Aku baru saja pindah ke sebuah apartemen kecil di pinggiran kota. Tempat ini tidak begitu jauh dari tempat kerjaku, dan aku merasa itu pilihan yang tepat. Apartemen ini cukup tua, dengan dinding yang agak berkarat dan lantai kayu yang sedikit berderak. Tapi harganya terjangkau, dan aku pikir itu sudah cukup.
Pada malam pertama aku di sana, semuanya terasa biasa saja. Aku membersihkan apartemen sebisaku dan memutuskan untuk tidur lebih awal. Namun, sekitar tengah malam, aku terbangun. Suara aneh membangunkanku—seperti suara ketukan pelan di pintu depan.
Aku duduk terbangun, mencoba untuk mendengarkan lebih jelas. Suara itu berhenti sejenak, lalu terdengar lagi. Ketukan pelan, disertai dengan gesekan, seperti seseorang yang sedang memutar gagang pintu. Aku berpikir mungkin itu hanya suara dari luar, angin yang meniup sesuatu atau mungkin suara dari apartemen sebelah.
Namun, suara itu kembali lagi. Lebih keras kali ini, seakan berasal dari dekat pintu apartemenku. Aku merasakan ketegangan di dalam diriku. Apakah seseorang mencoba masuk? Aku memberanikan diri untuk bangkit, berjalan perlahan menuju pintu, mencoba mengintip lewat lubang kunci.
Tidak ada siapa-siapa di luar. Hanya kegelapan yang menenangkan, tak ada suara apapun. Aku menarik napas lega dan berbalik kembali ke tempat tidur, mencoba tidur meskipun perasaan tidak nyaman masih terasa.
Pagi berikutnya, aku berangkat bekerja, tetapi ketika kembali di malam hari, aku merasa ada yang aneh. Pintu apartemenku terkunci, seperti biasa. Namun, saat aku membuka pintu, aku melihat sesuatu yang membuat darahku membeku—di lantai, di depan pintu, ada jejak kaki berlumpur, mengarah ke dalam apartemen.
Aku menutup pintu dengan cepat, berusaha menenangkan diri. Mungkin itu hanya dari luar, pikirku. Mungkin orang yang lewat menyentuh pintu tanpa sengaja. Tetapi jejak itu terlihat seperti baru saja ada, basah, dan masih segar.
Aku memutuskan untuk memeriksa seluruh apartemen. Semua jendela tertutup rapat, dan tidak ada yang terlihat tidak beres. Namun, ketika aku sampai di ruang tamu, aku melihat sesuatu yang lebih mengerikan—pintu lemari yang biasanya terkunci, kini terbuka sedikit, hanya menyisakan celah kecil.
Aku berjalan mendekat, napasku tercekat. Saat aku membuka pintu lemari itu lebih lebar, aku merasa ada yang salah. Di dalam lemari itu, tidak ada apapun selain tumpukan pakaian, kecuali… sebuah catatan kecil yang terlipat rapi di antara pakaian.
Dengan tangan gemetar, aku membuka catatan itu. Di atas kertas itu tertulis pesan singkat, dengan tulisan yang berantakan: "Aku di sini, selalu mengawasi. Jangan coba lari."
Hatiku berdebar keras. Aku merasa dunia seakan runtuh. Aku memeriksa seluruh apartemen, kunci dan pintu terkunci, tak ada seorang pun di dalam. Aku berpikir ini hanya imajinasi, mungkin ketegangan setelah hari yang panjang, tapi catatan itu—itu nyata.
Malam itu, aku tidak bisa tidur. Setiap suara yang terdengar, meskipun kecil, membuatku terlonjak. Aku mendengar ketukan lagi, kali ini di jendela. Aku menoleh, dan terlihat bayangan gelap berdiri di luar jendela. Aku membeku. Tidak ada angin, tidak ada suara lain.
Keesokan harinya, aku memutuskan untuk tidak kembali ke apartemen itu. Aku mengemasi barang-barang dan meninggalkan kunci di meja, meskipun aku tahu bahwa apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah tahu siapa atau apa yang mengintai dari balik pintu itu.