"Dokter tidak salah? Benarkah waktu ku hanya tinggal 1 Minggu lagi?" Tanya Fia,ia ingin meyakinkan apakah benar yang di kata kan dokter.
"Maaf nona harus mendengar kabar yang tidak baik, tapi setelah di cek, hasil nya memang benar" Jawab Dr Rochelle.
Dunia Fia serasa hancur, kedua orang tua nya sudah berpisah, sekarang ia ikut dengan sang ayah juga ibu tiri nya. Namun,hubungan Fia dan bunda kandung nya tetap terjalin.
"Dok, apakah boleh saya meminta tolong?" Tanya Fia sedikit ragu.
"Boleh silahkan nona" sahut Dr Rochelle.
"Bisakah tolong Dokter jangan mengatakan kepada kekasihku bahwa waktu ku tidak lama lagi" mohon Fia.
"Baiklah, kenyamanan dan kemauan pasien adalah hal terpenting" jawab sang dokter.
"Terimakasih Dok." Ucap Fia tersenyum lembut.
Fia pun keluar dari ruangan bersama Dr Rochelle.
"Bagaimana dok? Apakah ada penyakit serius?" Tanya nya.
"Tidak ada penyakit serius Tuan, kekasih anda hanya kekurangan oksigen, jantung nya begitu lemah, tidak bisa terkena asap, dan juga tidak bisa berada di ruangan yang sedikit oksigen, itu bisa memicu sesak nya nafas, saya sudah memberi kan obat nya, jangan sampai telat meminum." jelas sang dokter.
"Aku baik-baik saja kak, adek kan strong hehe" sahut Fia tersenyum cantik.
Ia pun menyentil dahi Kekasih nya yang sangat bandel ini dan juga tengil.
"Jangan bikin Kaka khawatir dek, dan juga jangan pernah meninggalkan Kaka janji?" Ucap nya.
"Iya kak, dasar bawel wlekk" sahut Fia menjulurkan lidah nya.
"Cih! Kau memang bocah kesayangan ku" Putra tertawa melihat tingkah tengil kekasih nya.
Fia mencoba tetap ceria,ia ingin mengukir kenangan terindah bersama sang kekasih nya dalam 1 Minggu ini.
Sesampainya di taman
"Yaudah ayok beli es krim kesana, Fia ingin es krim kak, pokok nya hari ini Kaka harus menemani ku kemanapun aku ingin" Ajak Fia.
"Iya sayang, Kaka sudah berjanji kepadamu" jawab nya mengacak-acak rambut Fia.
"Aish kak! Rambut ku sudah cantik begini malah di acak-acakin ih ngeselin huftt" Kesal nya mengerucut kan bibir.
"Hahaha Kamu tau kalau Kaka memang mengesalkan bukan?" Usil nya, bukan nya membujuk malah mentertawakan Fia.
Terjadilah kejar-kejaran di taman itu.
"Sini Kaka! Hayoo mau kemana..hahahah" teriak nya saat sang kekasih sudah dekat.
"Kejar kakak, hahaha...tidak kena!" Ejek nya.
"Bahh!! Kaka Kena" tangkap Fia memeluk tubuh Putra dari arah belakang.
"Baiklah Kaka mengalah, ayok lepas kan" ia akhirnya mengalah.
"Ahh..ahh..uhhh.. Ughh...kak" Fia merasakan sesak nafas lagi.
Putra panik, ia merasa sangat bersalah."Dek maafkan Kaka" Jujur saja ia melupakan kalau Fia tidak bisa lagi terlalu kekurangan oksigen mau pun sampai kelelahan.
"Ugh... Tidak masalah kak, aku sudah membaik" jawab Fia tersenyum lebar.
Putra memeluk tubuh Fia, sungguh dia sangat khawatir.
Setelah dari taman Fia dan Putra akan ke rumah Bunda nya Fia, atas permintaan Fia.
"Tumben sekali adek ingin bertemu Bunda?" Tanya nya basa-basi.
"Adek rindu dengan bunda kak" jawabnya.
