Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan pegunungan, tiga sahabat yaitu Raka, Yudi, dan Farah.Mereka selalu bermain layang-layang di lapangan setiap sore. Lapangan itu luas, berbatasan dengan hutan kecil di ujungnya, dan menjadi tempat favorit anak-anak desa untuk bermain.
Sore ini, langit biru cerah dengan awan-awan putih yang berarak pelan. Raka membawa layangan barunya yang ia sebut "Garuda Terbang." Layangan itu cukup besar, berwarna merah dan kuning dengan motif burung garuda di tengahnya. Yudi membawa benang khusus yang ia beli di pasar, sementara Farah sibuk membawa cemilan untuk mereka bertiga.
"Kalau layanganku menang hari ini, kalian harus traktir aku es kelapa!" seru Raka penuh percaya diri.
"Hah, yakin? Layanganku, si 'Elang Perkasa', nggak pernah kalah!" balas Yudi sambil menunjukkan layangan birunya.
"Sudahlah, yang penting kita bersenang-senang!" Farah tersenyum, mencoba meredam persaingan di antara mereka.
Ketiganya mulai menerbangkan layang-layang mereka. Angin di lapangan cukup kencang, membuat layangan cepat naik ke udara. Layangan Garuda Terbang milik Raka memimpin, diikuti oleh Elang Perkasa milik Yudi, sementara layangan Farah yang diberi nama "Pelangi Kecil" tampak berjuang di bawah.
Namun, tiba-tiba angin bertiup lebih kencang. Benang Garuda Terbang terputus dan layangan itu terbawa angin, melayang jauh hingga masuk ke hutan kecil di ujung lapangan.
"Layanganku!" seru Raka panik. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju hutan, diikuti oleh Yudi dan Farah.
"Raka, tunggu! Itu sudah masuk ke area hutan. Bahaya kalau masuk terlalu jauh!" teriak Farah.
"Tapi itu layangan baru! Aku nggak mau layangannya hilangan!" balas Raka sambil terus berlari.
Ketiganya akhirnya sampai di pinggir hutan. Suara burung dan gemerisik dedaunan terdengar di sekitar mereka. Dengan hati-hati, mereka melangkah masuk, mencari-cari layangan yang tersangkut di salah satu dahan pohon.
"Di sana!" Yudi menunjuk ke arah pohon tinggi di tengah hutan. Layangan Garuda Terbang tersangkut di cabang tertinggi.
"Tapi gimana cara ngambilnya?" Farah bertanya cemas.
Raka mencoba memanjat pohon itu, namun dahan-dahan yang kecil dan rapuh membuatnya sulit mencapai puncak.
"Ini berbahaya. Kita harus cari ide lain," ujar Yudi.
Farah tiba-tiba mendapat ide. "Kita pakai tali dari benang layang-layangku untuk menjangkau ranting itu!"
Mereka mengikatkan batu kecil pada ujung benang Farah, lalu melemparkannya ke arah cabang ranting tempat layangannya tersangkut. Setelah beberapa kali percobaan, mereka berhasil menarik layangan itu turun.
Raka memegang Garuda Terbang dengan penuh rasa lega. "Terima kasih, teman-teman. Tanpa kalian, layangan ini pasti hilang."
"Kita ini tim. Apa pun masalahnya, kita selesaikan bersama," jawab Farah sambil tersenyum.
Ketiganya berjalan kembali ke lapangan dengan tawa riang.
Di bawah langit senja yang indah, mereka duduk di pinggir lapangan, menikmati camilan yang dibawa Farah sambil menatap layangan-layangan lain yang masih terbang.
"Ayo, besok kita buat layangan yang lebih besar dan lebih kuat," kata Yudi penuh semangat.
"Setuju!" Raka dan Farah menjawab serempak.