Hai, namaku Diana. Umurku 16 tahun, dan hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah baru.
Sekarang aku berada di depan pintu kelas baruku, jantungku berdegup kencang karena aku sangat gugup, tetapi sangat bersemangat juga. Setelah menenangkan diri, akhirnya aku memberanikan diriku memasuki kelas. Setelah masuk kekelas, aku menunggu guru di sampingku memberi aba-aba untuk memperkenalkan diri. Setelah memperkenalkan diri, guru mempersilahkanku untuk duduk di bangku paling belakang yang kosong dua-duanya, karena siswa yang duduk di bangku tersebut sedang tidak hadir karena sakit.
Di depanku ada sebuah headphone yang melingkar di leher seorang siswi, aku berasumsi kalau siswi itu sangat menyukai musik. Lalu, aku mencoba berkenalan dengan siswi itu, namanya Sarah. Ya.. Dia baik meskipun sedikit jutek, tapi aku berusaha untuk berteman dekat dengannya. Di hari itu, akhirnya aku berhasil mendapatkan dua teman.
Keesokkan harinya saat belum dimulai jam pelajaran, aku sedang bermain ponsel, saking fokusnya, aku sampai tidak sadar ada seorang siswa yang menatapku sedari tadi.
“Ah, maaf! Ada apa, ya?” Tanya ku.
“Oh, maaf jika bikin kamu gak nyaman, tadi aku ingin bilang kalau itu tempat dudukku, tapi kamu lagi fokus, dan aku tidak mengenal-.. Tunggu! Jangan-jangan, kau murid pindahan yang kemarin baru masuk, ya?” Tanya siswa itu.
“Oh, jadi kamu teman sebangkuku yang kemarin gak masuk, ya? Iya, aku murid baru disini. Namaku Diana.” Kata ku.
“Oke, Diana, salam kenal aku Andra. Oh, iya, soal tempat duduk, kamu disitu aja gapapa, kok!” Kata Andra dengan senyum lebar.
“Oke, Andra!” Kata ku sambil tersenyum.
Akhirnya, aku senang ternyata teman sebangkuku dapat berteman baik denganku.
Tibalah saatnya jam istirahat, teman teman baruku mengajakku untuk pergi ke kantin bareng, lalu makan bareng dengan mereka juga, pokoknya seru, deh! Tetapi… entah kenapa, sepertinya itu membuat salah seorang siswi tersulut emosi saat melihatku bersama teman-teman baruku.
Keesokkan harinya, saat aku datang kekelas, suasana kelas menjadi tidak nyaman, dan beberapa murid-murid menatapku dengan aneh, tetapi tidak dengan teman-teman dekatku, mereka menyapaku seperti biasa. Ya! Setelah mereka menyapaku, aku merasa suasananya kembali normal.
Tiba jam istirahat, seperti biasa aku akan pergi ke kantin bareng teman-temanku, tetapi sebelum aku beranjak dari kursi, Andra mengajakku untuk pergi ke kantin bersama dan katanya ada sesuatu yang ingin dia katakan. Awalnya aku ingin menolak karena ingin bareng teman-teman perempuanku ke kantin, tapi setelah mendengar ada yang ingin dia bicarakan, tentu aku harus menerima ajakan Andra. Setelah itu, aku dan Andra pergi bareng setelah aku meminta maaf kepada teman-teman perempuanku karena aku tidak bisa bareng mereka dulu untuk ke kantin kali ini.
Setelah sampai dikantin, kami membeli beberapa makanan ringan dan sekarang kami sedang duduk di taman belakang sekolah yang tidak terlalu banyak orang. Aku langsung menanyakan apa yang ingin dibicarakan Andra.
“Begini, tadi pagi apa kau merasa gak nyaman saat melihat teman teman?” Tanya Andra.
“Iya, tetapi tidak setelah Rani dan Sarah (teman dekat Diana) menyapaku, memangnya kenapa?” Tanya ku.
“Hah.. Sudah kuduga. Sebenarnya, Diana, temen temen sekelas merasa kesal kepadamu.” “Kamu mau tahu alasannya?” Tanya Andra. Aku hanya mengangguk, karena sedikit kaget dengan yang Andra bilang.