*Aku ingin membuat kenangan indah bersama kalian, terutama bunda* batin nya. Hati nya begitu sakit mengetahui kenyataan pahit ini.
"Bundaaa... I'm coming" Teriak nya begitu ceria saat sampai di rumah sang bunda.
"Anak nakal,, kau selalu berteriak" sahut bunda Ara, ia pun menyambut kedatangan putri nya.
Putra pun langsung menyalami bunda Ara.
"Bunda aku ingin makan masakan bunda yang begitu lezat, aku sangat merindukan bunda" ucap nya, lalu mencium kedua pipi sang bunda.
"Kenapa tidak mengabari dahulu? Bunda hanya masak sedikit sayang" sahut nya.
"Tidak masalah Bun, biar saja Kaka makan sedikit, semua nya untuk ku" Ucap nya,melirik ke arah sang kekasih.
"Kamu sudah tau kan kelakuan putri bunda,mamang dia tidak ada jaim-jaim nya" Ucap nya.
"Iya Bun, dia memang seperti itu, aku sudah cukup mental menghadapi nya" sahut nya. Putra dan bunda Ara pun tertawa.
"Kalian menyebalkan huft.." ucap nya menghela nafas. Fia pun langsung duduk di meja makan, menyantap semua makanan yang ada di sana.
Mereka pun makan bersama, seperti keluarga, bunda Ara tidak menikah lagi setelah pisah dari ayah nya Fia. Ia Memilih membuka toko, hasil uang diri nya selama ini.
Sedangkan ayah Fia sudah menikah dengan selingkuhan nya, Fia pun ikut tinggal bersama ibu tiri nya, atas kemauan Fia.
Sebenarnya Fia tidak ingin membebani bunda nya, maka dari itu dia lebih memilih ikut sang ayah, dan juga ibu tiri Fia sama sekali tidak mempunyai anak,setiap sedang mengandung selalu keguguran. Mungkin itu semua adalah karma mereka.
Hari semakin larut, jam sudah menuju pukul 21.30.
"Bun, Fia sama Kaka pulang dulu yah, nanti ayah ngomel-ngomel, bunda pasti tau mulut ayah kalau ngomel seperti perempuan" menyengir kuda sambil bergidik ngeri.
"Hahahah tidak boleh seperti itu sayang, bagaimana pun dia tetap ayah mu" sahut sang bunda. Fia memang selalu bisa membuat orang yang di dekatnya tertawa.
"Maaf Bun, yaudah sampai jumpa Bun.. Muachh..." Fia mencium kedua pipi bunda Ara lalu ia menyalami dan pamit pulang.
*****
"Dahh kak, jangan merindukan diri ku ya" ucap nya setelah menyalami tangan sang kekasih.
"Tidak bisa, Kaka selalu merindukan mu setiap detik sayang" Sahut nya.
"Hahahaa Kaka gombal deh, yaudah bye bawa motor hati-hati ya, kalau udah pulang kabarin adek" ucap nya melambaikan tangan lalu mengedipkan satu mata nya.
"Sudah berani nakal ya hm?" Ia pun mengacak-acak rambut Fia.
"Only to kak" jawab nya tanpa rasa bersalah, lalu tersenyum cantik.
Fia pun masuk, saat melewati ruang tamu, ternyata sang ayah dan juga ibu tiri nya menunggu Fia.
"DARI MANA SAJA KAMU? LIHAT INI SUDAH MALAM" tanya sang ayah tegas.
"Maaf yah, aku habis bertemu bunda"jawab nya, sungguh ia tidak ingin bertengkar dengan sang ayah.
"Sudahlah mas, kasian Fia,dia baru pulang, biar kan dulu istirahat" ucap nya mencoba menenangkan sang suami.
"Fia naik lah ke kamar mu, segera istirahat" suruh sang ibu.
"Hm" sahut nya. Fia sungguh benci dengan ibu tiri nya tapi sebisa mungkin Fia memainkan peran sebagai anak penurut, tetapi saat hanya berdua saja, ia dengan Ibu tiri nya selalu adu mulut, walau pun ibu tiri nya tidak pernah macam-macam.
