Orang-orang menyoraki nama seseorang yang sedang menyanyi di atas panggung yang sangat besar. Laki-laki yang memiliki rambut berwarna hitam itu melihat ke arah ratusan ribu penonton yang melihatnya, dia tersenyum lebar menatap para penonton. Tristan Carlos, orang-orang mengenalnya sebagai idola terkenal yang mendunia. Banyak orang yang mengagumi Carlos, semua orang tahu nama itu.
“Carlos! Itu sempurna! Kau melakukannya dengan baik.” Teman Carlos yang bernama Jeevan menghampirinya dan memberikannya minuman. Carlos berterima kasih dan meminum minuman yang diberikan Jeevan, Carlos sangat lelah sekarang. Mata Carlos melirik meja yang terdapat boneka kucing berwarna putih, Oranye dan hitam, terdapat juga sebuah buku yang sangat berarti bagi Carlos.
“Apa kau akan bolos kuliah? Kita ada kelas malam ini kalau kau lupa. Melihat kondisimu yang seperti ini, sepertinya kau akan tumbang kapan pun.” ujar Jeevan mengingatkan Carlos. Carlos kembali melihat Jeevan, dia tertawa kecil mendengar ucapan Jeevan.
“Tentu saja, aku ini sangat kuat.” balas Carlos percaya diri yang membuat Jeevan terkekeh geli. Setelah istirahat sejenak, Carlos dan Jeevan keluar dari tempat itu dengan Carlos yang memakai topi dan masker agar terhindar dari keributan. Mereka berdua pergi ke tempat makan terdekat untuk mengisi perut mereka.
Carlos pergi ke tempat makan dengan sedikit bermain-main menggunakan skateboard, sedangkan Jeevan berjalan kaki di belakang Carlos sambil tertawa melihat kekonyolan Carlos menggunakan skateboard. Dan tanpa sengaja, Carlos melewati dua orang yang membuat Carlos tertegun. Satu pria berkacamata dengan jas rapi, dan satu lagi pria dengan pakaian kasual yang sedang menggambar sesuatu.
Mereka adalah teman SMA Carlos yang sudah menjadi seorang pemimpin perusahaan dan seorang desainer terkenal. Dua orang itu melirik Carlos, mereka bertiga saling melirik dengan Carlos yang melewati mereka. Kedua orang itu tersenyum yang dibalas senyumnya juga oleh Carlos walaupun tertutup masker.
Mereka berdua adalah bagian masa lalu Tristan Carlos yang tersisa, masa lalu yang sangat menyakitkan bagi Carlos dan yang lain. Sebuah tragedi di SMA yang membuat mereka tidak bisa melupakannya. Satu orang koma, 4 orang hidup normal dengan pekerjaan masing-masing, satu orang di penjara, dan yang lainnya sudah mati.
Carlos ingin melupakan semua kenangan menyakitkan itu, tapi tidak bisa. Kenangan berharga sekaligus menyakitkan itu sangat berdampak pada kehidupan Carlos. Rangkulan tangan dari Jeevan memutus lamunan Carlos, mereka makan terlebih dahulu di sebuah kedai makan sederhana sebelum ke kampus. Carlos memegang lehernya yang terdapat dua kalung, kalung yang tidak akan pernah Carlos lepaskan.
“Nah, kau lulus di SMA terbaik. Bagaimana dengan kehidupanmu di SMA?” tanya Jeevan penasaran tentang kehidupan SMA Carlos. Carlos tersenyum simpul, “tidak ada yang spesial, kok. Sama seperti kehidupan anak SMA biasa.” balas Carlos yang membuat Jeevan menatapnya tidak percaya.
“Aku tidak akan percaya itu. Lagi pula, dari yang kudengar gedung sekolahnya di pindahkan.” ucap Jeevan sambil memutar bola matanya malas. Tidak akan ada yang percaya dengan ucapan Carlos, tidak mungkin ada kehidupan biasa di SMA yang ditargetkan semua orang dan kampus-kampus terkenal. Carlos adalah lulusan SMA terbaik didunia, SMA yang saat lulus semua murid bisa mendapatkan beasiswa luar negeri ataupun dalam negeri.
