Hujan Deras di Atas Kota Noeulwon
Malam itu, hujan deras mengguyur kota Noeulwon, sebuah kota metropolitan yang penuh dengan gemerlap sekaligus kelamnya rahasia. Di atas salah satu gedung tinggi, seorang wanita berdiri terpojok. Di sekitarnya, intelijen kepolisian Noeulwon dan pasukan militer bersenjata lengkap telah mengepungnya. Tidak ada ruang untuk melarikan diri. Wanita itu adalah Yoon, peretas legendaris yang berhasil membobol dokumen-dokumen penting negara, termasuk database pasar gelap internasional. Namun, kali ini ia kalah oleh muslihat seorang peretas kelas dunia yang disewa pemerintah. Jebakan itu membawanya ke posisi ini: tak lagi punya jalan keluar.
Hujan deras mengaburkan pandangan, namun tidak mampu menghapus senyum sinis yang menghiasi wajah Yoon. Ia mengeluarkan alat kendali jarak jauh dari saku jaketnya yang basah. Dengan suara penuh ancaman, ia berkata,
"Aku punya alat untuk meledakkan gedung ini. Dan jika kalian masih ingin mencoba menangkapku, aku juga sudah memasang bom di beberapa titik kota. Satu gerakan salah, semuanya akan hancur."
Para petugas yang mengepungnya saling berpandangan. Tegang, mereka tidak berani bertindak gegabah. Di antara mereka, seorang pria muda, Jihoon Park, melangkah maju. Usianya baru 20 tahun, tetapi dia sudah menjadi seorang jenius investigasi siber, anggota termuda sekaligus yang paling berbakat di tim. Dengan keberanian dan ketenangan, ia berkata,
"Yoon, atau yang lebih dikenal sebagai Blackout. Akhirnya kau terpojok."
Yoon menatapnya tajam, mencoba menebak langkah apa yang direncanakan pemuda ini. Dengan satu tangan, ia mengeluarkan flashdisk hitam metalik dari saku lainnya.
"Ini yang kalian cari, kan? Semua data yang selama ini kalian lindungi."
Namun, sebelum Yoon menyadari, sebuah tembakan senapan sniper melesat dari kejauhan. Peluru itu menembus dada kirinya. Ia terhuyung, darahnya bercampur dengan air hujan yang mengguyur tubuhnya. Pandangannya memudar, tetapi senyum terakhir tetap terukir di wajahnya.
Di ambang kematian, kenangan masa kecilnya menyeruak. Dalam pikirannya, terdengar suara lembut kakaknya,
"Yoon, ayo makan dulu. Jangan main komputer terus."
"Aku akan segera datang, Kak," jawab Yoon kecil, sambil tersenyum ceria.
Namun, kebahagiaan itu hanya kenangan yang terus menghantuinya. Kehilangan sang kakak menjadi luka terdalam yang tidak pernah sembuh. Semua ini, semua yang dia lakukan, hanyalah demi balas dendam.
---
Kehidupan Baru: Yoon yang Bereinkarnasi
Di sebuah rumah sakit, seorang gadis SMA bernama Yerin terbaring lemah. Tubuhnya pucat, kondisinya kritis. Dokter telah menyerah, mengatakan bahwa tidak ada harapan lagi. Di sampingnya, sang ibu terus menggenggam tangannya, berdoa dengan suara yang bergetar menahan isak.
Namun, sebuah keajaiban terjadi. Yerin tiba-tiba membuka matanya.
"Aku... di mana ini? Bukankah aku sudah mati?" gumam Yoon, yang kini berada dalam tubuh gadis itu.
Matanya mengitari ruangan, bingung dengan apa yang terjadi. Ia segera menyadari satu hal: ia telah bereinkarnasi.
"Oh, tubuh ini terlalu lemah... Tapi aku masih hidup. Terima kasih, dewa," pikirnya.
Sang ibu, yang terkejut melihat anaknya sadar, langsung menangis bahagia.
"Yerin, kau sudah bangun! Syukurlah, nak!" serunya sambil memeluk erat tubuh anaknya.
"Aku harus menyesuaikan diri," pikir Yoon dalam hati. "Tubuh ini rapuh. Tapi aku harus menemukan cara untuk hidup kembali."
Tiga hari kemudian, Yerin diperbolehkan pulang. Rumah keluarga Yerin ternyata jauh dari bayangan Yoon—besar, mewah, dan berkelas.
"Rumah ini luar biasa," gumamnya sambil menatap kagum pada interior yang elegan.
Namun, rambut panjang tubuh barunya terasa mengganggu. Ia berdiri di depan cermin, menatap refleksinya.
"Aku harus memotong rambut ini. Aku tidak suka gaya seperti ini. Rambut pendek lebih cocok untukku," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Saat sedang merenung, sebuah pesan masuk ke ponsel Yerin. Pesan itu berbunyi:
"Hei, bodoh. Kapan kau keluar?! Aku bosan menunggumu!"
Yoon mengerutkan kening, membaca pesan yang tidak sopan itu.
"Siapa yang berani berbicara seperti ini padaku?" pikirnya, sambil mengetik balasan dengan nada sinis,
"Hei, siapa kau? Apa kau tidak diajarkan sopan santun?"
Senyumnya berkembang, kali ini penuh rasa percaya diri. Kehidupan barunya mungkin penuh tantangan, tetapi Yoon siap menghadapinya. Dengan akal dan keberanian, dia tahu, dunia ini belum siap untuk kedatangannya kembali.Noeulwon Chronicles: Hacker's Redemption