Hai, perkenalkan namaku lina. Aku berumur 22 tahun dan pada tahun ini aku akan berumur 23 tahun. Aku ingin menceritakan sedikit kisah di dalam hidupku, walaupun namaku itu hanya samaran. Sejak aku lahir, aku memiliki fisik yang lemah dan sering sekali mudah jatuh sakit. Aku terlahir dari keluarga yang biasa. Setiap kali aku terkena sakit, fisikku akan langsung melemah dan langsung dibawa ke klinik untuk diobati. Jika aku berpikir lagi, aku sangat iri dengan teman-teman ku yang mendapat fisik dan berat badan yang kuat. Tetapi aku selalu menyakinkan diriku bahwa aku bisa seperti orang lain. Tetapi kenyataan itu salah. Saat aku beranjak SD, ayah dan ibuku sering sekali bertengkar hanya karena satu kesalahan kecil saja. Ibuku selalu membandingkan diriku dengan kakak perempuan ku yang selalu mendapatkan juara di kelas. Ayahku hanya peduli dengan uang dan bermain judi di luar rumah. Ini sering terjadi hingga sekarang. Ini mengakibatkan diriku menjadi lebih pendiam dan tidak pandai berinteraksi dengan orang lain. Ibuku sering mengatakan bahwa dia merasa malu memiliki anak seperti diriku, membandingkan perbedaan kemampuan ku dengan orang lain, selalu memarahi diriku jika aku membela diriku. Aku selalu merasa bahwa diriku tidak berguna karena perkataan darinya. Aku bisa melihat jelas bagaimana cara ibuku memberikan perhatian kepada kakak perempuan ku dengan diriku. Aku tahu bahwa kakak perempuan ku pintar, selalu dapat juara di kelas, bernyanyi dan masih banyak lagi. Sedangkan diriku, aku bukan kakak perempuan ku. Aku adalah aku. Setiap hari aku selalu membuat wajah palsu dan berkata "Aku baik baik saja" atau "Aku tidak butuh apapun." Ibuku tidak tahu bahwa diriku selalu menangis setiap hari saat malam. Aku menangis tanpa mengeluarkan suara. Setiap detik, aku merasa sangat tertekan karena semua usaha yang aku lakukan selalu tidak dihargai sedikitpun. Saat ibuku hamil lagi, aku berharap ibuku bisa lebih menghargai diriku. Tetapi ternyata aku salah. Ibuku lebih mementingkan kakak perempuan ku dan juga adik perempuan ku. Sebagai anak kedua, aku merasa sangat terasingkan di dalam keluarga ku sendiri. Aku hanya bisa bercerita seperti ini hanya kepada sahabat laki laki ku di kampus. Jika kalian mendapatkan pengalaman seperti yang terjadi kepada diriku, apa yang akan kalian lakukan? Aku berharap.... aku memiliki orangtua yang pengertian di kehidupan ku yang selanjutnya.