“Aku memiliki banyak teman, entah mungkin itu benar teman. Mereka sangat tidak normal yang entah kenapa bisa membuatku nyaman, dan mereka adalah murid yang sangat pintar. Aku pernah menyukai seorang gadis yang sekolah di sana sebagai murid termuda, dan aku juga pernah memiliki sahabat kecil yang benar-benar dekat sampai kami SMA.” jelas Carlos memberitahu Jeevan yang mengangkat satu alisnya penasaran.
“Lalu, lalu?” tanya Jeevan yang berada di tingkat penasaran tinggi. Carlos tersenyum jahil, “rahasia.” balasnya dengan telunjuk di bibirnya. Jeevan mendelik kesal, kalau Carlos bukan temannya mungkin Jeevan sudah melempar bola bisbol ke wajah Carlos yang menyebalkan itu. Carlos tidak mau memberitahu semuanya, itu hanya akan membuat hati Carlos sakit bahkan untuk mengingatnya dengan jelas.
Carlos memang memiliki satu sahabat yang sangat berarti bagi Carlos, namanya adalah Keenan Nelson. Teman-teman Carlos dulu memang tidak normal semua, Keenan bahkan memiliki kemampuan mengingat yang luar biasa. Tapi, Keenan sudah meninggal pada saat dia berada di kelas 2 bersamaan dengan teman Carlos yang lain mati. Carlos masih mengingat dengan jelas saat dia menatap kosong ruang UGD dengan air mata yang mengalir, di ruangan itu terdapat seorang gadis yang sangat Carlos sukai sudah berbaring tanpa nyawa.
Carlos masih mengingatnya dengan jelas. Saat itu, dia yang sedang melakukan pelatihan di luar negeri mendapatkan kabar duka yang membuatnya pulang dengan cepat. Carlos mengingat jelas saat dia memeluk erat tubuh tanpa nyawa yang masih mengeluarkan banyak darah, gadis yang dia sukai mati karena tusukan benda tajam di perutnya oleh teman kelasnya sendiri. Dan Carlos mengalami hal menyakitkan itu dua kali, Keenan mati tenggelam di kolam renang sekolah dengan rantai di kakinya, teriakan Carlos terdengar di sekolah pada saat itu.
Semua tragedi sekolah yang menimpa dirinya dan teman-temannya itu sangat mengerikan, Carlos tidak bisa melupakan kenangan itu. Kenangan indah tapi sangat buruk juga. Tapi, Carlos harus tetap kuat menerima kehidupan dengan luka masa lalu yang masih ada sampai saat ini di hatinya.
“Carlos, kau melamun lagi? Sepertinya kau benar-benar kelelahan, sebaiknya kau izin tidak masuk kelas hari ini.” Jeevan menyadarkan Carlos yang melamun lagi, tapi Carlos langsung menolak untuk izin kelas dan berkata kalau dia baik-baik saja.
“Sebaiknya kita ke kampus sekarang, sepertinya yang lainnya sudah menunggu di lapangan.” ucap Carlos sambil memeriksa handphonenya yang diangguki Jeevan. Mereka pergi menuju kampus menggunakan taksi setelah membayar makanan mereka, dan sesampainya di kampus mereka langsung berjalan ke lapangan.
“Lihat, mereka datang juga.” ujar seseorang sambil menunjuk Jeevan dan Carlos. Di lapangan sudah ada dua orang, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Mereka berempat adalah teman dekat semenjak mulai menjadi mahasiswa walaupun mereka berada di jurusan yang berbeda.
Jeevan mengambil satu bola basket dan mulai bermain basket, dia jago di olahraga dan sangat menyukai olahraga. Satu teman laki-laki yang lain, yang bernama Zeiren ahli dalam banyak bidang. Zeiren sendiri sempat bingung saat memilih jurusan dan pada akhirnya dia memilih jurusan informatika. Yang perempuan bernama Naishley, dia sangat cuek dan dingin tapi menyukai hal yang manis, dari jurusan yang sama dengan Zeiren. Carlos sendiri dari jurusan seni musik, sedangkan Jeevan dari kedokteran.
