Awal mula dari kehancuranku dimulai dari keluargaku yang berantakan dan kehidupnku yang berbolak balik. Pada akhirnya aku tidak tau harus kemana, suatu hari nanti pasti akan terasa hampa. Hingga aku menemukan seorang bermarga Garvin. Orang yang hidup sepertiku walau kami memiliki sedikit perbedaan aku yang memiliki kehidupan segalanya, tapi dia memiliki kehidupan yang tertata.
Kehidupan awalku berubah saat aku betjumpa dengannya. Yang aku tau dunia tak akan berubah kini menjadi kehidupan penuh makna,awlanya hanya penuh kesedihan hingga sampai kebahagian datang.
*************
Suasana di dalam rumah.
" pertengkaran mereka enggak berhenti-henti dari tadi. Muak gua jadinya , apa aku kabur aja ya, kabur kemana ya??"
Lalu, aku beranjak bangun dari kasur melangkah keluar kamar berjalan menuju jendela kamar membawa tas yang diisi random. Aku terus berjalan keluar menuju pintu gerbang. Keluar rumah untuk mencari suasana yang nyaman. Pertengkaran orang tuaku sudah menjadi hal biasa tapi hari ini rasanya berbeda dari biasanya.
" Akhirnya, aku bisa keluar aduh..... encok punggung guee gara-gara tadi. Asekk......nih kalau gua cari tempat kerja sambil nyari kos-kosan murah, mayan lagi ada duit buat nyari kosan "
Tiba - tiba, di perjalan aku bertemu alger Garvin, melihatnya keluar dari rumahnya, aku pun mendekatinya buat basa - basi.
" Eh...coy sibuk enggak lo??"
" Enggak nih lagi enjoy,kenapa??" Jawabnya mengamati diriku yang keluar rumah membawa tas dan berpakaian lusuh.
" Lo kabur lagi cathrine, entar ortumu nyari enggak???".
" Hehehe Alger tau aja gue sering kabur dari rumah". Aku mengangguk-angguk mencoba menyembunyikan perasan yang aku alami dirumah.
" Ya, gua tau karena lo sering kalau kabur lewat sini terus bapakmu juga nanya sama orang sini".
"Ohhh gitu ya, tapi karena kamu udah tau jadi kamu nggak boleh kasih tau aku kabur dari rumah sama ortuku ya, pleaseee....".
Alger tersenyum dan mengangguk " Iyaa, nggak aku kasih tau, tapi ada syaratnya kmau ceritain dulu apa masalahnya"
Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan pertanyaan yang ia berikan kepadaku. ( apakah aku harus meneceritakan susana di rumah) kata otak.
" Yaelah gitu doang yang lu tanya. Cekk...nggak ada pertanyaan lain apa, nih ku ceritain ya kenapa. Jadi gini gua itu enggak sengaja makan kue lapis pesanan ibu nah jadi aku takut kena marah mending aku kabur, gitu masalahnya"
" Gitu doang masalahnya sepele banget tinggal kamu kasih tau ibumu aja kenapa harus kabur"
" ahh... udah nggak usah dibahas lagi, lagian itu nggak penting juga, udah deh nggak ada waktu aku"
" Mau kemana emangnya cill".
" Enteng banget mulutmu belum pernah ngerasain tampelngan basoka nih".
" hahahah ya deh iyaaa ".
Aku melihat Alger yang masih tersenyum, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum juga. "Yaelah, kamu tuh lucu banget!" katanya, masih tertawa.
Aku merasa sedikit lega karena bisa melupakan masalah di rumah, setidaknya untuk sementara waktu. "Mau kemana lagi?" tanyanya, masih mengikuti aku.
"Aku mau cari tempat kerja, dan kos-kosan murah," jawabku, sambil melihat sekeliling.
Alger mengangguk. "Aku tahu tempat yang pas untuk kamu. Ikut aku!" katanya, sambil berjalan ke arah sebuah gang kecil.
Aku mengikuti dia, penasaran apa yang dia mau tunjukan sama aku.
