Tahun 2020 adalah tahun yang sulit untuk seluruh manusia di muka bumi ini. Bagaimana tidak, di tahun 2020 ini awal munculnya sebuah virus yang sangat menggetarkan dunia. Virus tersebut dinamakan COVID-19 karena muncul pada akhir tahun 2019. Dunia tiba-tiba terasa sangat hampa. Begitu juga yang dirasakan oleh sinta, anak rantau yang sedang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Penyebaran informasi virus sangat cepat ke seluruh bagian sisi bumi.
“Penyebaran COVID-19 meningkat, semua kegiatan dilakukan sementara dirumah selama 14 hari”, kata penyiar berita yang sedang melakukan siaran langsung.
Sinta melihat semua media berita yang memberikan informasi yang sama, penyebaran COVID-19 yang sudah tersebar ke seluruh daerah Jakarta.
“Aduh, bagaimana aku bisa bekerja di rumah sedangkan aku tidak memiliki laptop”, keluhnya ketika melihat berita di Televisi.
Tiba-tiba, sinta teringat kedua orangtuanya yang berada di kampung. Sinta segera mengambil handphone dan menelpon kedua orangtuanya.
“Assalamualaikum, Bu. Ini Sinta. Ibu dan Bapak baik-baik saja kan?”, tanya sinta yang khawatir kepada orangtuanya
“Wa’alaikumussalam, Nak. Ibu dan Bapak baik-baik saja. Kenapa suaramu seperti sedang panik?” tanya Ibu kepada Sinta.
“Aku melihat berita Corona sudah ada dimana-mana bu. Aku khawatir Ibu dan Bapak terkena virus Corona” (dengan suara pelan seperti menahan tangis).
“Jangan khawatir, Sinta. Alhamdulilah Ibu dan Bapak sehat. Justru Bapak dan Ibu khawatir denganmu. Kamu sendiri di Jakarta. Jaga kesehatan ya, Nak! Jangan telat makan! Jangan lupa minum vitaminnya! Kalau kamu sakit, tidak ada orang yang merawatmu”. (Ibu memberikan nasehat dengan nada suara lembut).
“Siap, Ibu negara. Sinta akan melakukan semua perintah Ibu negara hehehe”, Sinta membalas dengan santai agar Ibu tidak semakin khawatir dengannya.
“Sehat selalu ya anak Ibu yang cantik”
“Siap Ibu. Sudah dulu ya, Bu. Sinta ingin mandi dan segera solat Ashar. Sinta sayang Ibu. Assalamualaikum.”
“Ibu juga sayang kamu, Nak. Wa’alaikumussalam”.
Sinta mengakhiri percakapan telepon dengan Ibunya, lalu segera bersiap untuk mandi kemudian solat. Sinta memohon doa kepada Allah seusai sholat.
“Ya Allah, Aku mohon permudahkanlah urusanku. Engkau Maha Penolong dan Maha Pengasih dan Penyayang. Kuatkanlah aku dan lindungilah aku dan orangtuaku. Aku percaya Engkau selalu bersamaku”.
“Ting....Ting”, suara notifikasi handphone yang menandakan pesan masuk.
Sinta merapikan mukena seusai berdoa dan segera membuka handphone untuk membaca pesan yang masuk.
“Selama pekerjaan dilakukan dirumah masing-masing, maka fasilitas kantor berupa laptop dapat dibawa pulang ke rumah. Mohon para karyawan mengirim alamat tempat tinggal untuk dikirimkan laptopnya”.
Pesan dari tempat sinta bekerja yang memberikan informasi. Sinta merasa senang mengetahui hal tersebut, seakan allah menjawab doanya dengan waktu yang singkat.
“ Alhamdulilah, Masya Allah. Terimakasih Ya Allah, Engkau telah mengabulkan doaku”.
Berawal dari 14 hari bekerja dari rumah namun berlanjut menjadi berbulan-bulan. Virus Corona semakin menyebar ke semua daerah, korban semakin banyak dari hari ke hari. Tiga bulan telah berlalu, keadaan sulit menjadi aman. Semua orang diharuskan dirumah saja dikarenakan akan terpapar virus jika terlalu lama berada di luar rumah.
Sinta membaca berita online melalui telepon selulernya.
“COVID-19 mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan hingga memutuskan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam skala besar”
Sinta terkejut dengan perasaan cemas mengetahui berita terkini tersebut, seperti kegelisahan yang selalu menghantuinya setiap hari. Sinta merasa takut jika dirinya termasuk dalam nama-nama karyawan yang akan di PHK oleh perusahaan. Pada akhirnya, ketakutan itu terjadi. Sinta mendapatkan surat yang dikirim oleh perusahaanya. Sinta segera membaca surat tersebut.
Sinta membacanya dengan air mata yang membasahi pipinya.
“Ya Allah, Aku di PHK. Bagaimana aku bisa mendapatkan uang untuk biaya hidupku. Bagaimana jika orangtuaku tahu jika aku sudah tidak bekerja lagi. Ya Allah, ini sangat berat untukku. Mengapa Engkau mengujiku dengan cobaan yang sulit untukku?” (sinta tidak bisa menahan air matanya yang jatuh dengan hidung yang memerah).
Sinta tidak menyerah. Keesokan harinya, sinta mencari lowongan pekerjaan melalui koran maupun media sosial. Sinta yakin pasti bisa mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik dengan cepat.
Tiba-tiba handphonenya berdering. Ternyata Ibu menelponnya.
“Halo Nak, Apa kabar ? Mengapa kamu sudah seminggu tidak menelpon, Ibu? Apakah kamu sakit?”, tanya Ibu yang begitu khawatir.
“Aku baik-baik saja, Bu. Maaf Bu, sinta tidak menelpon Ibu karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan”.