“Jeevan, aku terkadang berpikir. Kau sangat menyukai olahraga, tapi kenapa kau memilih kedokteran dibanding menjadi atlet?” tanya Zeiren dengan wajah tanpa emosi, Jeevan menghentikan kegiatannya mendengar itu. Jeevan berbalik dan tersenyum cerah, “orang tuaku sangat menginginkan aku menjadi dokter karena ingatanku sangat baik, mereka tidak pernah mengizinkanku menjadi atlet. Sejak kecil, aku selalu dituntut untuk menjadi dokter.” balasnya.
Mata Carlos, Zeiren dan Naishley melebar, mereka tidak pernah menduga jawaban Jeevan. Jadi selama ini Jeevan hidup tanpa mengikuti keinginannya sendiri, dan itu mengingatkan Carlos tentang Keenan. Sama seperti Zeiren, Naishley dan Jeevan, mereka semua sangat mirip dengan teman SMA Carlos.
Tanpa sadar, mata Carlos memanas dan berkaca-kaca. Sebelum teman-temannya menyadari itu, Carlos dengan cepat mengucek matanya dan berakting seolah dia mengantuk. “Teman-teman, aku ke kamar mandi dulu untuk mencuci muka agar tidak tertidur saat kelas nanti, ya.” ucap Carlos sambil berbalik untuk pergi.
“Ya, ya, ya. Idola terkenal kita kelelahan, nih?” tanya Naishley dengan seringai kecil. Jeevan tertawa kecil, sedangkan Zeiren hanya menatap kosong punggung Carlos yang perlahan menjauh. Sebenarnya Zeiren cukup peka untuk menyadari perubahan kecil Carlos.
Di toilet, Carlos bercermin menatap dirinya sendiri. Satu tetes air mata turun membasahi pipinya disusul tetesan air mata yang lain. Dadanya sangat sakit, Carlos selalu mengingat teman-temannya yang dulu saat melihat teman-temannya yang sekarang. Carlos tidak bisa melupakan mereka semua, luka masa lalu itu begitu membekas dan mempengaruhi hidup Carlos.
Tangan Carlos mengusap air matanya dengan kasar, “laki-laki tidak boleh cengeng..” ucap Carlos dengan pandangan kosong menatap dirinya dicermin. Tapi tidak bisa, air mata itu terus-terusan mengalir dengan jelas, Carlos menggigit bibirnya untuk menahan isak tangis yang akan keluar kapan saja.
Carlos melihat kalung yang terpasang rapi di lehernya, dia menggenggam kalung itu dan mengecupnya pelan. Bahunya bergetar dan Carlos menutup matanya untuk menghentikan air mata yang terus mengalir. Luka masa lalunya itu sangat membuat Carlos terpuruk, dia tidak bisa melupakan itu.
“Aku merindukan kalian.. Kalian benar-benar berhasil mengacaukan perasaanku. Aizen, kau sangat mirip dengan Zeiren yang tatapannya kosong dan menguasai banyak bidang. Keenan, kau sangat mirip dengan Jeevan di mana kau sangat menyukai olahraga tapi dituntut untuk menjadi dokter. Caroline.. Kau muncul lagi dihadapkanku setelah meninggalkanku saat aku sedang pelatihan? Kau muncul kembali sebagai Naishley?” Carlos terus terusan bergumam, dia benar-benar merindukan mereka semua.
Carlos mencuci mukanya dan bergegas menemui teman-temannya agar mereka tidak khawatir kalau dia berlama-lama di toilet, Carlos mendekati mereka seolah tidak ada yang terjadi. Carlos hidup normal sebagai idola terkenal dengan luka masa lalu yang selalu Carlos ingat.
Catatan: sebenarnya ini cuplikan ending salah satu karakter dari novel sei.