'Tok,tok,tok...' Suara pintu diketuk. Ini sudah kali ketiga. Ratih kesal, dia berpikiran kalau Mia teman seperjalanan yang sedang mengisengi. Oleh karena pikiran tersebut dia pun ogah beranjak membukakan pintu, ia malah lebih memilih untuk melemparkan tubuhnya ke peraduan.
Gak berselang semenit, suara ketukan di pintu kembali terdengar. Ratih pun tetap bersikukuh menolak, bergerak memiringkan tubuhnya, menutup telinga dengan bantal. Tak berselang lama ketukan di pintu pun berhenti.
Ratih bisa berpikiran seperti itu, iya gak heran. Soalnya kemarin malam, memang Mia mengisenginya, meski bukan pintu yang diketuk, melainkan jendela kamarnya. Ratih sempat semaput, siapa juga yang tengah malam iseng mengetuki jendela kamar, kalau bukan orang pastilah... Tak pelak Ratih pun berlari sembunyi, mengunci diri di kamar mandi, hingga ia ketiduran disitu.
Sampai keesokan pagi, karena pintu kamar mandi yang dikunci dari dalam, pintu pun harus kena dobrak. Orang-orang kaget mendapati Ratih yang rebah tersandar di bak mandi. Orang-orang pun sempat berpikiran kalau Ratih jatuh terpeleset kemudian tak sadarkan diri, itu sebabnya ia tidak mendengar teriakkan orang dari luar. Padahal Ratih sedang tertidur dengan pulas-pulasnya... Ini terbukti dari ngoroknya yang terdengar berselang kemudian.
Karuan Ratih kena guyur air seember, yang kena guyur sontak megap-megap tak karuan. Setelah Ratih terlihat tenang, orang yang mengguyur pun bertanya kenapa ia bertingkah seperti itu. Ratih pun bercerita perihal kejadian yang dialaminya semalam. Di situ ada Mia, yang sambil terkekeh akhirnya mengakui kalau perbuatan itu adalah ulahnya.
Bilangnya, entah kenapa malam itu tangannya gatal pengen ngerjain, padahal sebelum berangkat ia sudah diperingatkan untuk tidak bertingkah usil seperti itu. Tapi kenapa juga mesti Ratih yang kena kerjai!?
Iya, menurut sepengetahuan Mia dari antara mereka, sesungguhnya Ratihlah yang paling penakut. Tapi kok iya Ratih dengan begitu beraninya minta kamar sendiri, sementara yang lain pada tidur berdua, karuan hal tersebut menggelitik pikiran Mia.
Alhasil Mia kena hukum, selagi yang lain sarapan pagi, Mia diharuskan untuk merapikan semua kamar yang mereka tumpangi: dari lantai, ranjang, sampai kamar mandi; tak pelak hal tersebut membuat si petugas kebersihan bisa duduk-duduk santai di halaman depan.
Oh, iya hampir saja lupa untuk diceritakan, kalau saat ini Ratih dan teman-temannya hendak melaksanakan tugas KKN di salah satu pelosok desa, mereka berjumlah sebelas orang.
Mereka menginap di satu rumah penginapan yang jaraknya seratuslimapuluh km dari tempat mereka kelak melakukan KKN. Di penginapan tersebut mereka hanya menginap untuk sementara waktu, kurang lebih selama dua hari, itu juga kalau tidak ada halangan.
Katanya, oleh karena medan yang sangat-sangat terjal dan berliku suka gak suka mereka pun harus menunggu tumpangan yang akan datang untuk menjemput mereka ke desa tersebut. Soalnya bus yang telah mereka tumpangi dari kota tak punya kemampuan untuk melewati medan yang menantang seperti itu, katanya, mesinnya gak cukup beringas untuk melawan medan yang menantang seperti itu.
Katanya, mereka boleh menginap gratis di tempat itu, tapi benarkah demikian!? Emangnya masih ada yang gratis di republik ini!?
"Mi, kemarin malam loe ngerjai gue lagi kan!?"
"Ngerjai loe!? Ngerjai apa maksud loe!?Loe kali yang ngerjai gue!? Mau ngeles loe iya, iyakan!?"
"Ngerjai apa maksud loe!?"
"Jalan-jalan di atas genteng kamar kita. Iya, kan, Des!?"
"Loe kata si Ratih kucing apa!? Tapi benar, Rat, semalam di atas kamar kita kayak ada yang nginjek-nginjek gentengnya gitu."
"Kalau bukan loe!? Siapa dong!?"
"Terus kalo bukan loe!? Siapa!?"
"Loe gak denger omongan si Desi barusan. Loe kata gue kucing apa nginjek-nginjek genteng kamar loe!?"
"Terus loe pikir gue..."
"Eh, ada apa ini kok pada ribut!?"
"Ini, Tedd, si Mia ngulah lagi. Tengah malam pintu kamar gue diketuk-ketuk."
"Iya,Mi!?"
"Boro-boro gue berani keluar. Lha, genteng kamar kita pada diinjek-injek."
"Genteng kamar loe diinjek-injek!?"
"Iya, kak Tedd, genteng kamar kita ada yang nginjek-nginjek."
"Kok kita gak kedengaran kamar kita kan bersebelahan!?"
"Mana gue tahu kali aja loe sama si Ronni lagi nonton film bokep!?"
"Eh, nonton bokep kepala loe! Nah, listrik dikamar kita pada mati!"
"Listrik di kamar loe mati gimana, Ron!? Listrik di kamar kita juga gak kenapa-kenapa. Iya, kan, Des!?"
"Iya! Di kamar loe gimana, Rat!?"
"Gak kenapa-kenapa."
"Tuh!"
"Terus... Kenapa listrik kita mati iya, Tedd!?"
"Token loe habis kali,"
"Loe kata rumah sewa apa!?"
"Sab, kemarin malam kamar loe aman kagak!?"
"Gue, sih rasanya aman. Tapi si Gadis kayak dengar suara orang ngendus-ngendus gitu!"
"Bener, Dis, loe dengar suara ngendus-ngendus gitu!?"
"Iya, Tedd. Apa jangan-jangan itu suara babi ngepet ya!?"
"Kalo loe, Dit!?"
"Gue sama Bowo kayak dengar suara orang lagi beginian."
"Beginian!? Beginian apa maksud loe!?"
"Masak loe gak paham!? Iya, kan, Mr. Bowo."
"Ah, jangan berlagak loe, Tedd, kita kan sudah sama-sama dewasa. Bukan begitu Sabrina!?"
"Maksud loe, gue sama Teddy begituan!? Gue pikir gue gak punya otak apa!? Gue, pacaran iya pacaran, tapi gue juga masih punya moral. Lebih-lebih gue masih pikirin masa depan."
"Kali aja loe khilaf soalnya kan dingin. Bagaimana menurut Mr. Dito!?"
"Terus kalo bukan loe siapa dong!?"
"Otak loe berdua kali pada kagak beres!"
"Sumpah pocong berani dah!"
Seketika saja ruang makan itu pun mendadak hening. Kesebelas orang tersebut pun saling beradu pandang satu dengan yang lain, kemudian jatuh dalam lamunan masing-masing. Sampai terdengar tiga kali suara orang yang mendehem, aksi diam mereka pun tersudahi. "Kok sarapannya belum dimakan!?
Kesebelas orang tersebut tersentak kaget bukan kepalang. Gimana tidak, sarapan pagi yang jelas-jelas adalah sepiring nasi goreng dan telur ceplok kok iya bisa-bisanya berubah menjadi sepiring belatung plus cacing-cacing merah darah yang meliuk-liuk kesana-kemari.