"Katakan kalau semua ini tidak benar! Pasti hasil pemeriksaan itu salah. Mana mungkin aku mengidap penyakit kanker rahim stadium tiga?" Andira histeris saat baru mengetahui kalau dirinya harus melakukan operasi pengangkatan rahim untuk mencegah penyebaran kanker ke organ tubuh yang penting lainnya. Jika, menunda lebih lama lagi akan sangat berbahaya pada nyawanya karena sel kanker itu sudah menyebar ke kelenjar getah bening di panggulnya.
Impian seorang wanita adalah bisa mengandung dan melahirkan buah hati bersama orang yang mereka cintai. Namun, kabar buruk yang Andira dapat hari ini, menghancurkan impian masa depannya. Padahal tahun depan dia akan menikah dengan Damar. Waktu yang mereka tunggu-tunggu setelah belasan tahun menjalin kisah kasih dari mulai zaman dia memakai seragam putih biru sampai bekerja di sebuah pabrik jamu yang lumayan terkenal.
"Tidak ada yang salah dengan hasil pemeriksaan hasil tes dan USG yang baru saja Anda jalani," ucap Dokter yang sedang memegang hasil USG dan laporan tes lainnya. Dia mengecek lagi laporan kesehatan Andira dengan seksama jangan sampai terjadi kesalahan yang berujung pada malpraktek. Apalagi sang pasien masih seorang gadis yang akan menikah tahun depan.
"Apa selama ini Anda sering menahan rasa sakit yang teramat sangat di bagian perut?" tanya Dokter dan Andira mengangguk.
Dokter itu terlihat berdecak, "Lalu Anda menganggap hal itu sepele?"
"Aku menyangka kalau itu hanya sakit perut biasa dan cukup diobati dengan minum Paracetamol." Andita sudah sering mengalami sakit di perutnya selama satu tahun lebih belakangan ini. Dia mengira sakit perut itu diakibatkan oleh makanan yang pedas dan datang bulan. Tidak pernah terpikirkan olehnya kalau itu adalah pertanda dari penyakit kanker rahim.
***
Andira menangis seharian, dia tidak terima dengan kenyataan kalau dirinya akan kehilangan rahim. Suatu hal yang bisa membuatnya menjadi wanita sempurna, seorang ibu. Tadi siang dokter dan kedua orang tuanya sudah membicarakan operasi yang harus dijalani olehnya. Bahkan Damar, calon suaminya juga ikut berunding. Tunangannya itu begitu sangat terkejut ketika mendengar kabar, kalau Andira pingsan saat sarapan di rumahnya. Begitu dibawa ke rumah sakit dan melakukan serangkaian tes. Ternyata tunangannya itu diketahui sedang mengidap kanker dan mengharuskan rahimnya diangkat, yang artinya nanti mereka tidak akan memiliki anak.
"Sudah, Sayang. Jangan menangis terus!" Damar memeluk Andira mencoba menenangkannya. Sejak mereka bertemu tadi, calon istrinya itu terus meminta maaf dan menyuruhnya untuk mencari wanita lain untuk dijadikan pengganti dirinya.
"Apa benar kamu nggak akan mencari wanita lain?" Andira menatap mata Damar mencari kejujuran dari laki-laki yang sudah menjalin hubungan dengannya, saat mereka berusia 14 tahun sampai kini usia mereka 27 tahun. Hampir setengah hidup mereka selalu bersama-sama.
"Tentu saja karena aku sangat mencintaimu." Damar menghapus air mata Andira yang terus keluar dari mata indahnya.
"Bohong! Bagaimana jika suatu hari nanti kamu ingin punya anak? Apa kamu akan berpoligami?" tanya Andira dengan bertubi-tubi, "aku tidak mau di madu. Aku nggak akan sanggup berbagi dengan wanita lain."
"Tentu saja itu tidak akan terjadi, Sayang. Aku akan setia kepadamu!"
Damar terus meyakinkan kalau dia tidak akan meninggalkan Andira. Tentang anak, jika ingin, mereka bisa mengadopsi atau membesarkan anak dari sanak saudaranya. Rasa cinta Damar untuk Andira begitu besar sehingga dia mau menerima segala kekurangan yang ada pada kekasihnya itu. Dia juga meminta kepada kedua orang tuanya dan calon mertuanya untuk tidak menyinggung masalah anak atau keturunan kepada dirinya dan juga Andira. Damar bersikukuh akan menikahi tunangannya itu saat pulang dari luar negeri tahun depan.