Sinta berbohong kepada Ibunya. Sinta tidak bisa memberitahukan Ibunya bahwa saat ini menganggur dan sedang sibuk mencari pekerjaan baru.
“Apakah lebaran nanti, kamu pulang ke sini, Nak? Ibu dan Bapak sangat rindu kepadamu? Kamu sudah setahun tidak menengok ke kampung halamanmu?”, pinta Ibunya.
“Semoga saja keadaan semakin membaik, Bu. Sinta tidak bisa pulang jika Corona semakin parah karena pemerintah akan melarang siapapun untuk mudik”. Aku juga sangat rindu sama Ibu dan Bapak, aku ingin segera bertemu kalian. Semoga kita bisa berkumpul kembali di hari lebaran”
“Iya, Nak. Jaga kesehatanmu ya, Nak. Ibu tutup teleponnya ya, Assalamualaikum."
“Wa’alaikumussam, Siap Bu”.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah memasuki tahun 2021. Sinta sudah menganggur selama 3 bulan. Sinta selalu mengirim CV ke banyak perusahaan dengan harapan segera mendapat panggilan interview.
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone sinta.
“Kepada saudara sinta diharapkan datang untuk interview di perusahaan kami pada pukul 09.00. Diharapkan datang tepat waktu dengan pakaian hitam putih”. (Pesan dari salah satu perusahaan yang dilamarnya.
Sinta merasakan sangat bahagia karena akhirnya ada harapan untuk dapat pekerjaan baru.
“Alhamdulilah, Ya Allah. Semoga interview berjalan lancar. Aku harus semangat!”.
Keesokan harinya, sinta datang ke salah satu perusahaan untuk interview. Sinta diberitahukan bahwa hasilnya akan dikabarkan minggu depan. Sinta menunggu dengan sabar dan juga selalu berdoa agar hasilnya baik.
Pada siang hari, ketika sinta sedang bersantai dengan menikmati makanan ringan dengan segelas kopi. Tiba-tiba, handphonenya berdering.
“Halo, selamat siang. Apakah benar saya berbicara dengan saudara Sinta?”, tanya seseorang yang belum diketahui asalnya.
“Iya, benar. Saya sinta. Maaf, ini siapa ya?”
“Saya bagian personalia ingin memberitahukan berdasarkan interview yang saudara minggu lakukan, perusahaan meminta saudara untuk segera bergabung dan dapat mulai bekerja pada esok hari”.
“Alhamdulilah ya allah. Terimakasih atas informasinya. Baik, saya akan datang besok pagi”.
“Baik, Bu. Sekian. Selamat Siang”.
“Siang, Bu”.
Sebuah kabar yang sangat membahagiaan. Setelah sabar menanti pada akhirnya Sinta mendapatkan pekerjaan baru. Menjalani awal tahun dengan penuh semangat dan senyuman. Beberapa bulan berlalu, Sinta terlihat begitu nyaman dan menikmati pekerjaannya. Akhirnya. Libur lebaran telah tiba. Sinta mendapat waktu liburan selama satu minggu. Sungguh kesempatan yang sangat bagus untuk dinikmati bersama keluarga. Sinta memutuskan pulang ke kampung halaman namun tidak memberitahukan kepada orangtuanya terlebih dahulu.
“Aku ingin memberikan kejutan untuk orangtuaku. Aku pulang kampung tetapi aku tidak akan memberitahu Ibu. Aku ingin melihat raut wajah orangtuaku ketika melihatku tiba-tiba sudah berada di depan rumah” (dengan nada sangat bahagia).
Sinta pulang ke kampung halaman dengan kereta. Sinta berangkat pukul 10.00 WIB. Sinta akan tiba pada pukul 15.00 WIB. Akhirnya, sinta sampai di kampung halaman. Terlihat dari kejauhan, Ibu sedang menyapu halaman. Sinta segera menghampirinya.
“Ibu.....”(Sinta memanggil Ibunya dan berlari dengan cepat kemudian memeluk Ibunya)
“sinta. Kamu datang tidak memberitahu Ibu dulu, Nak. Ibu tidak menyangka kamu bisa datang”
“Aku ingin memberikan kejutan untuk Ibu dan Bapak. Oh iya Bu, Bapak dimana ya?
“Bapak sedang di kamar. Ayo masuk, Nak”
“Bapak... Bapak.... anakmu yang cantik ini pulang Pak” (sinta berteriak memanggil bapaknya dengan penuh bahagia”.
“Wahh... anak bapak yang hebat ini akhirnya pulang juga”, sambut Bapak yang bahagia dan menatap anaknya dengan penuh bangga.
“Akhirnya, aku bisa berkumpul dengan Bapak dan Ibu. Aku sangat rindu dengan kalian dan tentunya masakan Ibu. Aku akan merayakan lebaran di sini”
Sinta terus memeluk Bapak dan Ibu. Sinta melepas rindu yang sudah lama ditahan. Sinta tidak menyangka dengan proses yang telah dilalui. Virus COVID-19 membuat sinta menjadi wanita kuat dan tangguh yang mampu berjuang sendiri di kota perantauan. Kini, Sinta mempunyai penghasilan yang sangat cukup dan juga dapat membelikan apapun yang dibutuhkan orangtuanya. Sinta terus bersyukur dengan nikmat yang allah berikan kepadanya. Sinta menyadari bahwa kesabaran dan perjuangan yang disertai doa orangtua mengantarkannya pada kehidupan yang sangat indah. Sinta terus bersyukur dengan nikmat yang allah berikan kepadanya.
-Selesai-
Terimakasih sudah membaca cerpenku hari ini
Sampai jumpa kembali
Di cerpen berikutnya
Salam hormat,
Shasa Choerunnisa