“Ada seorang siswi dikelas kita yang sepertinya tidak menyukaimu, dan entah karena dia kesal atau bagaimana, dia menghasut semua teman dikelas untuk menjauhimu, dan-…” Belum selesai Andra berbicara, aku memotong pembicaraan Andra dan langsung bertanya siapa yang melakukannya? Andra menjawab dia tidak tahu, karena seorang siswa bilang kepada dia kalau kata para siswi jangan ngedeketin Diana, dan Andra bilang kalau dalang dari semuanya pasti hanya satu siswi, karena Andra tahu, Diana baik dan teman teman perempuan nya juga berteman baik dengan Diana.
“Kau tidak perlu khawatir, yang seperti itu aku tidak akan memercayainya, karena orang lain yang bilang, bukan kau yang bilang sendiri kepadaku.” Disitu aku cukup lega dengan yang Andra katakan, namun tetap saja aku cemas, karena aku tidak tahu alasan siswi itu melakukan hal seperti itu kepadaku.
Lalu, setelah selesai mengobrol, kami langsung masuk kekelas dan memulai pelajaran.
Keesokkan harinya saat jam pelajaran olahraga, para siswi sedang berganti baju didalam kelas, sedangkan para siswa sudah pergi ke lapangan. Aku pun cepat cepat ganti baju karena aku merasa gak nyaman berada di kelas. Setelah keluar kelas dan pergi menuju lapangan, seorang siswi menarik tanganku dengan tenaga yang membuat aku hampir terjatuh, yang menarikku ternyata Rani dengan memasang muka kesal yang belum pernah aku lihat.
“Ada apa?” Tanya ku.
Lalu aku ditarik ke rooftop sekolah yang selalu sepi tidak ada orang, tapi tidak hari ini, sekarang di rooftop ada 10 siswi teman sekelasku termasuk Sarah.
“Se-semuanya, ada apa ini? Bukankah kita harus ke lapangan? Kenapa kita kesini?” Tanya ku.
“Gak usah sok jadi anak paling baik, lah! Padahal suka ngambil barang orang.” Cemoohan Sarah.
“Iya, ih, parah!” kata para siswi.
“Sa-sarah, apa maksudmu aku suka ngambil barang orang?!” Tanya ku.
Lalu Rani yang ada disampingku pindah posisi jadi di depanku dan melempar sepasang seragam olahraga ke mukaku.
“Chelsea bilang, kalau dia melihat didalam lokermu ada baju olahraga, dan kebetulan aku sedang mencari seragam olahragaku yang tiba-tiba hilang, kau kan yang mencurinya?!” Tanya Rani dengan teriak.
“Tunggu, Rani, Kau salah paham! Seragam olahraga di lokerku itu milikku, aku sengaja membeli seragam olahraganya dua untuk cadangan.”
Tetapi sepertinya aku sia-sia berbicara jujur, karena semua teman teman berpihak pada Chelsea. Disana aku sangat takut sekaligus emosi pada Chelsea, karena aku baru menyadari kalau dialah yang menghasut semua teman sekelas, aku langsung menghampiri Chelsea tanpa memedulikan yang lain dan menarik kerah bajunya.
“Ternyata kau ya, Chelsea. Kenapa kau melakukan ini padaku?!”
“Ih, apaan sih! Lepasin gak?!” Chelsea memelototi aku, tetapi karena aku sudah terlalu emosi, aku tidak takut dengannya.
Sayangnya, tanganku tidak sekuat tangan Chelsea jadi dia berhasil melepas cengkraman tanganku dan memutar badanku menjadi diposisi awal Chelsea, yang dimana jika beberapa langkah lagi mundur kebelakang akan jatuh kebelakang taman sekolah.
“Hadeeh… Kemana ini murid perempuannya? Masa ganti pakaian selama ini?” Gerutu Pak guru Olahraga.
“Iya, nih! Langsung mulai aja atuh, pak, olahraganya!” Kata para siswa.
“Diana sama yang lainnya lagi ngapain, sih? Tapi kenapa perasaanku gak enak, ya? Hah.. Lebih baik aku nenangin diri dulu di taman.” Dalam hati Andra. “Pak, saya izin ke toilet sebentar.”
Lalu setelah izin, Andra langsung pergi ke taman belakang. Sepertinya perasaan tidak enak Andra terjawab, setelah mendapati sosok yang sangat dekat dengannya, tergeletak diatas tanah dengan darah yang terus mengalir dari kepalanya lalu menyebar di tempat dia tergeletak.
