Bayangan pepohonan menari-nari di atas Bukit Diulf yang gelap gulita, diterangi sesekali kilatan petir. Aroma tanah basah dan sesuatu yang menyeramkan, seperti bau darah, menusuk hidung. Seorang wanita, gaun kerjaannya kusam dan sobek, berlari tergesa-gesa, bayi mungil dipeluk erat. Sepuluh bayangan hitam, prajurit bersenjata pedang, mengejarnya dengan langkah kaki berat yang menggema di kegelapan. Napas wanita itu tersengal, ketakutan dan keputusasaan tergambar jelas di matanya yang berkaca-kaca. Salah satu prajurit, lebih cepat dari yang lain, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, siap mengakhiri pelariannya.
Di tikungan bukit, para prajurit masih mengejar hingga menelusuri pohon-pohon di sekitar mereka.wanita itu bersembunyi di balik semak-semak dekat sungai, lalu dia menaruh keranjang bayi itu dan menghanyutkan ke sungai yang mengalir deras, matanya berkaca-kaca tak sanggup melepas kepergian itu, hingga akhirnya wanita itu diketahui oleh para prajurit.
"Mana bayi itu?"tanya prajurit sambil menjambak rambutnya.
"Suatu saat,anakku akan menghabisi kalian semua"ujar wanita itu dengan nada sinis.
"KEPARAT,Shengs"menebas kepala wanita itu dengan penuh amarah.
"Cari bayi itu sekarang!!!"dengan penuh amarah, menyuruh para prajurit mencari bayi itu.
Sungai-sungai mengalir deras, membawa keranjang bayi itu entah kemana dia akan berlabuh hingga esok harinya, sang mentari terbit menyinari seisi dunia ini dengan keceriaan. Salah satu desa dekat dengan hulu sungai, bernama desa gemersik.
Para warga desa gemersik penuh ceria dan semangat, mulai beraktivitas mencari ikan segar di sungai. Sampan-sampan mulai di tarik menuju tengah sungai dan nyanyian para nelayan yang membuat desa gemersik hidup, layaknya rumput-rumput yang berayun-ayun diiringi melodi simfoni penuh damai.
Lalu ada salah satu nelayan yang menemukan keranjang itu, tersangkut di Reruntuhan pohon, mengambilnya dan terkejut dengan apa di lihat oleh matanya. Keranjang yang berisi Bayu mungil membuat nelayan itu kembali lagi ke tepi sungai dan nelayan itu bernama Sri.
"Hey para warga desa, aku menemukan seorang bayi laki-laki"Sri mengucapkan dengan terbata-bata.
Seorang pemuda gagah dan perkasa datang dan berusaha menenangkannya.
"Tenang, tenang, kau tidak perlu panik"ujar pria itu yang bernama Alam.
Sontak seluruh penduduk desa gemersik itu pun terkejut, dengan penemuan bayi laki-laki itu, lantas Alam dan Sri membawa bayi itu seorang pendekar sekaligus kepala desa yang bernama Pitung.
"Pendekar, pendekar"Sri dan Alam memanggil ke rumah sang pendekar
"Ada apa wahai Sri dan Alam"tanya pendekar Pitung dengan tenang.
"Kami menemukan seorang bayi pendekar, yang di temukan oleh Sri di hulu sungai"ujar Alam sambil menunjuk keranjang ditangannya.
Pendekar Pitung pun mendekat ke keranjang dan melihat bayi itu, pendekar Pitung pun terdiam hening,tak bergeming sedikitpun dan pendekar itu berkata.
"Chandramawa"ujar pendekar Pitung dengan dingin.
"Maksudnya pendekar?"tanya Alam dengan penuh heran.
"Chandramawa"mengucapakannya kembali sembari menunjuk ke arah kening bayi itu.
"Hitam dan putih"dengan nada yang penuh mencekam.
BERSAMBUNG.
(Eliansyah)