Masih terbayang jelas dalam ingatan Chika janji-janji manis yang pernah Lian ucapkan "aku gak akan ninggalin kamu, percayalah hanya kamu yang ada dalam hatiku".
Dulu ia begitu bahagia setiap kali bertemu dengan Lian, semua hal yang mereka lakukan akan menjadi kenangan manis dan melekat dalam ingatan Chika.
Dulu nama Lian begitu bertahta dihatinya bahkan saat mengingat namanya pun dapat membuat hatinya berbunga-bunga.
Namun semua itu kini tinggal kenangan yang terasa begitu pahit dalam ingatan Chika.
Andai saja sore itu ia tidak jalan-jalan ke mall, mungkin sampai saat ini ia masih mendewakan Lian.
Namun Allah begitu menyayanginya hingga Allah menunjukan sebuah kenyataan bahwa Lian bukan hanya miliknya seorang.
Yahhh...sore itu tanpa sengaja Chita melihat Lian sedang jalan berdua dengan sahabatnya, mereka begitu mesra dengan tangan saling bertautan.
Dengan perasan hancur Chita pulang kerumah, ada banyak pertanyaan yang tiba-tiba hadir dalam pikirannya.
Malam itu Lian datang menemui Chika, ia sedikit heran melihat perubahan pada Chika.
"Kamu kenapa yank?"
"Kok muka kamu begitu, abis nangis ya?" selidik Lian.
"Gak apa-apa, tadi cuma kelilipan aja" jawab Chika berbohong.
Walaupun ia merasa geram melihat Lian namun ia harus bertahan, ia bertekad akan mencari tahu ada hubungan apa sebenarnya antara Lian dan Mila sahabat dekatnya.
Malam itu akhirnya mereka hanya duduk manis diteras tanpa jalan keluar rumah seperti biasanya.
Lian yang merasa mood Chika sedang tidak baik akhirnya pamit pulang.
Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu Chika sedikit menjaga jarak dengan Lian maupun Mila.
Hingga suatu hari tanpa sengaja Chika lagi-lagi memergoki Lian dan Mila sedang makan berdua disebuah kedai bakso.
Ingin rasanya ia berbalik arah namun sekuat mungkin ia menahan rasa cemburu dan berusaha biasa saja.
Sementara itu Lian dan Mila sedikit kaku saat melihat Chika.
"Kebetulan mereka udah liat aku, sekalian ajalah duduk bareng mereka" pikir Chika yang masih bersikap biasa saja.
"Haii kebetulan banget ya ketemu disini" ucap Chika basa basi.
"Boleh gabung gak, gak enak juga sih makan sendirian, tapi kalo kalian merasa terganggu aku bisa kok duduk disana" ucap Chika berusaha senatural mungkin.
"Chika, kamu jangan berpikir buruk dulu ya, kita cuma kebetulan doang kok ketemu disini" ucap Mila berusaha menjelaskan.
"Gak apa-apa kok, tapi kok muka kalian kaya pasangan selingkuh yang ketahuan sih, tenang aja aku kesini cuma buat makan bakso kok bukan buat ngelabrak" jawab Chika dengan santai sambil mengaduk bakso yang ada dihadapannya.
"Sayang kok kamu ngomongnya begitu sih" ucap Lian selembut mungkin.
"Sss kalau lagi makan gak boleh ngomong, mending abisin tuh sisa bakso yang ada di mangkok kalian" jawab Chita sambil berusaha menikmati makanan yang ada didepannya.
Sementara itu Mila dan Lian hanya saling tatap entah apa makna dari tatapan itu Chita tidak mau ambil pusing.
Begitu ia selesai makan ia langsung pamit pada Lian dan Mila.
Ia berjalan menuju parkiran "Sayang biar aku antar kamu pulang" pinta Lian
"Gak usah aku bisa kok pulang sendiri, kamu anterin aja si Mila tuh daripada dia naik ojek kasian" jawab Chika yang langsung menstarter motornya dan langsung tancap gas.
Chika sudah beberapa kali melihat kebersamaan mereka dan sejak saat itu ia sedikit menghindar, ia bertekad untuk menjauh dari Lian.
Mungkin sebagian orang berpikir ia bodoh kenapa gak langsung labrak aja si Mila sebenarnya ia pun ingin begitu tapi saat ini ia masih belum mempunyai keberanian untuk melakukan hal itu.
Pov Lian
Lambat laun Lian pun merasa jika beberapa bulan ini Chika sedikit menjauh darinya.
Sebenernya ia merasa begitu bersalah pada Chika karena telah menduakannya namun ia pun tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia juga mempunyai rasa pada Mila.