***
Setiap hari dalam satu bulan ini, Damar pulang pergi rumah sakit dan hotel. Dia harus mengurus visa dan paspor yang akan kadaluarsa karena itu dibutuhkan olehnya yang bekerja di luar negeri. Damar memilih hotel dekat rumah sakit tempat Andira dirawat. Setiap jam minum obat dia mengusahakan untuk menemani kekasihnya dan memberi semangat untuk cepat sembuh.
Senyum dan tawa Andira pun kini sudah bisa dilihat lagi oleh semua orang. Andira sudah pasrah dengan takdir milik dia untuk tidak akan pernah punya anak kandung. Bahkan dia mengisi hari-harinya dengan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemilik Nyawa karena siapa tahu dia meninggal saat berada di meja operasi. Setiap ada waktu luang dia akan mengaji atau berdzikir. Hal itu membuatnya selalu ingat akan Tuhan dan hatinya akan tenang.
***
Damar pun harus pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah untuk keluarganya. Dia merupakan anak sulung yang menjadi tulang punggung untuk mencukupi semua kebutuhan adik-adiknya yang masih sekolah. Serta kedua orang tua Damar yang sudah sepuh dan tidak mampu bekerja berat. Meski dia di luar negeri, setiap hari dan saat waktu minum obat, Damar selalu melakukan video call dengan Andira untuk menyemangati dan menghiburnya, serta memastikan kalau obatnya diminum.
***
"Sayang, Minggu depan kamu akan menjalani operasi, ya?"
"Iya, Yang. Doakan semoga berjalan lancar, ya!"
Sampai satu Minggu sebelum diadakan operasi pengangkatan rahim Andira, Damar masih selalu menghubunginya. Namun, itu adalah percakapan terakhir yang mereka lakukan sebelum operasi.
Setiap hari, setiap waktu, Andira menanti telepon atau video call dari Damar. Namun, sampai satu hari menjelang operasi, Damar belum juga menghubunginya. Andira begitu cemas, takut terjadi sesuatu kepada tunangannya itu. Dia menghubungi keluarganya, tetapi mereka juga bilang tidak tahu. Keberadaan Damar bagai ditelan bumi, tidak ada seorangpun yang tahu kabarnya. Sampai tanpa sengaja Andira membuka media sosial miliknya. Ada unggahan foto beberapa wanita cantik dan seksi bersama Damar dan teman-temannya. Mereka terlihat bahagia. Andira mengecek tanggal hari ini dan diunggah 30 menit yang lalu. Maka, Adira pun mengirim pesan kepada Damar dan menanyakan hubungan dia dengan wanita yang memeluk dirinya.
Andira tidak juga mendapat balasan sampai pagi hari sebelum operasi dimulai. Sejak semalam dia tidak bisa tidur. Terus saja memikirkan Damar dan si wanita seksi. Dalam hati Andira dia mulai takut ditinggalkan oleh Damar. Dia beranggapan kalau Damar memutuskan hubungan dengannya dan memilih wanita itu, maka tidak akan ada lagi orang yang mencintainya. Dengan tangan gemetar, Andira mengambil handphone miliknya dan membuka Facebook. Lagi-lagi banyak foto wanita itu bersama Damar. Ada satu foto yang membuatnya shock, yaitu Damar dan wanita itu berciuman.
Bagai dipukul pakai godam, hati Andira sangat sakit melihat pengkhianatan calon suaminya dengan wanita yang dulu pernah dibilang temannya itu. Apalagi ada tulisan yang mengatakan cinta sejati. Pandangan Andira terasa kabur dan akhirnya menjadi gelap. Andira tidak sadarkan diri dan itu membuat kedua orang tuanya panik.
"Astagfirullahaladzim, Andira! Bangun, Nak!" Ibu dan Bapak membenarkan posisi tidur putrinya itu. Tombol minta bantuan kepada dokter pun, langsung ditekan.
Tidak lama kemudian Dokter yang menangani penyakit Andira datang tergopoh-gopoh bersama dua perawat. Mereka langsung memeriksa kondisi Andira. Selama hampir satu jam mereka melakukan pengecekan dan tes darah. Andira masih dalam keadaan tidak sadar. Bahkan kini dia harus menggunakan alat bantu pernapasan.
"Bapak …, Ibu. Sepertinya operasi hari ini tidak akan bisa dilakukan. Mengingat kondisi pasien yang dalam keadaan drop," kata Dokter dan hal itu membuat kedua orang tua Andira menangis.
"Berapa lama lagi kita harus melihat Andira kesakitan, Dok!" Bapak paling sedih saat melihat anaknya meregang menahan sakit, jika rasa sakit itu menyerang tiba-tiba.