Kami berjalan melewati gang kecil yang gelap dan sempit. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi Alger tampaknya tahu jalan ini dengan baik.
"Kami sudah dekat," katanya, sambil berhenti di depan sebuah rumah kecil.
Rumah ini tampaknya sudah tua, tapi terlihat masih terawat dengan baik. Alger membuka pintu dan mempersilakan aku untuk masuk.
Di dalam rumah, aku melihat sebuah ruangan yang sederhana tapi nyaman. Ada sebuah meja dan beberapa kursi, serta sebuah kompor kecil di sudut ruangan.
"Selamat datang di rumahku," kata Alger, sambil tersenyum. "Aku pikir kamu bisa tinggal di sini untuk sementara waktu."
Aku terkejut dengan tawaran ini. "Benar? Kamu tidak keberatan?" tanyaku.
Alger menggelengkan kepala. "Aku tidak keberatan. Aku pikir kita bisa saling membantu."
Aku merasa sedikit lega dan bersyukur atas tawaran ini. Tapi, aku juga merasa sedikit curiga... apa motif Alger sebenarnya?
" Enggak ah nggak mau tinggal disini banyak hantunya " Aku memandang wajah Alger yang penuh makna untuk mengizinkan aku tinggal dirumahnya. Tapi demi keselamatanku aku mebalikan badan melangkah pergi.
" Kamu mau kemana?? Ini udah malam kamu mau tidur dimana??"
" Aku mau tidur dirumah teman "
Alger terlihat kecewa, tapi dia tidak memaksa aku untuk tinggal. "Baiklah, kalau kamu tidak mau tinggal di sini, aku tidak bisa memaksa. Tapi, aku khawatir kamu tidak punya tempat untuk tidur malam ini."
Aku mengangguk, "Aku sudah punya rencana, aku mau tidur di rumah teman."
Alger mengangguk, "Baiklah, kalau begitu, aku tidak bisa menahan kamu lagi. Tapi, aku ingin memberimu sesuatu."
Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari kantongnya dan memberikannya kepada aku. "Kalau kamu membutuhkan bantuan, kamu bisa menghubungi aku. Aku akan selalu siap membantu."
Aku menerima kartu nama itu dan memandangnya dengan rasa terima kasih. "Terima kasih, Alger. Aku tidak akan lupa ini."
Aku berpaling dan melangkah pergi, meninggalkan Alger yang masih berdiri di depan rumahnya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi aku tahu bahwa aku telah menemukan seseorang yang bisa aku percayai.
************
Hari berikutnya, aku bangun pagi-pagi sekali dengan perasaan yang masih bingung. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tapi aku tahu bahwa aku harus mencari pekerjaan dan tempat tinggal yang baru.
Aku melihat kartu nama yang Alger berikan kepadaku kemarin, dan aku memutuskan untuk menghubunginya. Mungkin dia bisa membantu aku mencari pekerjaan atau tempat tinggal yang baru.
Aku mengambil napas dalam-dalam dan menghubungi nomor telepon yang tertera di kartu nama. Tunggu beberapa detik, kemudian terdengar suara Alger di seberang telepon.
"Halo, Alger. Ini Cathrine," aku mengucapkan dengan suara yang sedikit gugup.
"Halo, Cathrine! Bagaimana kabarmu?" tanya Alger dengan suara yang ramah.
"Aku baik-baik saja, thanks. Aku hanya ingin bertanya, apakah kamu tahu ada lowongan pekerjaan atau tempat tinggal yang baru di sekitar sini?" tanyaku dengan harapan.
"Sebenarnya, aku tahu ada satu tempat yang mungkin bisa kamu coba. Tapi, aku harus memberitahu kamu bahwa tempat itu tidak biasa," kata Alger dengan suara yang sedikit misterius.
Aku merasa penasaran. "Apa yang kamu maksud dengan tidak biasa?" tanyaku dengan rasa ingin tahu yang besar.