“…Di-diana? Ng-nggak mungkin..Di-diana.., Diana, Diana tolong jawab!” Andra mengangkat tubuhku dan menepuk pipiku dengan pelan untuk membuat aku bangun.
Aku sudah bangun, Andra, aku sekarang disampingmu, yang kau angkat badannya dan tepuk pipinya adalah jasadku. Setelah Andra bertanya kepada jasadku, dia langsung mengucurkan air mata dan meneriaki namaku, aku ikut menangis saat melihat Andra menangisi jasadku yang sudah banyak berlumuran darah.
Setelah itu, ada seorang petugas kebersihan datang ke taman belakang karena mendengar teriakan Andra, petugas kebersihan itu sangat terkejut dengan yang dia lihat, setelah itu jasadku dibawa menggunakan mobil ambulans dan dilarikan ke rumah sakit. Meski jasadku dibawa, jiwaku masih berada di sekitaran sekolah. Hatiku sangat sakit meski jantungku sudah tidak berdetak, kenapa aku harus mengalami ini?
Saat ini suasana sekolah kacau, para murid yang tidak tahu kejadian langsung melihat ke tempat kejadian. Para pihak sekolah dan orang tuaku mengadakan rapat. Para pihak sekolah mengatakan bahwa Diana dinyatakan bunuh diri, karena Chelsea sebagai ‘saksi mata’ melihat Diana mencoba bunuh diri dengan melompat kebawah, sedangkan Chelsea tidak sempat menyelamatkan Diana. Yap! Sebuah cerita yang dibuatnya dipercaya oleh pihak sekolah. Orang tuaku masih belum percaya dengan ceritanya, dan aku.. Yang menyaksikan orang tuaku menangis dan memohon untuk menelitinya lagi membuat hatiku semakin hancur, dan sakit!
Setelah beberapa jam kemudian, jasadku dipulangkan ke rumahku, dan banyak juga yang melayatku, tetapi dari semua yang datang, hanya orang tuaku dan Andra yang benar benar berduka atas kepergianku, yang lain kebanyakan hanya memfoto jasadku dan menulis caption di status kalau aku bunuh diri. Pihak sekolah memaksa orang tuaku untuk menutup kasus ‘bunuh diriku’ karena jika dibuka itu akan membawa nama buruk sekolahku. Orang tuaku dengan berat hati menyetujuinya, dan itu semakin membuat hatiku sakit dan menambah dendamku kepada pihak sekolah, khususnya teman teman sekelasku.
Seminggu kemudian, sekolah sudah mulai berjalan lagi dengan normal. Sepertinya, teman teman sekelas kecuali Andra, menganggap kejadian waktu itu sebagai angin lalu. Aku berkeliaran disekitar kelas dan secara tidak sengaja mataku dan Andra bertemu, aku pikir biasa saja karena aku tidak terlihat, tetapi yang membuatku kaget adalah reaksi Andra dan samar-samar mulutnya mengatakan namaku.
Setelah aku tahu kalau Andra dapat melihatku, aku mulai membujuk Andra untuk membalaskan dendamku kepada Chelsea, Rani dan Sarah. Tetapi, setiap aku bicara seperti itu Andra terus saja menolak.
“Andra, kenapa kau tidak mau melakukannya?” Tanya aku.
“Kau tahu, itu sama saja kau dengan mereka, aku ingin kau istirahat dengan tenang, Diana.” Kata Andra.
“KAU TIDAK MENGERTI PERASAANKU, APA KAU TAHU? AKU DIDORONG OLEH CHELSEA DAN SEKARANG DIA BISA SESANTAI ITU, TEMAN TEMAN DEKATKU TIDAK ADA YANG PEDULI DENGANKU!” Aku meluapkan semua emosi yang kutahan kepada Andra.
“Diana, aku mengerti kau pasti sangat kesakitan dengan semua kejadian yang menimpa mu ini. Tetapi aku mohon, kau jangan melakukan hal seperti itu.” Mendengar kata kata Andra yang tidak aku harapkan membuat aku langsung pergi dari pandangan Andra.
Keesokan harinya, suasana sekolah kembali kacau. Dikabarkan dua orang siswi terluka dan 1 siswi tewas, yang satu kakinya patah karena jatuh dari tangga, satu lagi kecelakaan mobil, dan terakhir tewas karena melompat dari ketinggian di tempat yang sama persis dengan kasus Diana.
Diana, apa semua ini ulahmu?
*Tamat*