"Kita lihat satu bulan lagi kondisi Andira. Mudah-mudahan secepatnya kondisi dia prima kembali dan siap untuk dioperasi. Kenapa kondisi pasien tiba-tiba drop? Kemarin sore dia baik-baik saja."
Ibu maupun Bapak tidak ada yang tahu kenapa kondisi Andira bisa tiba-tiba drop. Maka, Dokter pun meminta agar semua orang bisa menjaga kondisi Andira baik itu emosi atau fisiknya.
Sekitar jam 09.15 Andira baru sadar. Itu artinya dia tidak sadarkan diri hampir 4 jam. Semua sanak famili mendoakan kesehatan untuk Andira. Mereka juga menyayangkan gagalnya operasi sehingga membuat saudara mereka kesakitan lebih lama.
"Nak, kamu kenapa? Apa ada yang membuat kamu takut dioperasi?" tanya Bapak.
Andira menggelengkan kepalanya, kemudian dia menunjuk pada handphone yang ada di atas nakas. "Ada apa dengan handphone kamu?"
"Damar sudah mengkhianatiku, dan menjalin hubungan dengan wanita lain," jawab Andira sambil menangis tergugu.
"Apa?" Bapak dan Ibu sangat kaget. Mereka saling pandang. Ada rasa marah dan kesal terlihat dari wajah dan pancaran mata mereka. Apalagi pas Andira menunjukan foto Damar dan wanita itu. Bahkan ada foto yang baru diunggah, memperlihatkan keduanya sedang jalan-jalan dan berpose mesra. Kontan saja Bapak dan Ibu saling bicara lewat mata.
***
Tidak terasa satu bulan pun berlalu dan selama itu senyum Andira menghilang. Pancaran cahaya di matanya juga menjadi redup. Dia baru tahu kalau Damar kini menjalin kasih dengan wanita Indonesia yang sekolah di luar negeri sana. Hal yang membuatnya sangat kecewa adalah semua keluarga Damar tahu akan itu, tetapi menutupinya dan setelah didesak oleh Bapak dan Ibu mereka mengaku. Mereka juga bilang tidak akan melanjutkan pertunangan Damar dan Andira karena akan merugikan keluarganya.
Lagi-lagi Andira tidak bisa melakukan operasi pengangkatan rahim. Kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu. Dokter pun kecewa. Dia merasa kasihan kepada pasiennya. Masalahnya datang bertubi-tubi di waktu bersamaan. Tim Dokter yang menangani Andira juga selalu memberi dukungan kepadanya.
***
Bulan berikutnya Andira bisa melakukan operasi pengangkatan rahim. Operasi itu berjalan dengan lancar. Hati Andira terasa sangat sakit. Selama satu hari itu dia menangis. Semua orang membiarkan Andira meluapkan kesedihan yang sedang dia rasakan. Bahkan Bapak dan Ibu juga ikut menangis bersamanya.
"Aku ini sudah menjadi wanita cacat. Bukan wanita yang bisa mengandung dan melahirkan generasi penerus keluarga. Impianku menjadi seorang Ibu, kini pupus sudah. Akankah ada laki-laki yang mau menerima wanita cacat seperti aku?" tanya Andira kepada Bapak dan Ibunya.
"Tentu saja akan ada laki-laki yang akan menerima dirimu apa adanya. Menerima segala yang ada padamu. Mau itu kelebihan atau kekurangan yang ada padamu, Nak. Dia adalah laki-laki terhebat yang Allah ciptakan hanya untukmu." Bapak bicara dengan berderai air mata.
"Jangan bersedih lagi, Nak. Kamu anak yang baik, hanya saja semua ini adalah ujian yang Allah berikan kepadamu. Yakinlah bahwa hari esok akan lebih baik bagi kamu." Ibu menghapus air mata Andira dan air matanya secara bergantian.
Andira sudah ikhlas dengan takdir yang menimpa dirinya. Dia tahu kalau Allah tidak akan memberikan ujian yang berat kepada semua makhluknya, kecuali dia mampu melaluinya. Kehilangan rahim sehingga tidak bisa melahirkan anak keturunannya. Dikhianati oleh calon suaminya. Membuat Andira sadar bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara dan setiap orang punya perannya masing-masing. Hal yang dia lakukan sekarang adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Kehidupan. Dia yakin kalau Allah menciptakan semua makhluknya berpasang-pasangan, dan dia juga kelak akan menemukan pasangan yang sudah diciptakan untuknya.
***