Di suatu pagi yang cerah, seorang perempuan cantik bernama Aria terbaring di tempat tidurnya, tertidur lelap setelah menjalani hari yang melelahkan. Mimpi-mimpi sering mengunjungi Aria, namun kali ini, mimpi yang datang terasa sangat nyata. Tiba-tiba, dia terperangkap di sebuah dunia asing, dunia yang penuh dengan warna-warna lembut dan angin yang menyegarkan.
Di sana, dia bertemu seorang pria tampan dengan senyum yang begitu menenangkan. Pria itu mengenakan pakaian putih yang seakan mencerminkan kesucian hatinya. “Hai, aku Fian,” pria itu memperkenalkan diri dengan suara lembut. Aria merasa ada sesuatu yang menarik di balik tatapan mata pria itu. Mereka berbincang, tertawa, dan merasa seolah-olah telah saling mengenal selama bertahun-tahun.
Fian sangat perhatian pada Aria, selalu ada untuk mendengarkan cerita-ceritanya, dan tak pernah gagal membuat Aria merasa bahagia. Hari demi hari mereka menghabiskan waktu bersama di dunia mimpi itu. Aria merasa hidupnya sempurna dengan Fian, seperti ada ikatan yang sangat kuat di antara mereka. Namun, semua itu berubah ketika Aria terbangun.
Pagi itu, saat matahari mulai terbit, Aria terjaga dengan perasaan kosong. Dia merasa kehilangan, seolah-olah separuh dari dirinya masih ada di dunia mimpi itu. Aria mencoba kembali tidur, berharap bisa melanjutkan mimpinya, namun tak bisa. Perasaan rindu itu begitu mendalam, dan rasa sedih tak dapat ia hindari.
Hari pun berlalu, Aria bergegas bersiap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, dia menjalani rutinitas hariannya, meski hatinya terasa kosong. Saat pulang sekolah, dalam perjalanan pulang, ada hal yang sangat mengejutkan terjadi.
Aria menaiki bus yang sama dengan seorang pria yang tampaknya sangat familiar. Pria itu memiliki wajah yang begitu mirip dengan Fian. Aria tertegun, matanya tak bisa lepas dari pria itu. Tak mungkin… pikirnya, ini hanya kebetulan. Namun, tak lama setelah bus melaju, pria itu menyadari tatapan Aria dan bertanya dengan nada lembut, “Ada apa? Mengapa kamu melihatku seperti itu?”
Aria terkejut, dia hanya bisa menggelengkan kepala. “Tidak… tidak ada apa-apa,” ujarnya dengan suara yang hampir tak terdengar. Pria itu tampak bingung sejenak, namun kemudian kembali duduk. Saat bus berhenti di pemberhentian berikutnya, Aria pun segera turun. Tanpa disangka, pria itu mengikuti langkahnya.
Aria merasa jantungnya berdebar kencang, dia menoleh dan melihat pria itu terus berjalan di belakangnya. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Tak jauh dari tempatnya berhenti, Aria memasuki sebuah rumah, sementara pria itu melanjutkan langkahnya menuju rumahnya yang tak jauh dari sana. Perasaan itu terus mengganggu Aria, seakan-akan ada sesuatu yang hilang di antara mereka.
Malam itu, setelah makan malam dan beristirahat, Aria memejamkan matanya dan tertidur kembali. Tak lama, dia terbang kembali ke dunia mimpinya. Dalam mimpinya, dia mencari Fian, namun pria itu tak ada di mana-mana. Aria merasa cemas dan mulai menangis.
Tiba-tiba, Fian muncul, berlari menghampirinya. “Sayang, ada apa? Kenapa kamu menangis?” Fian bertanya dengan khawatir. Aria langsung memeluknya erat, “Aku takut aku akan kehilanganmu… dan tak bisa bertemu kamu lagi.”
Fian mendekap Aria dengan penuh kasih, “Tenang, aku akan selalu kembali dan mencarimu, ke mana pun kamu pergi.”
Mereka berdua duduk di sebuah café, di dunia mimpi yang indah itu. Aria berbicara dengan penuh kebingungan, “Fian, apakah kamu tahu? Aku bertemu seseorang yang sangat mirip denganmu.”
Fian terkejut, “Aku juga merasakan hal yang sama,” jawabnya. Aria melotot, “Jangan-jangan kamu…”
Tiba-tiba, Aria terbangun, jantungnya berdebar hebat. Fian juga terbangun di dunia nyata, merasa cemas dan bingung. Tanpa pikir panjang, Fian berlari keluar rumah, menuju rumah Aria. Sesampainya di sana, dia melihat Aria berlari keluar dengan wajah penuh kejutan.
Aria menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, menahan air mata. Tanpa berkata sepatah kata pun, Aria berlari menghampiri Fian dan memeluknya erat. Fian membalas pelukan itu dengan senyuman hangat, dan bersama-sama mereka merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata.
Keduanya saling menatap dalam diam, menyadari bahwa perasaan yang mereka alami bukan hanya mimpi. Ini adalah takdir yang telah menunggu mereka untuk dipertemukan, dan akhirnya mereka tahu bahwa tak ada yang lebih indah daripada perasaan cinta yang datang dari dua dunia yang berbeda.