"Bang, bangun bang " kata Aska.
Zahran membuka matanya. "Bang kenapa lo tiduran di depan pintu kamar?"
Melihat pulpen di tangannya dan masih merasakan aura tempat itu. Merasa ada yang aneh pada dirinya Zahran tidak menjawab pertanyaan Aska. Ia mencari wanita yang bersamanya di tempat aneh itu.
"Mau ke mana bang?" jawab Aska mengikuti Zahran, melihat wanita yang berdiri menatap jendela dengan tenang. Zahran mendekat dengan nada sedikit marah namun penasaran.
"Siapa kau sebenarnya?" wanita itu menoleh datar.
"Kenapa kau bawa aku ke sana? Jelaskan!" katanya tegas, Aska mengernyit.
"Apa yang aku lihat itu benar? aku benar-benar tidak mengerti"
Wanita itu masih terdiam tanpa ekspresi. "Tolong jelaskan" teriaknya.
"Eh bang, tenang" sahut Aska menenangkan Zahran, tidak biasa Zahran bersikap seperti itu.
Zahran terus meminta penjelasan dari wanita itu. Meski ia tidak begitu mengerti apa yang ada dalam otaknya, ia tiba-tiba ingin tahu kebenarannya. Mungkin itu hanya mimpi, tetapi Zahran ingat dengan jelas bahwa sebelum ia pingsan ia tidak sengaja menyentuh jari wanita itu.
"Sara" wanita itu angkat bicara.
Mendengar nama itu Zahran menatapnya dengan rasa ingin tahu. Menatap keluar jendela "Namaku Zee, penyihir level 1 di laboratorium yang kau jelajahi dalam ilusimu tadi" lanjutnya.
Wanita itu adalah salah satu manusia percobaan yang berhasil dengan sempurna di perusahaan Z A dan juga berhasil melarikan diri. Banyak saksi, percobaan pembunuhan, manusia percobaan lain yang terkunci di sel bawah tanah.
Dan saat Zahran melihat semua isi sel itu ia melihat Sara mantan kekasihnya yang telah hilang selama enam tahun. Pulpen yang dipegangnya sekarang adalah salah satu hadiah dari dia sebelumnya.
"Ajak aku ke sana" ajaknya, Zee menggelengkan kepalanya "Sara akan segera pulang. Kita tinggal menunggu hujan turun saja" melihat langit mendung di luar.
Pemimpin perusahaan Z A sangat menyukai hujan, maka dari itu ia akan melakukan apapun saat hujan turun. "Aku tidak sabar lagi, aku akan menjemputnya, tolong tunjukkan jalannya".
Zee terdiam dan tidak menjawab. Zahran mengambil jaketnya dari dalam kamar dan memberikan sebuah payung kepada Zee. "Tolong antarkan aku".
"Bang, lo mau ke mana hujan-hujan begini?"
"Diamlah di sini saja, aku akan menjelaskannya setelah semuanya selesai" Zahran menatap wanita itu yang masih terdiam.
"Zahran" menunjuk ke arah jendela. Di sana Zahran melihat segerombolan orang berpakaian serba hitam, menenteng senjata, ia juga melihat Sara yang tidak berdaya, tanpa payung ia kedinginan dan ketakutan di antara barisan para pemburu penyihir.
Ia melangkah di depan pintu namun tiba-tiba tubuhnya tidak bisa bergerak. "Lebih baik kau tunggu di sini, jangan gegabah" sihir yang digunakan oleh Zee benar-benar membuat Zahran tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Melangkah mendekati Zahran dan Zee membuka pintu untuk menghampiri para pemburu penyihir yang ada di luar menyelamatkan Sara.
Zahran menggerakkan matanya, telinganya bisa mendengar. Tanpa menoleh ke arah Zahran "Terima kasih atas segalanya, kau telah menyelamatkan hidupku saat itu" kata datar Zee.
Anehnya saat itu Zahran bisa merasakan perasaan takut dan sakit hati Zee.
"Dan Aska. Dia bukan manusia biasa sepertimu" katanya lalu pergi.
Setelah Zee keluar dari rumah Aska mengendalikan Zahran agar kembali normal. "Apa maksudmu dengan ini, bang?".
"Lo yang bikin gue bisa bergerak lagi kan. Gue nggak pernah tahu kapan lo memiliki keanehan itu tapi tolong lindungi wanita itu! Dia benar-benar terluka" kata Zahran mencoba membuka pintu yang terkunci.
"Apa maksudmu, bang?"
