Ditengah dingin dan gelapnya malam, seorang pria bersandar di sebuah bangku dekat lampu jalan. Menatap keatas langit yang bersinar terang karena cahaya bulan dan bintang.
Dia menunduk, air mata menetes satu persatu dari matanya. Hatinya seakan-akan telah mati, semangat hidup yang biasanya selalu dia perlihatkan dengan senyum ceria kini telah sirna.
Pria itu mengusap air matanya, memperlihatkan sebuah senyuman indah. Terlihat nyata namun senyum itu jelas senyum palsu. Kenyataan yang telah dia terima membuat dirinya ingin bunuh diri.
Namun dia tahu, bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalahnya. Dia berdiri, menatap lurus kedepan, menyusuri jalan raya hanya untuk kembali kerumah kecilnya.
Pagi pun tiba, pria semalam yang dikenal dengan nama Zidan itu terlihat keluar dari rumahnya. Dengan secangkir kopi ditangan dan sebatang rokok.
Dia duduk dikursi halaman rumahnya, menghirup udara pagi yang begitu menyegarkan. Zidan meneguk kopinya, menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya. Tatapannya kosong, pikirannya kembali dengan masa lalu.
"Akan lebih baik aku mati saat itu! Sungguh sangat menyakitkan jika terus hidup seperti ini! "