluarga. Dulu, ibunya pernah bercerita tentang kakak perempuannya yang meninggal di usia 18 tahun karena kecelakaan tragis. Namun, bagaimana mungkin seseorang yang meninggal puluhan tahun lalu bisa menulis surat untuknya?
Aira berusaha menyangkal perasaan aneh yang merayapi tubuhnya, tapi isi surat itu membuat pikirannya terusik.
"Aku tahu kau akan mencari jawaban. Temukan kotak musik di bawah pohon beringin tua di halaman belakang. Semua yang kau butuhkan ada di sana."
Aira segera melangkah ke luar rumah, hujan mulai reda menyisakan kabut tipis di halaman. Pohon beringin tua yang disebut dalam surat itu berdiri megah di sudut halaman, akarnya besar mencengkeram tanah seperti naga yang sedang tidur.
Dengan tangan gemetar, ia menggali di bawah akar yang menonjol. Tak butuh waktu lama sebelum jari-jarinya menyentuh sesuatu yang keras—sebuah kotak kayu kecil yang sudah berlumut.
Ia menarik napas dalam, lalu membukanya. Di dalamnya, ada foto seorang gadis dengan wajah yang sangat mirip dengannya. Almira.
Namun yang membuatnya semakin bingung adalah sebuah kalung dengan liontin kecil berbentuk jam pasir. Saat ia menggenggamnya, tiba-tiba udara di sekitarnya berputar, dan dunia seolah berubah.
Aira terjatuh ke tanah, dan saat ia membuka mata, ia tidak lagi berada di halaman rumahnya. Ia berdiri di tempat yang sama, namun suasananya berbeda. Rumah tua itu tampak baru, dan suara seorang gadis terdengar dari dalam rumah.
Aira berbalik, dan di beranda rumah itu, berdiri seorang gadis yang sangat mirip dengannya.
Almira.
Dan gadis itu menatapnya dengan senyum penuh misteri.
(Bersambung...)