Zahran melotot ke arah Aska, "Jangan pura-pura lagi Aska, lo nggak tahu kenapa gue mau ikut ke sini sama lo padahal akhir-akhir ini gue sibuk banget"
"Itu karena gue merasa lo bukan Aska yang ge kenal" lanjutnya.
Sebelumnya Aska pernah dipindah tugaskan tetapi saat itu dia menghilang selama enam bulan dan kembali dengan aura dan perilaku yang sedikit berbeda. Sejak saat itu Zahran terus mengamati adiknya, Zahran bahkan melihat Aska terjatuh dari tangga dan tidak ada satupun tulangnya yang patah dan dia tidak merasakan sakit apapun.
Menunjuk ke luar jendela "Aska. Lo kenal mereka kan? Lo kenal mereka? Lo hampir terluka karena mereka?" kata Zahran.
Aska melihat ke luar jendela. "Bang. Gue sama sekali tidak ingat apa yang terjadi saat itu. Tapi saat Lo menyelamatkan wanita itu ingatan gue yang hilang kembali" kata Aska melihat Zee di luar.
***
Hancur total. Semua tanaman di depan rumah terbakar. Mereka terus menembaki tubuh Zee namun banyak juga pemburu yang mati karena kekuatan sihir Zee.
"Kepalanya. Tembak kepalanya" teriak sang pemimpin.
Zee menghampiri mereka dan melindungi kepalanya agar tidak ditembak. Semua pemburu terlempar ke seluruh sudut halaman, darah segar berceceran di air hujan. Zee melawan mereka tanpa mengotori tangannya secara langsung.
Berhasil melindungi Sara. "Masuklah ke dalam rumah, kau akan baik-baik saja di sana" kata Zee datar.
Sara mengangguk, berjalan dan Zee menghentikan semuanya agar Sara tiba dengan selamat di rumah. Jelas saja rumah itu antipeluru dan memiliki perlindungan yang kuat karena memang itulah rencana Aska sejak awal untuk melindungi mereka dari pemburu penyihir itu.
Setelah Sara masuk ke dalam rumah dengan selamat. Zee lengah saat itu ia disuntik sesuatu oleh pemimpin, Zahran dan Aska hanya bisa melihat dari dalam sana.
"Zee" teriak Aska, Zahran hanya terdiam.
Pemimpin itu tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah mereka. Sang ketua mengangkat tubuh Zee dan menutupi wajah Zee agar tidak terkena hujan.
"Aku akan kembali" dengan suaranya yang berat.
Penduduk di sana hanya ilustrasi yang dibuat Aska untuk Zahran bahkan Danilah berasal dari desa sebelah, jadi sebenarnya jarak rumah mereka sangat jauh. Yang Zahran tahu rumah mereka berjarak dekat. Dan di desa itu hanya ada dua rumah yaitu rumah Dokter Nayla dan rumah mereka.
Zahran sungguh tidak mengerti apa maksud Aska sebenarnya. Tapi ia bersyukur karena bisa bertemu kembali dengan kekasihnya itu.
***
Zee mengenakan piyama, ia berbaring di tempat tidur dan tempat yang tidak asing baginya. Napasnya pendek dan kepalanya benar-benar sakit.
"Zee" menoleh ke orang yang memanggil namanya, mendekat dan duduk di samping Zee. "Kenapa kau di sana?" membelai rambut Zee yang gemetar ketakutan dan dia berhasil mengeluarkan air matanya.
"Kau tahu aku sangat merindukanmu, apa yang telah kau lakukan di sana?" tebaknya. "Kau tahu aku sangat mencintaimu," meninju lampu di meja nakas dengan keras.
Zee terkejut tetapi dia harus tetap tenang. Menatap Zee yang duduk dari tidurnya dan kedua tangannya memeluk wajah Zee, menatapnya dengan sangat tajam. "Aku sangat mencintaimu Zee" gerutunya.
Zee tidak bisa menggunakan sihirnya pada orang itu. Karena Jay adalah dokter yang menjadikan Zee salah satu eksperimen yang berhasil dan Jay mengetahui kelemahan lainnya, selain menembakkan peluru ke otak Zee.
Pada saat yang sama Jay adalah suaminya, "Aku mencintaimu Zee, tolong dengarkan aku"
"Itu hanya obsesi Jay, cinta tidak seperti itu" jawab Zee.
Jay tertawa kecil. "Obsesi, obsesi kau selalu mengatakan itu kepada sudah jelas-jelas aku mencintaimu" mereka saling menatap tajam.
Dor.... Dor
Suara tembakan itu terdengar keras di telinga mereka berdua. Zee menangis dan dia juga merasa lega.
Tamat.