Egois mungkin kata yang tepat untuknya ia tidak ingin kehilangan Chika namun ia juga tidak bisa jauh dari Mila.
Semua berawal seringnya mereka bertemu dan bercerita hingga akhirnya timbul rasa nyaman.
Ia tau jika berterus terang pada Chika pasti wanita itu tidak akan mau diduakan, makanya ia dan Mila sepakat untuk berhubungan secara diam-diam.
Ternyata benar kata pepatah sebaik-baiknya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga baunya.
Beberapa kali Chika memergokinya sedang jalan berdua dengan Mila namun Lian merasa heran kenapa sikap Chika biasa saja.
Hingga hari itu pun tiba secara tidak sengaja Chika kembali memergokinya yang sedang berada dirumah Mila.
"Wahh kebetulan banget ya kamu ada disini Lian" ucap Chika yang langsung duduk ditengah antara Lian dan Mila.
"Sebenernya udah lama sih aku pengen nanya hal ini sama kalian namun waktu itu aku merasa waktunya kurang tepat" ucap Chika sesantai mungkin padahal dalam hatinya ada rasa ingin mencaci maki sahabat dan juga kekasihnya itu namun sebisa mungkin ia berusaha menahan rasa itu.
"Sayang kamu jangan salah paham, aku sama Mila cuma sahabatan aja kok sama kaya kamu ke Mila" ujar Lian masih berbohong.
Mendengar penuturan Lian sontak Chika menatap tajam wajah pria tampan yang dulu begitu ia puja.
"Mana aja sahabatan sambil gandengan tangan, mungkin sekarang kamu lebih sering jalan sama Mila dibanding sama aku yang jelas masih berstatus pacar kamu" tutur Chika
"Sebenernya aku pengen kalian jujur sama aku udah berapa lama kalian selingkuh dibelakang aku?"tanya Chika sambil menatap Lian dan Mila secara bergantian.
"Aku gak nyangka ya Mila, kita udah temenan dari kecil bahkan aku sudah anggap kamu saudara kok kamu tega sih sama aku, kan diluaran sana cowo yang masih singel banyak Mila kenapa harus Lian" ucap Chika dengan nada sedikit emosi.
"Chika maafin aku, aku gak ada niat buat nyakitin kamu, tapi rasa itu datang begitu saja Chika" ucap Mila sambil menunduk.
"Sayang jangan bilang begitu.."
"Stopp mulai sekarang jangan panggil aku sayang lagi, mulai hari ini kita putus Lian dan kamu Mila aku nyesel udah kenalin kamu sama Lian, kalau tau akhirnya begini mending dulu aku gak usah berbagi cerita sama kamu, aku benci kalian berdua" ucap Chita yang langsung berlari menuju motornya dan langsung tancap gas.
Sepanjang perjalanan air mata terus mengalir deras dari mata Chika, ia begitu sakit karena telah di khianati oleh sahabat dan juga kekasihnya.
Hingga pada sebuah tikungan ada sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi dan tanpa sempat menghindar truk itu langsung menabraknya.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri begitu ia membuka mata ia berada pada sebuah ruangan serba putih dengan aroma obat yang cukup menyengat.
"Alhamdulillah sayang kamu sudah sadar, maafkan aku Chika, aku gak mau kehilangan kamu" Lian langsung memeluk Chika dengan air mata terus berderai penuh penyesalan.
"Sudahlah Lian aku tau kamu nyaman dengannya, aku gak apa-apa, sekarang antara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, lebih baik kamu keluar aku mau istirahat" ucap Chika yang langsung memalingkan wajahnya.
"Aku mohon Chika beri aku kesempatan lagi, aku janji akan menjauh dari dia" Lian terus memohon
Namun keputusan Chika sudah tidak dapat dirubah baginya Lian hanya masa lalu dan mulai sekarang ia berjanji tidak ingin terlalu dekat lagi dengan siapapun, baginya sekarang tidak ada yang dapat ia percaya kecuali keluarganya sendiri.
"Pergilah Lian aku rela melepasmu, kau hanyalah masa laluku, aku mohon hargailah keputusan ku" ucap Chika
"Tapi aku sangat mencintaimu kamu Chika, aku gak bisa pisah dari kamu"
"Kenapa baru sekarang kamu bilang begitu saat semuanya sudah berakhir Lian, apapun rayuanmu sekarang keputusanku sudah tepat aku tidak mau tersakiti lagi, aku mohon lepaskan aku dan berbahagialah bersama dia yang membuatmu nyaman" ucap Chika dan langsung meminta Lian untuk keluar.
Dengan berat hati akhirnya Lianpun keluar ia begitu menyesal karena telah khilaf sesaat dan akhirnya ia harus kehilangan orang yang ia cintai.
TAMAT