Fia lumayan licik dalam memanipulasi, ia tidak ingin kalah dengan sang ibu tiri yang bisa memainkan peran sangat lembut di depan ayah nya, tapi saat berdua sifat aslinya keluar.
****
Sudah hari ke 6.
Tok tok...
"Ayah, Fia ingin bicara empat mata bersama ayah" ucap nya saat masuk ke ruang kerja sang ayah, ada ibu tiri nya juga.
Ibu nya langsung keluar dari ruangan, saat suara pintu di tutup Fia mengutarakan keinginan nya.
"Yah, Fia ingin ayah dan juga bunda beserta Kaka makan malam bersama, hanya untuk hari ini saja yah, Fia mohon" Ucap nya sedikit menunduk.
Belum ada jawaban dari sang ayah, Fia pun mencoba menatap ayah nya.
"Hm baiklah, nanti malam kita akan jemput bunda dan juga kekasihmu" sahut sang ayah.
"Terimakasih yah, Fia akan hubungi bunda.. Permisi yah" Fia pamit keluar dari ruang kerja sang ayah.
"Tumben sekali anak itu meminta makan malam bersama" gumam sang ayah.
Sedangkan diluar, ternyata ibu tiri Fia mendengar semua pembicaraan.
*Aku tidak boleh egois, biarkan saja hanya untuk malam ini, ibu tau kamu hanya punya waktu 1 Minggu Fii* batin nya.
Hari sudah malam Fia sudah siap dengan dress nya sang ayah juga sudah siap dengan stelan jas nya.
"Fia, ibu ingin bicara dengan mu sebentar" ucap sang ibu saat Fia dan ayah sudah ingin keluar.
"Ayah tunggu di mobil" ucap nya, ia tau lirikan mata sang istri.
Ibu tiri nya langsung memeluk Fia.
"Ibu tau waktu kamu tidak lama lagi Fi, maaf membuat keluarga mu berpisah, ibu benar-benar mencintai ayah mu" ucap nya, tak terasa air mata nya mengalir.
Fia pun menitikkan air mata.
"Makasih Bu, saat Fia gada tolong jaga ayah" ucap nya tulus.
****
"Ayah,bunda, Fia senang sekali kita bisa berkumpul bersama lagi, dan juga sekarang ada Kaka, kita bagaikan keluarga kecil hahaha" ucap nya di akhiri tawa.
Mereka pun ikut tertawa, Fia benar-benar bisa membuat suasana menjadi cair dan tidak canggung.
"Ahh...Ughh"
"Fia!"
"Adek!"
Mereka serempak menghampiri Fia.
"Kak.. to-lo-ng ambilkan kertas yang ada di tas ku, itu hasil tes ku saat di rumah sakit kemarin, maa-aaf kan Fia sudah ber-bo-ho-ng" suruh Fia, sedikit terbata-bata.
Putra pun mengambil kertas yang ada di tas Fia, ia membaca sampai selesai, Ayah dan juga bunda Fia pun terkejut itu adalah hasil tes, bahwa waktu Fia hanya 1 Minggu,Mereka semua sama-sama menangis saat tau hasil tes nya.
"Adekk,Tidak dek! kau berjanji kepada kakak tidak akan meninggalkan Kaka, kau bohong! Kau mengingkari janji mu Fia!" Tegas nya, ia memeluk tubuh Fia, dan terus menangis.
"Kenapa kamu tidak bilang sama ayah? Anak ayah hanya kamu, kamu satu-satunya anak kami, jangan meninggalkan kami, kamu bisa bertahan nak" Sarkas sang ayah,ia belum bisa berpikir dengan jernih, tangis sang ayah.
"Putri kesayangan bunda tidak boleh secepat itu pergi! Kami semua menyayangi mu nak" bunda Ara memeluk erat tubuh Fia dan mencium semua wajah Fia, bunda Ara pun menangis.
"SELAMAT TINGGAL AYAH,BUNDA DAN KAKAK, TANPA FIA KALIAN HARUS BAHAGIA, FIA SAYANG KALIAN."
Argh...ahh..
"Tidakkk!!" Raung mereka bersama an.
Hiks hiks...
TAMAT