" Apasih yang di bicarakan Alger kek misterius banget "
" Mayaa.. may aku mau ngomong sama kamu may "
" Ha, apa mau ngomong apa "
" Kamu kerja kan may nah aku mau cari kerja juga may buat nambah uang, rekomendasi dong kerja apa yang cocok "
" ohhh tapi kan kamu suka bidang apa dulu "
" Apa aja sih may yang penting kerjaan dah serius "
" itu jadi MUA aja cocok itu sama kamu yang suka make up "
" jangan lahhh aku nggak percaya diri "
" Ya terus mau apa, jadi pekerja perkantoran mau nggak "
" Bolehjuga tuh may diamana nih yang ada lowongan "
" Ada sihhh tapi lupa aku, coba aaku tanyakan temen aku dulu "
" okeyyy mayyy, makasihh yaaa "
" Iyyaaa kayak siapa aja lo "
Maya menutup telepon dan tersenyum, berpikir bahwa Cathrine akan menemukan pekerjaan yang tepat. Dia kemudian mengambil telepon lagi dan menghubungi temannya yang lain.
"Halo, Dina! Aku butuh bantuanmu," kata Maya.
"Apa yang bisa aku bantu, Maya?" tanya Dina.
"Aku punya teman yang sedang mencari pekerjaan. Apakah kamu tahu ada lowongan pekerjaan yang cocok untuknya?" tanya Maya.
Dina berpikir sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya, aku tahu ada satu perusahaan yang sedang mencari karyawan baru. Tapi, aku tidak tahu apakah posisi yang tersedia cocok untuk temanmu."
"Oke, aku akan memberitahu temanku tentang itu. Makasih, Dina!" kata Maya.
" Ada nihh perusahan yang cari lowongan kerja nama perusahannya DARON RAVIN "
" Perusahaan mana itu "
" Nggak tau sih kata Dina bagus perusahaannya coba aja deh kamu kesana pasti diterima "
" Okeee aku coba nanti tunjukin alamat perusahaannya ya "
" Oke "
Aku mengucapkan terima kasih kepada Maya dan berjanji untuk menghubungi Dina untuk menanyakan alamat perusahaan DARON RAVIN. Setelah itu, aku pergi ke alamat perusahaan tersebut dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan.
Saat aku tiba di perusahaan DARON RAVIN, aku merasa sedikit gugup. Tapi, aku berusaha untuk tetap percaya diri dan mengikuti proses wawancara.
Setelah beberapa jam, aku akhirnya diterima sebagai karyawan baru di perusahaan DARON RAVIN. Aku merasa sangat bahagia dan berterima kasih kepada Maya dan Dina yang telah membantu aku.
Saat aku keluar dari perusahaan, aku melihat Alger sedang menungguku di luar. Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga bahagia.
"Selamat, Cathrine!" kata Alger dengan senyum. "Aku tahu kamu bisa melakukannya."
Aku merasa sedikit malu, tapi juga bahagia karena Alger telah percaya padaku.
"Terima kasih, Alger," kata aku. "Aku tidak bisa melakukannya tanpamu."
Alger tersenyum dan mengambil tanganku. "Aku akan selalu ada untuk membantumu, Cathrine."
Aku merasa sedikit gugup, tapi juga bahagia karena aku merasa telah menemukan seseorang yang benar-benar peduli padaku.
Kami berdua berjalan bersama, menikmati suasana sore yang indah. Aku merasa bahagia dan puas dengan kehidupan baruku.
Dan begitulah, aku dan Alger mulai menjalin hubungan yang lebih serius. Kami berdua saling mendukung dan membantu satu sama lain, dan aku merasa telah menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.
Akhirnya, aku menyadari bahwa kehancuran yang pernah aku alami ternyata membawa aku kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Dan aku sangat berterima kasih kepada Alger yang telah membantu aku menemukan kebahagiaan tersebut.
Hari-hari berikutnya, aku dan Alger semakin dekat. Kami berdua sering menghabiskan waktu bersama, baik itu dengan berjalan-jalan, menonton film, atau hanya berbicara tentang kehidupan.
Aku merasa sangat bahagia dengan kehadiran Alger dalam hidupku. Dia selalu ada untukku, mendengarkan aku, dan memberikan aku semangat.
Suatu hari, Alger mengajakku untuk pergi ke sebuah restoran yang indah. Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga bahagia.
"Ada apa, Alger?" tanyaku, sambil melihat sekeliling restoran.
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu, Cathrine," jawab Alger, sambil tersenyum.
Aku merasa sedikit malu, tapi juga bahagia. Kami berdua menghabiskan waktu bersama, menikmati makanan yang lezat, dan berbicara tentang kehidupan.
Saat kami selesai makan, Alger mengambil tanganku dan membawaku ke sebuah tempat yang indah. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa kami berada di sebuah taman yang indah.
"Alger, apa yang kamu lakukan?" tanyaku, sambil melihat kepadanya.
"Aku hanya ingin memberimu sesuatu, Cathrine," jawab Alger, sambil tersenyum.
Aku merasa sedikit penasaran, tapi juga bahagia. Alger kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya dan membukanya.
Di dalam kotak tersebut, aku melihat sebuah cincin yang indah. Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga bahagia.
"Cathrine, aku cinta padamu," kata Alger, sambil melihat kepadaku. "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga bahagia. Aku melihat kepadanya dan menyadari bahwa aku juga cinta padanya.
"Alger, aku juga cinta padamu," kataku, sambil tersenyum.
Alger kemudian memasangkan cincin tersebut ke jariku, dan kami berdua berpelukan. Aku merasa sangat bahagia dan puas dengan kehidupan baruku.
Setelah Alger memasangkan cincin ke jariku, kami berdua berpelukan dan menikmati suasana yang indah di taman tersebut. Aku merasa sangat bahagia dan puas dengan kehidupan baruku.
Saat matahari mulai terbenam, Alger mengambil tanganku dan membawaku ke sebuah tempat yang lebih tinggi di taman tersebut. Dari sana, kami bisa melihat pemandangan kota yang indah.
"Alger, aku sangat bahagia saat ini," kataku, sambil melihat kepadanya.
"Aku juga, Cathrine," jawab Alger, sambil tersenyum. "Aku sangat bahagia karena aku telah menemukan cinta sejatiku."
Aku merasa sedikit terharu, tapi juga bahagia. Aku melihat kepadanya dan menyadari bahwa aku juga telah menemukan cinta sejatiku.
Saat itu, Alger mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Cathrine, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku ingin menikahimu dan memiliki anak-anak bersamamu."
Aku merasa sedikit terkejut, tapi juga bahagia. Aku melihat kepadanya dan berkata, "Alger, aku juga ingin menikahimu dan memiliki anak-anak bersamamu."
Alger kemudian tersenyum dan berlutut di depanku. "Cathrine, aku cinta padamu. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Aku merasa sedikit terharu, tapi juga bahagia. Aku melihat kepadanya dan berkata, "Alger, aku juga cinta padamu. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Saat itu, Alger mengambil cincin yang telah dipasang di jariku dan memasangnya kembali dengan lebih kuat. "Cathrine, aku janji akan selalu mencintaimu dan melindungimu."
Aku merasa sedikit terharu, tapi juga bahagia. Aku melihat kepadanya dan berkata, "Alger, aku juga janji akan selalu mencintaimu dan mendukungmu."
Saat itu, kami berdua berpelukan dan menikmati suasana yang indah di taman tersebut. Aku merasa sangat bahagia dan puas dengan kehidupan baruku.
Dan begitulah, aku dan Alger akhirnya menemukan kebahagiaan yang sebenarnya bersama-sama. Kami berdua hidup bahagia selamanya, dengan cinta yang kuat dan tak terpisahkan.
END
****************
TERIMAKASIH TELAH MEMBACANYA SEMOGA KALIAN TERHIBUR, JIKA ADA KEKURANGAN BOLEH KASIH SARAN KEPADA SAYA.